Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan/di sana bersemayam kemerdekaan/apabila engkau memaksa diam/aku siapkan untukmu: pemberontakan! >>(Wiji Thukul)
PERINGATAN
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asaKalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengarBila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancamApabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
Wiji Thukul
Bunga dan Tembok
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanahSeumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besiSeumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiriJika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
Wiji Thukul
ada satu puisi Wiji Thukul yang kemudian dijadikan lagu oleh kawan2 gerakan. kalau gak salah judulnya “Darah Juang”…
horeeee pertamaaaaaxxx sekaligus keduuuuaaaaxxx…. 😀
kacugaaaaaaaaaaaaxxxxxxxxxxxxxxxzzzzzzzzzzz
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk sahabatku
Wiji Thukul….dimanakah kau berada? Semoga Tuhan senantiasa memberimu naungan yang indah.
Ulasan Daniel Dhakhedai dalam “Cendekiawan dan Kekuasaan” mengenai puisi “Bunga dan Tembok” ini sangat bagus. Saya kira, Wiji pun tak mengira, Daniel mampu mengulas puisinya sedalam itu. 🙂
Wiji tukul sopo toh mas?
Yang jelas beliau suka gosok gigi, bung..
#Auto respond#
maaf,
mau nitip pesen buat semuanya; ikutan vote di sini: Jadikan Pulau Komodo Sebagai 7 Keajaiban Dunia Jangan sampai kita kehilangan ‘Borobudur’ lagi! (he.. he..)
kapan negeri ini bisa damai yach ?
Salam sohib,trmksh atas kunjungannya kang..nuhun kalo telat..
Wiji Thukul … wongdeso … ideologi kuto
Thukul Arwana … wongdeso … rezeki kuto 😛
sampean wong kuto… tapi mirip buto
#auto respond#
Assalaamu ‘alaikum wr.wb
Tidak bermaksud su’udhzan, hanya melihat fenomena yang ada
apa yang ditulis wiji thukul dalam “peringatan”, saat ini memang ada indikasi kearah sana dimana saaat ini sering kita saksikan tatkala penguasa berpidato rakyatnya malah pergi entah kemana, atau memang rakyatnya mendengarkan pidato tapi tak ada satupun omongan penguasa yang diikutinya. Atau masih ingat gak ketika sang penguasa menegur salah seorang kepala daerah yang mengantuk dan memaksanya harus mendengarkan isi pidatonya ?
Dan tentunya masih banyak lagi…
Maaf Jenderal (kang cepot sudah saya nobatkan sebagi jenderal, masih Ingat ?)
Sekali lagi maaf jenderal… saya tidak akan mengungkap fakta semuanya
karena kalau saya ungkap nanti dituduh subversif 😯
———–
Kopral Cepot : Pokonamah buat pak Guru … hidup persib 😆
Semoga semangat dan ideologis wiji thukul takkan pernah padam di Hati dan hidup Juragan Kopral..
Salam Anak Bangsa..
Salam Perubahan..
Mantafs…
Wilu jeung Enjing nuju siang @kang Kopral Cepot
Membaca kisah Widji Thukul membuat saya sedih sekaligus bangga.
Orang besar sekaligus dikecilkan.
Sampai saat ini, apakah keluarga Widji Thukul mendapat perhatian yang layak?
Semoga petuah-petuah dari Widji Thukul (??), Alm. Pramoedya, Alm. WS Rendra, dapat mengalir dan ‘diterima’ baik oleh generasi saat ini dan mendatang.
Beliau tdk pernah padam dihati saya
Hidup Rakyat…………………
ajari penguasa dengan perlawanan
“Bicararalah karena diam adalah suatu bentuk kejahatan yang nyata
Salam Perjuangan,,,,,,!!!!!!!”.
Jangan tanyakan mengapa seseorang membencimu sebelum kamu tanyakan dirimu sendiri mengapa kamu peduli akan hal itu.