Oleh-oleh dari Aljazair

Prof. G. W. Bousquet tentang “Testamen Prof. Snouck Hurgronje” dalam teori dan praktik. “Toute l’oeuvre coloniale s’appuie, doit s’appuyer sur ce q’on appelle la politique Indigene, l’art de comnaitre les Indigenes. Semua pekerjaan yang berhubung dengan tanah jajahan harus bersandar kepada yang dinamakan “Inlanderpolitiek”, yakni kecakapan untuk mengenal penduduk Bumiputera” Prof. Y.C. van Eerde: EthnologieLanjutkan membaca “Oleh-oleh dari Aljazair”

Amanat Tjokroaminoto Kepada Anaknya

Suatu hari di tahun 1945, datanglah beberapa orang yang tergolong ‘Ulama ke rumah Anwar Tjokroaminoto (Anak kedua dari H.O.S Tjokroaminoto). Salah seorang diantara mereka itu bertanya : “Adakah almarhum mempunyai peninggalan kepada saudara ?”. Anwar Tjokroaminoto menjawab : “ Ada, tetapi apa maksud saudara bertanya demikian?” “Kalau ada, sebenarnya mengherankan kami sebab kami tidak pernahLanjutkan membaca “Amanat Tjokroaminoto Kepada Anaknya”

Soekarno di Masa Krisis PDRI

Oleh : Mestika Zed* BULAN-bulan terakhir tahun 1948 adalah saat terberat dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Bukan saja karena Republik yang masih usia balita itu harus menghadapi musuh di depan Belanda-tetapi juga ditusuk dari belakang oleh anak-bangsa sendiri, yaitu kelompok komunis (PKI) pimpinan Muso yang mendalangi peristiwa (kudeta) Madiun pada pertengahan September 1948. Klimaksnya ialahLanjutkan membaca “Soekarno di Masa Krisis PDRI”

HOS Tjokroaminoto Menurut Mohamad Roem

Pak Tjokro yang penulis ingat senantiasa memakai pakaian Jawa tradisionil. Blankon, jas tutup, kain panjang dan sandal. Saudara Anwar Tjokroaminoto baru-baru ini menerangkan kepada penulis, bahwa ia pun hanya ingat ayahnya memakai pakaian itu. Perkenalan kami, pemuda Islam terpelajar yang tergabung dalam Young Islamieten Bond (Serikat Pemuda Islam), dengan Pak Tjokro mulai di tahun 1925,Lanjutkan membaca “HOS Tjokroaminoto Menurut Mohamad Roem”