[API SEJARAH] Pengaruh Kebangkitan Islam di Indonesia (I)

Pasar Sebagai Gerbang Islamisasi Indonesia

DUNIA di kejutkan dengan turunnya wahyu Allah yang disampaikan Malaikat Jibril as kepada seorang yang berprofesi wirausahawan, Muhammad. Beliau pun berubah statusnya menjadi Rasulullah – Utusan Allah. Sebuah wahyu yang memberikan ajaran bagaimana caranya untuk mencapai Islam yang berarti selamat dan menjadikan diri sebagai Muslim yang berarti menyerahkan kehendak diri kepada kehendak Allah.

Ajaran yang diawali hanya lima ayat (QS 96: 1-5), berisikan tentang peringatan bahwa Allah yang menciptakan manusia dari darah dan Allah pula yang menjadikan manusia berilmu. Allah juga yang menciptakan manusia dapat membaca dan menulis. Ajaran wahyu ini oleh Malaikat Jibril as disampaikan kepada seorang wirausahawan yang ummi. Orang yang tidak dapat membaca dan menulis. Diturunkan bukan di istana yang mewah, melainkan di sebuah bukit batu gersang, Jabal Nur dengan guanya, Gua Hira.

Mengapa sejarah dapat diubah hanya dengan realitas sarana yang sangat sederhana. Namun, berdampak abadi dan menembus daratan, lautan, serta udara yang tiada batas. Dalam durasi waktu yang berbataskan akhir zaman. Padahal, hanya digerakkan oleh personal yang merupakan a tiny creative minority – kelompok kecil minoritas yang penuh kreatifas[1].

Al-Quran mencontohkan pada umumnya nabi dan rasul dalam upaya memelopori gerakan pembaharuan tampil dari dirinya sendiri, seperti Nabi Daud as dalam usia muda dan dari golongan minoritas dengan izin Allah berhasil menumbangkan kekuasaan yang sudah mapan dan absolut (Qs 2: 249).

Awalnya, Rasulullah saw hanya didukung oleh istri terhormat, Siti Khadijah ra. Diikuti oleh keponakannya, Ali bin Abi Thalib. Mantan hamba sahaya, Zaid. Kelompok kecil ini menjadi magnet yang mampu menarik tokoh-tokoh masyarakat yang terhormat, Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Utsman bin Affan.

Betapa dahsyatnya pengaruh wahyu ajaran Islam ini. Dalam waktu relatif singkat dalam ukuran jarak waktu sejarah, menjadikan bangsa Arab yang tadinya jahiliyah berubah menjadi jenius. Ajaran wahyu Islam yang tidak diturunkan di istana. Tetapi, mengapa mampu menumbangkan singgasana penguasa-penguasa yang beristana megah. Kekaisaran Persia dengan ajaran Majusinya dan Keradjaan Romawi Bizantium dengan Nasraninya, keduanya tidak mampu menghentikan gerak sejarah yang dibangkitkan kaum yang kaya akan rahmat Allah.

Bangsa Arab yang tinggal di Jazirah Arabia, artinya daratan yang dikelilingi oleh lautan. Namun, terhimpit oleh Samodra Sahara Pasir Kuning yang tandus, mencoba bangkit dengan wahyu Ilahi menjadi bangsa yang mampu menguasai bahari kelautan. Dengan mengarungi samudra dan melintasi benua, bangsa Arab membangun jalan laut niaga, guna meretas jalan ajaran Islam untuk didakwahkan.

Gerak sejarah Islam berputar sangat menakjubkan. Meluas hingga ke batas cakrawala dunia. Bukan gerakan dari istana ke istana. Melainkan dari pasar ke pasar. Para wirausahawan tidak hanya memasarkan komoditi barang dagangan, tetapi, juga menjadikan pasar sebagai arena amal ajaran niaga Islami. Menumbangkan ajaran politeisme dan digantikan dengan ajaran Tauhid. Dampaknya, aturan jahiliyah pun roboh, tidak mampu bertahan. Ditegakkanlah Syariah Islam dengan metode budaya bangsa-bangsa yang dijumpainya. Kehadiran Islam disambut sebagai liberating forces • kekuatan pembebasan dari belenggu ajaran yang menyesatkan.

Pasar diperkirakan oleh sementara pihak hanya sebagai tempat memenuhi kebutuhan materi. Perkiraan semacam itu, ternyata tidak benar. Pasar tidak hanya tempat jual-beli barang, tetapi, terjadi pula pertukaran bahasa, ekonomi, politik, ideologi, sosial, budaya, ketahanan dan pertahanan. Bahkan, konversi agama pun berlangsung karena pengaruh pasar. Mengapa demikian?

Rasulullah saw sebelum memperoleh wahyu Allah, semula sebagai wirausahawan. Disiapkan sebelumnya dengan kehidupan yang bergumul dengan hiruk pikuk pasar, sejak usia dini, yaitu usia 6 tahun hingga dewasa 40 tahun. Selama 32 tahun, Muhammad berprofesi sebagai wirausahawan. Namun, dikarenakan wahyu Allah, pada usia 40 tahun, berubahlah menjadi Rasulullah saw. Berjuang mendakwahkan ajaran Islam selama 23 tahun.

Pengaruh berikutnya terhadap pengikutnya, menjadikan pasar sebagai medan niaga dan dakwah. Dari pasar, dibangun masjid. Dari masjid dibina generasi muda melalui lembaga pendidikan, di Indonesia disebut pesantren. Kelanjutannya dari tuntutan komunitas Islam, melahirkan kekuasaan politik Islam atau kesultanan.

Istilah pasar berasal dari Timur Tengah dari kata, bazaar. Sebelumnya, di Nusantara Indonesia tidak dikenal istilah tersebut karena pengaruh Islam dan kontak niaga dengan Timur Tengah, mulailah masuk istilah tersebut. Akibatnya, dikenal pula nama-nama pasar dengan hari-hari Islam: Pasar Senin, Pasar Rabu, Pasar Kamis, Pasar Jum’at, Pasar Ahad.

Melalui pasar berkembanglah pula Bahasa Melayu Pasar sebagai bahasa komunikasi niaga dalam pasar. Demikian pula Huruf Arab Melayu menjadi dikenal di Nusantara Indonesia. Tampaknya dapat dipastikan, penguasa pasar dunia, pengendali pengaruh kekuasaan politik, dan penguasa media transportasi, serta pendidikan, membentuk budaya dan peradaban bangsa di dunia.

Dalam hal ini, mengapa Islam dari Timur Tengah berpengaruh besar dalam menciptakan perubahan budaya dan peradaban di dunia, selama 800 tahun dari abad ke-7 hingga abad ke-15? Bagaimana dan dengan jalan apa yang ditempuh oleh para pejuang Islam, mengenalkan ajaran Islam menjadi tersebar ke seluruh dunia saat itu? Mengapa agama Islam disambut oleh masyarakat yang didatanginya sebagai agama pembebas?

Mungkinkah ajaran Islam dapat menyebar ke seluruh dunia, jika umat Islamnya tidak memiliki kesadaran kemaritiman. Sangat kontraduktif jika bangsa Arab yang tinggal di Jazirah Arabia, tidak memiliki kesadaran kebaharian. Tidakkah arti jazirah sebagai suatu wilayah yang dikelilingi oleh laut atau selat.

Wasiat Politik Kelautan

Kapal Arab LamaRasulullah saw memberikan jawaban yang tepat terhadap problema di atas. Ketandusan Jazirah Arabia dijawab oleh Rasulullah saw dengan 40 ayat tentang lautan atau maritim. Di dalamnya, bermuatan ~wasiat politik kelautan~ yang termaktub dalam AI-Quran.

Mengajarkan bahwa Allah telah menyerahkan penguasaan lautan kepada umal Islam. Realitas dunia 71 % terdiri dari lautan dan samudra. Jalan apa yang harus dipilih oleh umat Islam dalam mendakwahkan ajaran Islam ke seluruh dunia. Nusantara Indonesia sebagai negara kepulauan dan produsen rempah-rempah, tersekat jauh antar-pulau dan dengan Timur Tengah, India, dan Cina oleh laulan dan samudra yang luas. Tidak ada pilihan lain kecuali melalui jalan laut niaga.

Nusantara Indonesia sebagai nusa kepulauan yang terbuka dan terletak di antara benua dan samudra. Segenap kemajuan agama yang terjadi di luar, akan masuk dan mengubah sistem kehidupan di Nusantara Indonesia. Agama Hindu dan Buddha yang berasal dari India, masuk ke Nusantara melahirkan perubahan tatanan budaya dan menumbuhkan political authority-kekuasaan Politik atau kerajaan Hindu dan Buddha. Misalnya Keradjaan Hindoe Padjadjaran, Singasari, Kediri, Madjapahit, dan Keradjaan Boeddha Sailendra dan Sriwidjaja.

Kembali ke masalah agama Islam yang merakyat ajarannya, tidak mengenal adanya stratifikasi sosial yang didasarkan kasta. Diterima oleh rakyat di Nusantara Indonesia sebagai liberating forces – kekuatan pembebas. Melepaskan manusia dari pengklasifikasian abadi berdasarkan kasta yang tak dapat diubah karena dasar pembagian kasta berdasarkan hereditas – keturunan darah.

Islam memberikan semangat kehidupan dengan penciptaan ekonomi terbuka melalui pasar. Sistem ini melahirkan sistem sosial terbuka ·opened society. Artinya setiap individu terbuka untuk memperoleh kesempatan mengubah jenjang sosialnya, dengan social climbing– pendakian sosial. Melalui prestasi kerjanya· achieved status. Masyarakat Islam sebenarnya hampir tidak mendasarkan pada ascribed status – kedudukan sosial yang diperolehnya atas dasar keturunan-hereditas kecuali kedudukan Sultan atau Raja.

Islam masuk ke Nusantara Indonesia melalui gerbang pasar yang disebarkan para wirausahawan yang merangkap sebagai juru dakwah. Menurut Prof. Dr. D.H. Burger dan Prof. Dr. Mr. Prajudi, dalam Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, Djilid Pertama, menyatakan Islam di Indonesia dikembangkan dengan jalan damai dan tidak disertai dengan invasi militer.

Dengan dana pribadi dan penguasaan transportasi kelautan serta penguasaan pasar, menjadikan Islam secara cepat tersebar ke seluruh kepulauan Nusantara Indonesia. Pengembangannya melibatkan setiap Muslim dengan keragaman profesinya, yang merasa terpanggil kesadaran agamanya, menjadi dai dengan metode yang sejalan dengan profesinya. Artinya pedagang dengan bahasa niaganya, nelayan dengan pendekatan nelayannya, bangsawan dengan bahasa struktural keningratannya, dan seterusnya. Rasulullah saw mengajarkan, “‘sampaikanlah ajaran yang berasal dariku, walaupun baru satu ayat,” – Bafighu ani walau ayah. Artinya, setiap Muslim berkewajiban untuk berperan aktif, ikut serta sebagai penyebar ajaran Islam yang bersumber dari wahyu. Dengan cara demikian, Islam cepat menyebar dan berdampak mayoritas bangsa Indonesia memeluk Islam sebagai agamanya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kesaksian sejarah dari catatan wirausahawan dapat pula dijadikan sumber penulisan sejarah.

[1] Arnold J.Toynbee, 1974. A Study of History.Abridgemellt of Volume I-VI by C.Somervell. Oxford University Press. New York, hIm. 214.

Bersambung….

*Dicuplik dari buku “API SEJARAH Buku yang akan Mengubah Drastis Pandangan Anda tentang Sejarah Indonesia”, Ahmad Mansur Suryanegara, Salamadani Pustaka Semesta, Cetakan IV November 2010, halaman 25 – 30

*Gambar “Kapal Arab Lama” diambil dari beranda facebook Prof. Abdul Hadi WM

16 Komentar

  1. Indra Ganie - Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten berkata:

    Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain semoga tuhan mempercepat kebangkitan kaum Muslim, memulihkan kejayaan kaum Muslim, melindungi kaum Muslim dari kesesatan – terutama kemurtadan, memberi kaum Muslim tempat yang mulia diakhirat – terutama mempertemukan kita di surga dengan Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassalaam, juga bertemu dengan keluarga besar beliau, serta bertemu dengan para sahabat beliau. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.

    Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

    A’udzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

    Bismillahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
    Arrahmaanirrahiim
    Maaliki yaumiddiin,
    Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
    Ihdinashirratal mustaqiim,
    Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

    Aamiin

    Bismillaahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.

    Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaana Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ajma’iin.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya semuanya.

    Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin. Shalaatan tunjinaa bihaa min jamii’il-ahwaali wal aafaat. Wa taqdhii lanaa bihaa jamii’al-haajaat. Wa tuthahhiruna bihaa min jamii’is-sayyi-aat. Wa tarfa’unaa bihaa ‘indaka a’lad-darajaat. Wa tuballighuna bihaa aqshal-ghaayaati min jamii’ilkhairaati fil hayaati wa ba’dal mamaat.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan umatnya, shalawat yang dengannya kami selamat dari semua ketakutan dan bencana, dan Engkau sucikan kami dari semua kejahatan, Engkau angkat kami ke derajat yang tinggi di sisiMu, dan Engkau sampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dalam hidup maupun sesudah mati.

    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa nuuril anwaar. Wa sirril asraar. Wa tiryaqil-aghyaar. Wa miftaahil baabil yasaar. Sayyidinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-mukhtaari wa aalihil-ath-haari wa ash-haabihil akhyaar. ‘Adada ni’amillaahi wa afdhaalih.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkah atas cahaya di antara segala cahaya, rahasia di antara segala rahasia, penetral duka, dan pembuka pintu kemudahan, junjungan dan pemimpin kami Muhammad, manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karuniaNya.

    Allaahumma shalli shalatan kaamilah. Wa sallim salaaman taamman ‘alaa Sayyyidina wa Maulaana Muhammadanil-ladzii tanhallu bihil-‘uqad. Wa tanfariju bihil-kuruub. Wa tuqdhaa bihil hawaa-iju wa tunaalu bihir-raghaa-ibu wa husnul-khawaatim. Wa yustasqal-ghamaamu biwajhihil-kariim. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi fii kulli lamhatin wa nafasin bi’adadi kulli ma’luumin laka.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan salaam yang sempurna pula, kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, yang dengan beliau itu Engkau lenyapkan kesusahan, Engkau tunaikan segala kebutuhan, dan diperoleh segala keinginan dan akhir hidup yang baik, serta diberi minum dari awan berkat wajahMu yang mulia. Juga kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dalam setiap kejapan mata dan tarikan nafas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.

    Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidina wa Maulaana Muhammadinil-habiibil-mahbuub. Syaafil ‘ilali wa mufarrijil-kuruub. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi wa baarik wa sallim.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, kekasih dan yang dikasihi, (dengan izin Allah) penyembuh penyakit dan pelepas kesusahan, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.

    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil-awwaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil-aakhirin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fin-nabiyyiin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil-mursaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil mala-il a’laa ilaa yaumid-diin. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang terdahulu. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang kemudian. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para nabi. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para rasul. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para arwah hingga hari kemudian, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.

    Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaana Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ‘adada in’aamillaahi wa ifdhaalih.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya sebanyak jumlah nikmat Allah dan karuniaNya.

    Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

    Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu keselamatan dalam agama, dunia, akhirat, kesejahteraan/kesehatan jasmani, bertambah ilmu pengetahuan, rezeki yang berkat, diterima taubat sebelum mati, dapat rahmat ketika mati dan dapat ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami pada waktu sekarat dan selamatkanlah kami dari api neraka serta kami mohon kemaafan ketika dihisab.

    Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
    Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu akhir yang baik dan berlindung dari akhir yang buruk.

    Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.

    Ya Allaah, sesungguhnya kami mohon keridhaan-Mu dan sorga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.

    Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.

    Yaa Allaah, jauhkanlah bencana, wabah, kekejian, kekerasan dan cobaan – yang terlihat maupun tersamar – dari negeri kami khususnya dan dari dunia Muslim umumnya.

    Allaahumma ahlkil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.

    Yaa Allaah, hancurkalah musuhmu, musuh agamamu, yaitu orang kafir, bid’ah dan musyrik.

    Allaahumma syatttit syamlahum wa faariq jam-‘ahum, wazalzil aqdaamahum.

    Yaa Allaah, cerai beraikanlah persatuan mereka, goyahkanlah keyakinan mereka.

    Allaahumma adkhilnii mudkhala shidqiw wa-akhrijnii mukhraja shidqiw waj-‘al lii milladunka sulthaanan nashiiraa.

    Yaa Allaah, masukkanlah kami melalui jalan yang benar, keluarkanlah kami melalui jalan yang benar, dan berilah aku kekuasaan yang menolong.

    ——(doa khusus untuk khususnya, semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada beliau).

    ALLAAHUMMAGHFIRLAHU WARHAMHU WA’AAFIHI WA’FU ‘ANHU

    ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHU WA LAA TAFTINNAA BA’DAHU WAGHFIRLANAA WALAHU

    ———————

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar ra-uufirrahiim
    Laa ilaaha illallah, subhaanal ghafuurirrahim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal kariimil hakiim
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci raja yang maha suci

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha bijaksana
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mahya pengasih lagi maha penyayang
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha penyayang
    Tiada tyuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha bijaksana

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil wafiyy
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal lathiifil khabiir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ma’buud
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuuril waduud
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal wakiilil kafiil

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuat lagi maha memenuhi
    Tiada tuhan selain Allaah, yang maha halus lagi maha mengetahui
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi yang disembah
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha pencinta
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penolong lagi maha pelindung

    Laa ilaaha illallaah, subhaanar raqiibil hafiizh
    Laa ilaaha illallaah, subhaanad daa-imil qaa-im
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal muhyil mumiit
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil qayyuum
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaaliqil baari’

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengawasi lagi maha memelihara
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi mengurus ciptaannya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menghidupkan lagi mematikan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus ciptaannya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi menjadikan

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliyyil ‘azhiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil ahad
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal mu’minil muhaimin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal habiibisy syahiid
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal haliimil kariim

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi lagi maha besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi tunggal
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memberi keamanan lagi maha memelihara
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhanyang maha mencintai lagi maha menyaksikan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyantun lagi maha mulia

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil qadiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil aakhir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanazh zhaahiril baathin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril muta-‘aal
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadhil haajat

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang pertama lagi terdahulu
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang awal dan yang akhir
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang nyata lagi yang rahasia
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha tinggi
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memenuhi semua keperluan

    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘arsyil ‘azhim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanir rahiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbiyal a’laa
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal burhaanis sulthaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il bashiir

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menguasai ‘singgasana yang besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pemurah lagi maha penyayang
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki bukti kekuasaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang aha mendengar lagi maha melihat

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil qahhaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil hakiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ghaffaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar ramaanid dayaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril akbar

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi maha mengalahkan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha bijaksana
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha pengampun
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha besar

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil ‘allaam
    Laa ilaaha illallaah, subhaanasy syaafil kaafi
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil baaqii
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ahad
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ardhi was samaawaati

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha memeriksa
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menyembuhkan lagi mencukupi
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha kekal
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi esa

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuurisy syakuur
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil ‘aliim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil mulki wal alakuut
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ‘izzati wal ‘azhamah
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil haibati wal qudrah

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha membalas
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha mengetahui
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kerajaan bumi dan langit
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai keagungan dan kebesaran
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempnyai pengaruh dan kekuasaan

    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil kibriyaa-i wal jabaruut
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘azhiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aalimil ghaiib
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hamidil majiid
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hakiimil qadiim

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kebesaran dan kekuasaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menegtahui hal ghaib
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha terpuji lagi maha mulia
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan ang maha bijaksana lagi maha terdahulu

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadiris sattaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il ‘aliim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil ‘azhiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamis salaam
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikin nashiir

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuasa lagi maha mnutupi kesalahan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lgi maha mengeahui
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahi lagi maha damai
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha raja lagi maha penolong

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyir rahmaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qariibil hasanaat
    Laa ilaaha illallaah, subhaana waliyyil hasanaat
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shabuuris sattaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaana khaaliqin nuur

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha pengasih
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha dekat kebaikannya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha menguasai kebaikan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha penyabar lagi menutupi kesalahan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan menciptakan cahaya

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil mu’jiz
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal faadhilisy syakuur
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil qadim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil jalaalil mubiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaalishil mukhlish

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha mengalahkan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha utama lagi maha berterima kasih
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha terdahulu
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya keluhuran lagi maha menjelaskan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha murni lagi memurnikan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shaadiqil wa’di

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal haqqil mubiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal haqqil mubiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil quwwatil matiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil ‘aziiz
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil ladzii laa yamuut

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang benar janjinya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhanyang mha benar lagi maha menjelaskan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya kekuatan lagi maha kokoh.
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha hidup lagi tidak mati

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamil ghuyuub
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘uuyuub
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘aalamiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanis sattaar

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui yang ghaib
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan maha menutupi semua cacat
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki ampunan lagi dimintai pertolongan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan semesta alam
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha menutupi

    Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahiimil ghaffaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil wahhaab
    Laa ilaaha illallaah, subhaana qaadiril muqtadir
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ghufraanil haliim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana malikil mulk

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyayang lagi maha pengampun
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha pemurah
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yangmaha kuasa lagi maha memberi kekuasaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki semua kerajaan

    Laa ilaaha illallaah, subhaanal baari-il mushawwir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanallaahi ‘amma yashifun
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal jabbaaril mutakabbir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qudduusis shubbuuh

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi memberi bentuk
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha perkasa
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha membangga
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dari apa yang dianggap oleh orang kafir
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dalam sosok dan sifat

    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil malaa-ikati war ruuh
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil aalaa-I wanna’maa-i
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikil maqshuud
    Laa ilaaha illallaah, subhaana hannaanil mannaan

    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan para malaikat dan ruh
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan pemilik tanda-tanda tinggi dan nikmat
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan raja yang menjadi tujuan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih dan pemberi

    Laa ilaaha illallaah, sayyidina aadamu ‘alaihis salaam shafiyyullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina nuuhun ‘alaihis salaam najiyyulaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina ibraahiimu ‘alaihis salaam khaliilullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina ismaa-‘iilu ‘alaihis salaam dzabiihullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina muusaa ‘alaihis salaam kaliimullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam khaliifatullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam ruuhullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana muhammadur rasuulullaah shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was salaam

    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Aadam AS pilihan Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Nuuh AS diselamatkan Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ibraahiim AS teman dekat Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ismaa-‘iil AS yang disembelih Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Muusaa AS yang diajak bicara oleh Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Daawuudu AS salaam khalifah Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina ‘Iisaa AS ruh Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was salaam utusan Allaah

    Allaahummarhamnaa bibarakati tauraati sayyidina muusaa ‘alaihis salaam wa injiili sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam wa zabuuri sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam wa furqaani sayyidina wa nabiyyina wa maulaana muhammad shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was salaam, birahmatika yaa arhamar raahimiin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.

    Ya Allaah, kasihilah kami dengan berkah Taurat Sayyidina Muusaa AS, Injil Sayyidina ‘Iisaa AS, Zabuur Sayyidina Daawuud AS dan al-Furqaan / al-Qur-an sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallaam utusan Allaah, dengan kasihmu, yang maha penyayang. Dan segala puji bagi Allaah, tuhan semesta.

    Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.

    Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassalaam.

    Ya Allaah, percepatlah kebangkitan kaum Muslim. Pulihkanlah kejayaan kaum Muslim, Lindungilah kaum Muslim dari kesesatan terutama kemurtadan. Berilah kaum Muslim tempat mulia di akhirat.

    Ya Allaah, jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim tetap dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Jadikanlah dunia non Muslim dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah musuh Islam ditaklukan orang Islam.

    Ya Allaah, terimalah amal saleh, ampunilah amal salah, berilah tempat yang mulia di akhirat bagi para pahlawan – baik Muslim maupun anti imperialis Barat.

    Ya Allaah, terimalah amal saleh, ampunilah amal salah, berilah tempat yang mulia di akhirat bagi para korban imperialis Barat maupun kaum Muslim yang tewas akibat aksi non Muslim.

    Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.

    Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

    RABBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHAIRUL WAARITSIN.

    Ya Allah janganlah engkau tinggalkan aku seorang diri dan engkau sebaik2nya dzat yang mewarisi.

    ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.

    Ya Allah bukakanlah bagiku hikmah-Mu dan limpahkanlah padaku keberkahan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang

    RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.

    Ya Rabb, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.

    Ya Allaah, dengan hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy, Asmaa’ul Husna, dan shalawat, salam dan berkah semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassalaam, kami mohon segala hal yang terbaik, segala hal yang terindah bagi semesta – khususnya kami, keluarga kami dan seluruh kaum Muslim.

    Yaa Allaah, dengan segala hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy, Asmaa’ul Husna, dan shalawat, salam, berkah semoga selalu tercurah kepada Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was salaam, kabulkanlah yaa Allaah segala doaku – yang lisan maupun tulisan.

    Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.

    Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksaan neraka serta masukanlah kami ke surga bersama orang-orang baik.

    Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidina wa nabiyyina wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassalaam.

    Tuhan kami, perkenankanlah do’a-do’a kami, karena sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Shalawat, salam dan berkah semoga dilimpahkan kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad s.a.w, atas keluarganya, sahabatnya dan umatnya semuanya.

    HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.

    Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

    Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘alamiin.

    Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.

    Indra Ganie – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten

  2. Olobaho berkata:

    penyebaran Islam di Indonesia sangat dahsyat perkembangannya, tidak heran Islam menjadi mayoritas di negara ini, meski nota bene negara-negara Eropa lah yang ratusan tahun menjajah

  3. Ikhwan berkata:

    Buku Api Sejarah, sebuah pencerahan sejarah yang harus di pahami mayarakat Indonesia (Y)…!

  4. istanamurah berkata:

    wah memang harus dipelajari lebih cermat lagi kalo sejarah islam.

  5. Nuge berkata:

    Jazakallah sharingnya ilmu yang sangat bermanfaat, menambah wawasan saya.

  6. Maxgrosir berkata:

    ini yang saya sukai dalam sejarah, bukan hanya sekedar postingan biasa dan merupakan postingna yang memberikan masukan tentang sejarah di masa lalu

  7. Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia berkata:

    Karya tulis tahun 2004. Semoga bermanfaat. Aamiin yaa Allaah.

    Lebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada KAUM MUSLIM : yang hidup maupun yang mati, di dunia maupun di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

    Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
    A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

    Bismillahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
    Arrahmaanirrahiim
    Maaliki yaumiddiin,
    Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
    Ihdinashirratal mustaqiim,
    Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

    Aamiin

    DA’WAH ISLAM DI INDONESIA: KERJA YANG TAK KUNJUNG RAMPUNG

    PENDAHULUAN

    Umum sudah sama-sama tahu bahwa Indonesia termasuk wilayah yang memiliki letak strategis sehingga terbuka terhadap pengaruh asing. Wilayah luas dan alam kaya menambah pesona negeri ini untuk didatangi bangsa-bangsa lain berikut pengaruhnya. Tetapi tidak hanya berbagai bangsa asing yang hadir ke Indonesia, bangsa Indonesia sejak zaman purba telah merantau keberbagai negeri asing sejauh Madagaskar – pulau di lepas pantai timur Afrika – di sisi barat hingga Kepulauan Mikronesia di sisi timur.

    Hubungan bangsa Indonesia dengan bangsa asing tidak terlepas dari suasana internasional saat itu. Di dunia Barat terdapat Kerajaan Romawi dan di dunia Timur terdapat Kerajaan Cina, ketika awal tarikh Masehi sama-sama meraih puncak kejayaannya. Hubungan antara kedua super power tersebut terjalin melalui jalur darat dan laut. Di darat dikenal dengan istilah “Jalur Sutra”, jalur panjang yang membentang dari Chang’an (kini Xi’an) hingga Constantinople (kini Istambul) melalui Asia Tengah dan Asia Barat. Di laut, terdapat jalur perkapalan melalui Asia Tenggara, Asia Tengah dan Asia Barat dari Kanton (Kwangchou) hingga Suez (al-Suwaiys). Dengan demikian Indonesia masuk jalur pelayaran tersebut.

    Hubungan yang sesungguhnya bermotif ekonomi tersebut kemudian merambah ke aspek lain semisal politik, seni, hukum, bahasa, adat dan syari’at. Ketika itu negara-negara maju bukan hanya Cina dan Romawi, tetapi juga Arabia, Persia dan India. Saling kunjung antar bangsa-bangsa tersebut lambat laun juga melibatkan bangsa Indonesia. Bangsa Cina, Arab, Persia dan India singgah atau mukim di Indonesia, demikian pula bangsa Indonesia hadir di negeri-negeri tersebut. Namun layak disayangkan, pengaruh Indonesia di negeri-negeri yang dikunjungi praktis tidak ada atau sangat sulit dicari dibanding pengaruh bangsa-bangsa asing di Indonesia.

    Jawaban untuk itu agaknya tidak sulit dicari. Bangsa Indonesia tidak memiliki peradaban asli nan canggih untuk mempengaruhi bangsa-bangsa lain. Pada awal tarikh Masehi, Cina, Arab, Persia, Romawi, India, Yunani dan mungkin ada lagi yang lain minimal telah memiliki huruf atau tegasnya budaya tulisan namun tidak demikian halnya dengan bangsa Indonesia. Bagi Indonesia, awal Masehi masih terbilang pra sejarah karena belum mengenal huruf. Bangsa ini mengenal huruf diperkirakan sekitar abad-5, itupun bukan hasil ciptaan sendiri tetapi pengaruh dari India.

    Jika perkara huruf saja belum kenal, apatah pula ciri peradaban lain semisal arsitektur dan filsafat.

    Hasil-hasil alam Nusantara yang waktu itu digemari antara lain kapur barus, kayu manis, kulit harimau, lada dan emas. Perdagangan rempah-rempah sempat didominasi bangsa Arab dan kapur barus sempat didominasi bangsa India.

    Walaupun pernah ada dominasi tetapi tidak ada monopoli. Interaksi antara bangsa Indonesia dan berbagai bangsa Timur asing tersebut praktis berlangsung damai karena saling menguntungkan. Kelak jauh berbeda dengan bangsa-bangsa Barat yang tiba di Indonesia pada awal abad-16, mereka datang tidak hanya untuk berdagang tetapi juga untuk menjajah. Jelas dengan cara ini ada fihak yang dirugikan. Dari bangsa Barat jua, bangsa Indonesia kenal dengan monopoli.

    PENGARUH ASING AWAL DI INDONESIA

    Dari hubungan yang ramah itulah bangsa Indonesia mengenal pengaruh asing. Agama dan budaya secara pelan tapi pasti masuk. Mengingat letak India relatif paling dekat dengan Indonesia maka pengaruh India yang pertama kali masuk dan tampil dominan selama sekitar 1500 tahun.

    Di India telah ada agama Hindu dan Budha. Agama Hindu adalah agama yang tertua di India bahkan mungkin agama tertua di dunia yang masih ada umatnya. Konon Hindu tampil bersamaan dengan peradaban India yaitu sekitar 3000 BC dan hingga kini masih meraih mayoritas umat di negeri tersebut walaupun pernah dalam kuasa raja-raja Budha dan Muslim. Para penguasa non Hindu secara umum memahami agama yang dianut mayoritas dalam arti memberi toleransi. Selain itu, nama “India” memang berasal dari kata “Hindi” atau “Hindu” dan negeri tersebut juga dikenal dengan nama “Hindustan” (Tanah Hindu).

    Adapun Budha lahir sekitar abad-6 BC, berawal dari pencerahan yang diterima oleh Pangeran Sidharta Gautama setelah sekian lama mencari makna hidup dalam pengelanaan. Peristiwa tersebut memberi Gautama nama yang dikenal dengan “Budha” (Yang Disinari atau Yang Dicerahkan).

    Tokoh yang berjasa bagi agama Budha setelah Sidharta adalah Raja Ashoka, seorang raja yang semula terkenal gila perang tetapi berubah total menjadi cinta damai. Dia mengganti kebijakan peperangan dengan pembangunan. Perioda pemerintahannya adalah 1 di antara beberapa puncak kejayaan India.

    Dari Cina, bangsa Indonesia mengenal agama Konghucu. Walaupun agama tersebut masuk relatif bersamaan dengan Hindu dan Budha, praktis tidak meraih umat dari pribumi. Mungkin karena agama Konghucu sangat terkait dengan norma-norma Cina lama. Bahkan di Cina, agama Budha sempat meraih posisi penting walaupun kelak lama kelamaan berpadu dengan Konghucu. Mungkin suatu kebetulan, Gautama dan Konghucu hidup relatif sezaman.

    Dari Persia dan Arabia, pada awalnya bangsa Indonesia tidak mendapat pengaruh dalam bentuk agama atau budaya. Pada perioda awal hubungan antara 3 bangsa tersebut, di Arabia tidak ada umat mayoritas tertentu. Sejak perioda Nabi Ibrahim – sekitar 2000 BC – bangsa Arab menganut agama yang dibawa Ibrahim, dikenal dalam istilah Arab dengan nama “Hanif”. Tetapi agama tersebut praktis tidak pernah berkembang keluar Arabia, bahkan kelak “terdesak” dengan agama-agama lain yang “berebut” pengaruh di Arabia.

    Agama yang sempat mengemuka di Persia (kini Iran) adalah Zaratushtra atau Zoroaster. Agama tersebut lahir pada abad-6 BC dan hingga abad-7 menjadi agama resmi negara. Walaupun di Persia juga lahir agama Manu atau Manichaen pada abad-3 AD dan sempat meraih umat dari Samudera Atlantik hingga Samudera Pasifik, agama tersebut tidak berumur panjang. Di Persia ditumpas oleh penguasa yang menganut Zaratushtra, di luar Persia terdesak oleh agama Islam dan Nashrani. Sama hal dengan Hanif, kedua agama tersebut tidak sempat dikenal oleh bangsa Indonesia.

    Pengaruh Arab dan Persia justru masuk ke Indonesia setelah keduanya menganut agama Islam. Dan kelak – minimal di atas kertas – Islam meraih mayoritas di Indonesia sebagaimana hal di Arabia dan Persia. Inilah yang menjadi pokok pembahasan.

    Agama Islam lahir di Arabia pada abad-7 diawali oleh wahyu yang diterima Muhammad. Islam adalah lanjutan dari karya para nabi sebelum Muhammad, khususnya agama Hanif. Setelah melalui perjuangan yang mengerikan, dia sukses membawa Islam ke level terkemuka di Arabia.

    Ketika itu keadaan Arabia tidak menguntungkan, sejak abad-3 negeri tersebut terkepung oleh 2 negara besar yaitu Bizantium dan Persia. Kedua negara tersebut telah menetapkan agama resmi, warganya yang menganut agama lain cenderung ditindas. Secara umum, kedua rezim tersebut memang menindas rakyat. Rakyat sedemikian lama mengharap pembebasan.

    Dengan latar belakang tersebut, tidaklah mengherankan jika saat Muhammad memperkenalkan Islam maka mereka dengan sigap menolaknya bahkan dengan ancaman tersamar akan menyerbu Arabia untuk menumpasnya. Menindas rakyat sendiri dan niat untuk menyerbu Arabia memaksa kaum Muslim melawan mereka sekaligus.

    Secara logika adalah mustahil mengalahkan kedua super power tersebut, tetapi fakta membuktikan bahwa kaum Muslim mampu melaksanakannya. Singkat cerita, Kerajaan Persia masuk sepenuhnya ke dalam kuasa Muslim dan Kerajaan Bizantium banyak kehilangan wilayahnya. Sampai pada taraf tertentu sukses gerak maju kaum Muslim didukung oleh rakyat 2 kerajaan tersebut.

    Sekitar tahun 732 – seabad setelah Muhammad wafat – kaum Muslim telah membentuk imperium yang membentang dari Iberia hingga perbatasan Cina.

    Islam tak hanya tersebar di wilayah taklukan. Melalui jalur dagang Islam juga tersebar hingga pesisir Asia Timur dan Asia Tenggara – termasuk Indonesia. Sebaliknya, dalam wilayah Muslim ada wilayah yang dihuni mayoritas non Muslim. Kaum non Muslim dibiarkan bebas menganut norma-normanya.

    Penampilan Muslim ke pentas dunia juga menampilkan peradaban yang turut berjasa bagi kemanusiaan. Mereka mewariskan dan melestarikan beberapa peradaban sebelumnya sekaligus memperkaya dengan mencipta yang belum ada. Tetapi di Indonesia kaum Muslim hanya merupakan kelompok minoritas di pesisir, mereka belum membentuk kekuasaan maka belum memiliki peluang membangun peradaban. Mereka harus “menunggu” sekitar 600 tahun lagi untuk demikian.

    Ketika Islam pertama hadir di Indonesia, pengaruh Hindu dan Budha mencapai puncak kejayaannya. Sekedar contoh, di Sumatera tampil Kerajaan Sriwijaya (Budha) yang mendominasi Asia Tenggara hingga sekitar 600 tahun. Di Jawa tampil Wangsa Syailendra yang mewariskan Candi Borobudur. Bahkan ketika kaum Muslim membentuk negara, Kerajaan Majapahit (Hindu) ganti mendominasi Asia Tenggara sekitar 200 tahun.

    KEHADIRAN AWAL ISLAM DI INDONESIA

    Telah tersebut bahwa hubungan antara bangsa Indonesia dengan bangsa asing telah terjalin pada awal tarikh Masehi. Ketika Islam lahir, penyebaran ke Indonesia dapat terjadi karena “fasilitas” jalur dagang yang tercipta karena hubungan tersebut di atas. Muslim dari Arabia, Persia dan India banyak pula berprofesi sebagai pelaut, pedagang dan petualang. Mereka merantau sejauh Madagaskar di lepas pantai Afrika dan pesisir Cina, dengan demikian Indonesia menjadi tujuan singgah atau mukim.

    Ketika mereka tiba, nyatalah bahwa pengaruh Hindu dan Budha telah kuat. Para raja sekaligus dianggap dewa, titisan dewa atau setengah dewa. Segala kehendaknya praktis dipatuhi warganya karena status kedewaannya memastikan anggapan bahwa raja tidak mungkin salah.

    Keadaan ini untuk waktu lama belum memungkinkan Islam meraih umat dari pribumi. Hubungan dengan kaum Muslim asing dengan pribumi hanya terbatas pada soal ekonomi. Kaum Muslim menampilkan perilaku yang simpatik antara lain berdagang dengan jujur dan menjaga kebersihan dengan mandi 2 kali sehari dan wudhu minimal 5 kali sehari, membangkitkan rasa hormat pribumi. Dihormati tapi belum diteladani, karena keterikatan erat antara pribumi dengan penguasanya.

    Ini perlu diketahui untuk membantah pendapat imperialis Barat yang berusaha membangkitkan kebencian terhadap Islam antara lain dengan menyebut bahwa para pedagang Muslim bersifat rakus, licik dan kejam. Padahal para pedagang Barat yang justru banyak berperilaku demikian. Bukan jarang mereka berdagang dengan todongan senjata. Ini sekedar contoh cara “maling teriak maling” yang banyak diterapkan oleh imperialis.

    Islam tampil bertepatan dengan kehadiran 1 kekuatan dominan di Asia Tenggara yaitu Sriwijaya. Negara tersebut diberi istilah oleh kaum Muslim dengan“Sribuza”, “Sribusah”, “Zabaq” atau “Zabay”. Konon negara bagian Kedah di Malaysia berasal dari bahasa Arab yaitu “Kataha”.

    Menurut teori Profesor Fatemi, hubungan diplomatik antara kaum Muslim dengan Sriwijaya bermula pada perioda Khilafah ‘Ummayah (661-750), yaitu negara kerajaan beribu kota Damaskus atau Damsyiq di Syria atau Suriyyah. Negara inilah yang membawa kaum Muslim pada puncak perluasan wilayahnya: dari Iberia hingga perbatasan Cina.

    Di Jawa, pada abad-7 terdapat negara yang dikenal dengan Kalingga. Negara tersebut mencapai masa jaya pada perioda Ratu Sima. Terkenal kisah keadilan, keamanan dan kemakmuran ini dari cara ratu menguji kejujuran rakyatnya dengan meletakkan pundi-pundi emas di ruas jalan. Selama bertahun-tahun isi pundi tersebut tetap utuh, tak ada yang mengambil.

    Prestasi ratu tersebut menarik perhatian musafir Muslim untuk berkunjung, mungkin mereka adalah utusan dari Khilafah ‘Ummayah juga.

    Secara berangsur-angsur wilayah yang kini disebut Indonesia disebut-sebut dalam berita-berita Arab dan Persia antara lain Ibnu Khuradadzbah, Idrisiy dan Yaqut tetapi dengan sebutan semisal “Jawiy” atau “Aqshal Hindiy (India Jauh) selain istilah tersebut di atas untuk Sriwijaya. Istilah “Indonesia” baru muncul abad-19.

    Dari contoh kisah di atas seorang pakar sejarah yaitu Profesor Ricklefs menilai bahwa kehadiran Islam di Indonesia adalah perioda yang paling penting tetapi sekaligus paling tidak jelas karena langka bukti-bukti tertulis. Bukti kehadiran awal Islam di Indonesia umumnya berbentuk makam semisal makam di desa Leran (dekat Gresik) atas nama Fathimah binti Maymun yang berasal dari abad-11. Tidak jelas apakah dia Muslim asing ataukah pribumi, dan juga tidak jelas apakah makam tersebut membuktikan ada pemukiman awal kaum Muslim di daerah itu. Kisah kunjungan musafir Muslim ke Kalingga tersebut di atas tidak jelas pula membuktikan apakah mereka hanya singgah ataukah mukim sambil memperkenalkan Islam.

    Waktu berjalan terus, hubungan juga terus berlangsung walaupun pada abad 11-13 dunia Muslim mendapat bencana berat akibat serbuan dari Eropa dan Mongolia, serta di Indonesia pada saat yang sama sempat mengalami perioda gejolak antara keruntuhan Sriwijaya dengan kebangkitan Majapahit. Bahkan pada perioda suram tersebut tampil negara bentukan pertama Muslim di Indonesia yaitu Kerajaan Samudra Pasai (kini masuk Provinsi NAD). Malik al-Shalih sering disebut raja pertama di Indonesia yang menganut Islam. Dari awal yang kecil inilah kelak da’wah Islam tersebar luas (namun sekaligus tidak tuntas).

    PERKEMBANGAN BERIKUT

    Nama Malik al-Shalih dikenal dari tulisan makam yang menyebut tahun Hijrah yang mengacu pada 1297 Masehi. Menurut legenda, sebelum menganut Islam dia bernama Marah Silu. Ada kemungkinan dia memilih Islam karena hubungan dengan Muslim asing – kemungkinan dari Gujarat (kini masuk negara India) – berdasar ciri makamnya yang menggunakan batu dari sana. Ini boleh dibilang masuk akal karena Samudra Pasai terletak di Selat Malaka, jalur yang ramai sejak awal Masehi.

    Dari info di atas para pakar dari Barat menilai bahwa Islam masuk abad-13 melalui India, pendapat tersebut bertahun-tahun menjadi acuan banyak buku sejarah di Indonesia. Tetapi sekitar tahun 1960-an Hamka berpendapat bahwa Islam masuk sejak abad pertama Hijrah atau abad-7 Masehi langsung dari Arabia bersamaan dengan kehadiran Islam di India – bahkan Cina – berdasar info yang juga telah penulis sajikan di atas. Karena itu penulis juga mencoba membahas kehadiran Islam di Cina dan India.

    Kehadiran Islam di India dan Cina jauh lebih jelas dari pada di Indonesia. Di India, Islam hadir melalui perdagangan di laut dan penaklukan di darat. Di laut para pedagang Muslim dari Arab dan Persia hadir di pesisir barat India yang dikenal dengan nama Malabar atau Koromandel. Di darat pasukan Muslim dari Khilafah ‘Ummayah dipimpin oleh Muhammad bin Qasim merebut wilayah India yang kini bernama Pakistan pada tahun 706. Penaklukan tersebut merupakan awal penguasaan India oleh Muslim, yang berlangsung hingga tahun 1858 akibat dihapus oleh imperialis Barat.

    Penaklukan India yang kedua berasal dari Afghanistan. Raja Mahmud Ghazna membangun Kerajaan Ghaznawiy melalui penaklukan timur Persia, utara India dan selatan Turkistan. Kerajaan ini berlangsung dari abad-10 hingga 12. Ada yang berpendapat bahwa suku Gujarat – dan juga Kasymir – mulai menganut Islam pada perioda tersebut.

    Penaklukan ketiga berasal dari bangsa Turki pada abad-12 oleh Quthbuddin Aybak, yang menampilkan Kerajaan Delhi (1206-1526). Kekuasaan Muslim meluas hingga bagian tengah India.
    Penaklukan keempat berasal dari Turkistan oleh Zhahiruddin Muhammad alias Babur yang menampilkan Kerajaan Moghul (1526-1858). Ketika itu wilayah India yang dikuasai Muslim sekitar 90%.

    Sesungguhnya masih ada beberapa penaklukan lain, tetapi penulis hanya membahas secara singkat 4 penaklukan tersebut mengingat menentukan sejarah India. Dengan demikian jika dijumlah maka kaum Muslim menguasai India sekitar 1000 tahun. Pada tahun 1947 wilayah mayoritas Muslim di barat laut dan timur laut India menjadi negara Pakistan, di India kini jumlah kaum Muslim sekitar 12%.

    Kehadiran Muslim di Cina lebih banyak terjadi karena perdagangan. Hubungan pertama yang bersifat diplomatik terjadi pada tahun 651 ketika Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan mengirim utusan yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash ke Chang’an, ibu kota Dinasti T’ang (618-907). Rombongan tersebut melalui jalur laut dan berlabuh di Kwangchou, kota yang telah lama menjadi pusat dagang yang ramai didatangi para pedagang dari Arab, Persia dan India. Para musafir Muslim yang melalui jalur darat banyak terhimpun di Chang’an, ujung Jalur Sutra.

    Khilafah ‘Ummayah pernah mencoba memperluas wilayah ke arah timur dan tertahan di perbatasan Cina. Gerakan tersebut dipimpin oleh Qutaybah bin Muslim.

    Pada tahun 751 terjadi bentrokan antara pasukan Arab dengan Cina di perbatasan Cina. Pasukan Cina mendapat kekalahan dan di antara personil yang ditawan terdapat para ahli pembuat kertas. Sejak itu penggunaan kertas yang kita kenal kini menyebar pesat sejauh Eropa Barat oleh bangsa Arab setelah berabad-abad Cina menjadi produsen tunggal kertas karena teknik pembuatannya dirahasiakan begitu ketat.

    Terlepas dari konflik yang terjadi sekali-sekali, secara umum hubungan Cina dengan dunia Muslim berlangsung akrab. Tetapi perilaku penguasa Cina di dalam negeri yang berubah-ubah antara simpati dan antipati membuat perkembangan Islam terjadi tarik-ulur alias mandeg, tentu hal tersebut membuat kehadiran Islam di negeri tersebut hanya sedikit. Kini jumlah kaum Muslim hanya sekitar 12.000.000 di antara sekitar 1.300.000.000 orang.

    Kembali ke Indonesia, kemakmuran Samudra Pasai mempengaruhi da’wah Islam. Islam tersebar bahkan membentuk negara-negara Muslim baru semisal Malaka dan Demak. Seorang panglima Demak yang memperkenalkan Islam ke Jawa Barat juga berasal dari Pasai, dikenal dengan beberapa nama antara lain Fatahillah atau Syarif Hidayatullah. Dia juga dikenal sebagai leluhur para raja di Banten dan Cirebon.

    Pada perioda pemerintahan Malik al-Zhahir konon dibangun lembaga pendidikan yang diilhami oleh Universitas Nizhamiyyah di Baghdad. Universitas tersebut dibangun atas usaha Nizhamul Muluk, seorang Persia yang menjadi perdana menteri Kerajaan Saljuqiyyah.

    Kejayaan Pasai relatif singkat, penaklukan oleh Majapahit menempatkan Pasai sebagai vasal. Walaupun nilai politik dan ekonominya pudar, Pasai masih tetap menjadi pusat da’wah Islam. Beberapa ulama Pasai yang ditawan dan di bawa ke ibu kota Majapahit bahkan sukses berda’wah. Beberapa elit Majapahit menjadi Muslim.

    Dari elit tersebut kelak menampilkan negara Muslim pertama di Jawa yaitu Demak.

    Pasai juga sempat mengalami penaklukan imperialis Barat dari Portugal pada 1521. Banyak warga yang merantau ke daerah lain sambil berda’wah, antara lain Fatahillah. Syukur alhamdulillah, kehadiran imperialis tersebut tak berkepanjangan. Raja ‘Ali Mughayyat Syah dari Aceh sukses mengusirnya tahun 1524 dan sejak itu Pasai masuk wilayah Kerajaan Aceh.

    Di wilayah yang kini disebut Malaysia, pernah tampil negara Muslim pertama di semenanjung tersebut yaitu Kerajaan Malaka. Konon dibentuk oleh seorang pangeran Majapahit bernama Parameswara atau Paramisora, setelah menganut Islam dia bernama Megat Iskandar Syah. Kejayaan berpindah dari Pasai ke Malaka, banyak para perantau asing hadir di negeri tersebut. Bangsa Arab menyebutnya dengan “Mulaqat” (Tempat Bertemu Segala Dagang). Kemajuan dagang sejajar dengan kemajuan da’wah namun hal tersebut relatif singkat, bangsa Portugis dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque menaklukan Malaka pada 1511. Peristiwa tersebut sekaligus merupakan awal perioda imperialisme Barat di Asia Tenggara serta awal Asia Tenggara masuk zaman suram atau jahiliyyah. Hal tersebut berlangsung hingga kini. Secara umum, Asia Tenggara masih terbilang terbelakang dengan penjajahan menjadi penyebab pokok.

    Usaha merebut Malaka berulang-ulang dilaksanakan oleh beberapa negara antara lain Aceh dan Demak, namun usaha tersebut gagal. Dengan hanya diselingi Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945) oleh pendudukan Jepang, Malaka di bawah kuasa imperialis Barat hingga kemerdekaan Malaysia pada 31 Agustus 1957.

    Penaklukan Malaka tersebut berakibat masyarakat dagang internasional bubar, tercerai berai ke berbagai pelabuhan di Asia Tenggara. Aceh kebagian “berkah” dari peristiwa itu. Banyak pedagang yang pindah ke Aceh, berakibat negara-kota tersebut maju pesat. Raja Mughayyat Syah bertekad mewujudkan Aceh menjadi kekuatan dominan di barat Asia Tenggara. Dia memperluas wilayahnya dengan menguasai pesisir timur maupun barat Sumatera. Perang dengan Portugis – dan juga Kerajaan Johor – tidak terelakkan: Portugis pernah menyerbu Aceh namun gagal menaklukannya. Hasilnya kemudian adalah perang segitiga Aceh-Malaka Portugis-Johor untuk tampil terkemuka di Selat Malaka yang tak pernah dimenangkan oleh siapapun.

    Perioda pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam (1607-36) sering dinilai sebagai puncak kejayaan Aceh. Bangsa Barat yang hadir untuk merebut “pasar imperialisme” bertambah dengan bangsa Belanda dan Inggris. Dengan cerdik dia mengadu domba kedua bangsa tersebut.

    Sementara itu penyebaran Islam – selain dengan perdagangan – juga bergerak seiring dengan penaklukan oleh Aceh. Penyebaran Islam oleh Aceh menjangkau Bengkulu melalui Minangkabau, di wilayah tersebut Aceh berbatasan dengan wilayah kekuasaan Banten.

    Keunggulan Aceh di bidang politik dan ekonomi memudar sepeninggal Iskandar Muda, hanya da’wah Islam yang masih bertahan. Aceh menjadi pusat pergolakan pemikiran agama terutama tashawuf, tersebut beberapa ulama yaitu Nuruddin al-Raniriy, Hamzah Fanshuriy, Syamsuddin al-Sumatraniy. Kelak Aceh dikenal sebagai wilayah yang sangat Islamiy di Indonesia walaupun tetap harus diingat bahwa keislaman di Asia Tenggara terbilang tidak murni.

    Masuk abad-15 Kerajaan Majapahit berangsur-angsur runtuh akibat konflik intern sepeninggal tokoh kuat Gajah Mada dan Hayam Wuruk. Beberapa wilayah taklukannya melepaskan diri termasuk di Jawa, pusat negara tersebut. Perioda tak nyaman tersebut menampilkan tokoh Raden Patah, yang konon anak raja Majapahit yaitu Brawijaya. Kaum Muslim – yang makin berpengaruh di pesisir – cemas jika Jawa dilanda kekacauan besar, mereka bertekad memulihkan ketentraman – dan kemakmuran jika mungkin – di seantero Jawa. Mereka membentuk beberapa negara-kota semisal Demak, Jepara, Tuban, Gresik dan Surabaya. Melalui pernikahan dan peperangan akhirnya beberapa negara-kota tersebut tergabung dalam Kerajaan Demak.

    Demak menghadapi tantangan berat yaitu masyarakat non Muslim pribumi warisan Majapahit dan pra Islam lainnya di dalam negeri serta imperialis Barat di luar negeri. Setelah menaklukan Malaka, Portugis maju menjelajah Indonesia sejauh Maluku termasuk mengincar Jawa. Sejak zaman Majapahit ada anggapan yang begitu bertahan lama bahwa menguasai Jawa berarti menguasai Nusantara, menguasai Nusantara berarti menguasai Asia Tenggara. Mungkin karena sejak lama Jawa dikenal paling banyak penduduknya.

    Kecemasan Demak terhadap kemungkinan persekutuan non Muslim antara pribumi dengan asing kelak terbukti dan hal tersebut bukanlah yang pertama dan yang terakhir dalam sejarah Muslim. Sejak Muhammad masih hidup hal tersebut pernah terjadi. Secara diam-diam, Bizantium dan Persia seperti ada kesepakatan mengurangi permusuhan sengit mereka yang sudah berabad-abad. Mereka menjalin hubungan dengan non Muslim pribumi Arab untuk melawan Muslim.

    Penghancuran peradaban Muslim di Asia Barat oleh Hulagu Khan dari Mongol pada abad-13 tak terlepas dari bagian persekongkolan tersebut. Bangsa Mongol menyerbu dunia Muslim dari belahan timur ketika kaum Muslim sibuk melawan imperialis Eropa yang menyerbu dari barat. Saling kirim utusan antara Mongolia dan Eropa dilaksanakan untuk membentuk front yang mengepung dunia Muslim.

    Persekutuan sesama non Muslim dari umat manapun melawan Muslim sepanjang riwayat agaknya membuat kecurigaan penulis makin kuat, bahwa Islam adalah si bungsu yang dinanti umat-umat dari sebelumnya bukan untuk dikasihi tetapi dinanti untuk dihabisi. Padahal Islam bukanlah agama yang begitu saja jatuh dari langit tetapi adalah lanjutan karya para nabi sebelum Muhammad. Penyelidikan terhadap sumber-sumber beberapa kitab suci menunjukkan – walau mungkin tak sejelas yang diharapkan – bahwa ada info tentang agama terakhir dan nabi terakhir yang mengarah pada Islam dan Muhammad. Dan setiap gerakan anti Islam jika diusut-usut hampir pasti bersumber dari imperialis Barat, yang non Barat cenderung menjadi antek.

    Kembali ke Jawa, Portugis mencoba menjalin hubungan dengan Pajajaran di Jawa Barat dan Majapahit di Jawa Timur. Maksudnya tidak sulit dicari: mengepung Demak di Jawa Tengah. Mirip taktik mengepung non Muslim Mongolia dengan non Muslim Eropa. Beberapa elit Majapahit mengirim hadiah kepada gubernur Portugis untuk Malaka, di Jawa Barat bahkan lebih jauh lagi: Pajajaran membuat perjanjian tahun 1522 yang mengizinkan Portugis membuat pangkalan di Sunda Kelapa.

    Demak tidak punya pilihan selain bergerak ke kedua arah tersebut sekaligus. Dengan cepat pesisir ke arah barat sejauh selat Sunda direbut supaya hubungan Portugis-Pajajaran terputus. Usaha Portugis merebut Sunda Kelapa digagalkan, peristiwa ini mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (kini Jakarta).

    Kesuksesan tersebut di atas menampilkan nama yang hingga kini belum tuntas terungkap, yaitu Fatahillah, Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati. Ada pendapat bahwa nama-nama tersebut menunjuk orang yang sama, ada pula yang menyebut orang yang berbeda. Untuk kisah ini, penulis memakai nama Fatahillah, mengingat nama tersebut yang diabadikan untuk museum di Jakarta.

    Fatahillah menetap di Jawa Barat hingga wafatnya, ketika Demak mengalami kekacauan intern dia melepaskan diri dari kuasa Demak dengan membentuk negara baru yaitu Banten dan Cirebon. Adapun kekacauan di Demak karena Raja Trenggono dibunuh oleh bawahannya sendiri ketika dia memimpin proyek penaklukan Jawa Timur. Kekacauan di Demak berakibat tampil negara baru di Jawa Tengah yaitu Pajang dan Mataram – bahkan Palembang di Sumatera.
    Selain negara-negara tersebut di atas, di wilayah yang kini disebut Indonesia juga terdapat beberapa negara Muslim semisal Jambi, Banjarmasin, Makassar, Ternate dan Tidore. Tetapi bukan maksud penulis untuk membahas semua negara-negara Muslim di Indonesia. Penulis mencoba membahas hambatan yang dihadapi oleh da’wah Islam yang berakibat Indonesia tidak sepenuhnya Islamiy sehingga da’wah menjadi kerja yang perlu terus menerus dilaksanakan seakan-akan tak kunjung rampung. Dan hambatan pokok da’wah di Indonesia sejak abad-16 jika diusut-usut akan mengarah pada imperialis Barat, hambatan lain hanyalah turunan dari hambatan pokok tersebut. Penulis hanya membahas Pasai dan Demak karena kedua negara tersebut adalah perintis: Pasai negara Muslim pertama di Sumatera (sekaligus di Indonesia) dan Demak negara Muslim pertama di Jawa. Dari keduanya kelak lahir negara-negara Muslim lain di Indonesia.

    HAMBATAN DA’WAH

    Telah dijelaskan bahwa walaupun hubungan antara kaum Muslim asing dengan pribumi Indonesia telah ada sejak abad pertama Hijrah, sulit ditemukan bukti bahwa ada pribumi yang telah menganut Islam. Pengaruh Hindu dan Budha masih kuat akibat tuah raja sehingga hubungan tersebut terbatas pada ekonomi. Kaum Muslim harus menunggu sekitar 600 tahun untuk meraih pengaruh selain ekonomi termasuk di bidang agama.

    Islam adalah agama dengan ciri tauhid yang mungkin paling jelas dibanding agama lain. Faham bertuhan satu dalam Islam praktis masih asli dalam 2 sumber pokok Islam yaitu kitab dan sunnah. Demikian pula bagian-bagian lain dalam Islam semisal moral dan syariat. Hal tersebut jelas sangat berbeda – kalau tidak boleh disebut bertentangan dengan budaya – atau mungkin sifat – bangsa Indonesia yang bercorak syirik (bertuhan banyak).

    Sebelum ada hubungan dengan pengaruh asing, bangsa Indonesia percaya dengan kuasa ghaib yang menjelma atau bercokol dalam berbagai benda atau bentuk. Pohon besar, batu besar atau segala sesuatu yang terlihat mengagumkan atau menakutkan semisal petir dan gunung meletus dihubungkan dengan perkara ghaib. Kepercayaan tersebut mengarah pada syirik karena segala benda atau bentuk dianggap memiliki kuasa ghaib, setiap benda, bentuk atau tempat ada “penunggunya” – yang kelak dituhankan: disembah dan dipuja, bahkan diberi sesaji supaya tidak marah yang berakibat bencana.

    Sejauh yang diketahui, Indonesia bukan tempat muncul agama, nabi, wahyu atau hal semacam itu walau dalam al-Qur-an ada tersebut bahwa setiap kaum diutus nabi untuk menuntun kaum tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka dan kelak kenabian “ditutup” dengan Muhammad. Dalam hadits disebut jumlah para nabi 124.000 orang dan dari mereka al-Qur-an hanya menyebut 25 nama yang dapat “mewakili” semua nabi. Tetapi sejauh yang diketahui, agama lahir di Asia Barat (Hanif, Yahudi, Zoroaster, Nashrani, Manichaen dan Islam), Asia Selatan (Hindu, Budha dan Jain) dan Asia Timur (Konghucu). Tidak ada di Asia Tenggara.
    Islam bukanlah pendatang awal di Indonesia, kehadiran Islam terjadi saat pengaruh Hindu dan Budha telah kuat. Walaupun mungkin Hindu dan Budha mengenal faham keesaan tuhan tetapi sejauh yang penulis kenal masih terdapat penyembahan/pemujaan terhadap sosok yang lain – apapun sebutannya – meskipun ada yang menilai hal tersebut sekadar lambang. Mereka menilai penyembahan tetap ditujukan kepada tuhan yang maha esa. Konsep ketuhanan yang boleh dibilang mirip antara kedua agama tersebut dengan sifat asli bangsa Indonesia menyebabkan pengaruhnya sanggup bertahan sekitar 1500 tahun. Bahkan walaupun kini mayoritas bangsa ini Muslim, pengaruh sifat asli dan kedua agama tersebut belum lenyap sepenuhnya dari kaum Muslim.

    Pada abad-16 tampil hambatan baru da’wah Islam di Indonesia yaitu imperialisme Barat. Berawal dari kehadiran Portugis, kemudian Spanyol, Inggris dan Belanda. Berbeda dengan bangsa-bangsa asing sebelumnya yang pernah hadir di Indonesia. Mereka – minimal atau terlebih lagi saat itu – memiliki perilaku yang sungguh berbeda. Cara berdagang, atau secara umum perilaku mereka cenderung tidak simpatik: kasar dan serakah. Mungkin boleh dibilang bahwa mereka berdagang hanya kedok, niat mereka sesungguhnya adalah menjajah. Karena itu pandai dagang adalah urusan kedua, kurang peduli cara mereka menyakiti dan merugikan orang lain atau tidak.

    Konsep imperialisme Barat terumuskan sejak abad-16 dengan semboyan mereka sendiri yaitu “gold” (mencari kekayaan), “gospel” (menyebarkan pengaruh yaitu agama dan budaya) dan glory (mencari kemuliaan). Khusus tentang agama, mayoritas bangsa-bangsa Barat menganut agama Nashrani.

    Walaupun tidak ada hubungan antara imperialisme dengan Nashrani, bangsa-bangsa Barat sekian lama menjadikan Nashrani sebagai bagian dari imperialisme, atau imperialisme sebagai bagian dari Nashrani. Artinya kira-kira begini: Barat menilai bahwa untuk menyebarkan agama layak atau perlu menggunakan cara imperialisme, dan karena itulah imperialisme dinilai dibenarkan agama. Untuk menjernihkan perkara, penulis ulangi: tidak ada hubungan antara imperialisme (dan juga terorisme) dengan agama manapun, termasuk Nashrani dan Islam. Imperialisme Barat sudah ada sejak sebelum Masehi, tegasnya sebelum lahir Nashrani. Demikian pula terorisme – yang sering dihubungkan dengan Islam – sesungguhnya berasal dari Barat sejak sebelum Masehi.

    Juga penulis ulangi, permusuhan antara imperialisme Barat dengan Muslim telah ada sejak Muhammad masih hidup, yaitu Bizantium. Ketika Islam lahir, Bizantium – selain menduduki Eropa – telah menjajah wilayah Timur yaitu Asia Barat dan Afrika Utara. Gerak maju pembebasan oleh kaum Muslim berakibat Bizantium kehilangan banyak wilayahnya, dan pada tahun 1453 kaum Muslim akhirnya menamatkan riwayat negara imperialis tersebut.

    Pada abad-11 terjadi kebangkitan imperialisme Barat, beberapa negara Eropa bergabung menyerbu dunia Muslim dari Iberia hingga Mesopotamia dengan nama perang salib (1095-1291). Perang tersebut ternyata menampilkan akibat yang lebih parah dibandingkan konflik Muslim – Bizantium, permusuhan yang sempat mereda bangkit kembali dengan lebih sengit sehingga trauma, dendam, curiga, benci atau apapun sebutannya masih hadir saat ini. Mungkin perlu waktu sangat lama dan usaha sangat serius Muslim – Barat untuk pulih dari dampak perang salib.

    Kebangkitan imperialisme Barat yang entah kesekian kalinya pada abad-16 banyak yang menilai sebagai lanjutan dari perang salib, namun dengan nama berbeda: perang kolonial. Dipelopori Spanyol dan Portugis, imperialis Barat bergerak maju ke wilayah yang hingga saat itu hanya didengar tetapi belum dijamah, atau bahkan masih misterius. Wilayah yang terbilang misterius adalah benua yang kini dikenal dengan nama Amerika dan Australia, 2 benua luas tapi berpenduduk jarang. Adapun Asia Tenggara dan Asia Timur sudah pernah mereka dengar – dari perjalanan musafir Marco Polo pada abad-13 – tetapi belum dijamah.

    Di Amerika dan Australia boleh dibilang mudah ditaklukan mengingat wilayah luas penghuni jarang dan mayoritas masih primitif. Entah berapa banyak jumlah pribumi yang tewas akibat perilaku imperialis Barat, selebihnya ada yang berbaur atau mengasingkan diri lebih ke pedalaman. Pada abad-19 kedua benua tersebut sukses dibaratkan dan menjadi dunia Barat.

    Di Afrika dan Asia, imperialis Barat mendapat perlawanan lebih berat. Kedua benua tersebut selain luas juga berpenghuni padat sekaligus banyak yang sudah berperadaban canggih mengingat asal muasal peradaban manusia memang berasal dari dunia Timur. Barat hanya mengembangkan peradaban tersebut. Akibatnya, walaupun sebagian besar dunia Timur dijajah Barat tetap saja hingga saat ini gagal dibaratkan.

    Di Asia Tenggara, imperialisme Barat dikenal dengan penaklukan Kerajaan Malaka oleh Portugis sebagai tersebut di atas. Selain menempati letak strategis di Selat Malaka, da’wah Islam juga sukses dihentikan. Portugis berkuasa di Malaka hingga tahun 1641 setelah diusir oleh Belanda.

    Seakan berpacu dengan waktu, penjelajahan Portugis maju ke Maluku di pimpin oleh Francisco de Serrao tahun 1512. Mereka melihat kaum Muslim juga lebih dulu hadir di kepulauan yang sejak lama menjadi pusat rempah-rempah dunia tersebut. Peperanganpun dengan Muslim pribumi tak terhindarkan yang memaksa Portugis hanya bertahan di Ambon hingga 1605, juga karena diusir Belanda. Tetapi kekuasaan di Timor Timur bertahan hingga 1976.

    Walaupun beberapa bangsa Eropa pernah hadir di Indonesia, tetapi yang pernah memiliki pijakan kolonial hanya Portugis, Inggris dan Belanda. Pada awal abad-20 Belanda menguasai sebagian besar Indonesia dan Portugis hanya “kebagian” sisa di sudut negeri ini.

    Konflik dengan imperialis Barat yang kejam dan lama menimbulkan korban jiwa dan harta kaum Muslim, banyak aset umat semisal masjid dan pesantren rusak atau hancur. Banyak ulama dan santri yang tewas, hilang atau ditangkap sehingga umat kehilangan panutan dan bimbingan padahal mereka masih memerlukan da’wah karena pemahaman yang belum utuh terhadap agama. Akibatnya, pemahaman terhadap Islam tercampur dengan berbagai faham pra Islam semisal syirik dan bid’ah. Potensi untuk da’wah terkuras untuk perang.

    Imperialis Barat praktis tak memberi peluang untuk da’wah. Usaha umat untuk bangkit membuat tatanan yang Islamiy segera ditumpas – terutama di Jawa. Imperialis cemas jika suatu kebangkitan pribumi terutama di Jawa dan berbasis Islam. Mereka tahu betul nilai strategis Jawa sebagaimana telah disebut di atas. Kebangkitan “Khilafah Majapahit” – kiasan yang bermakna kebangkitan pribumi di Jawa mendominasi Asia Tenggara selevel Majapahit sekaligus berbasis Islam jelas mengancam kepentingan imperialis Barat.

    Contoh kecemasan imperialis terhadap kebangkitan Muslim di Jawa dapat disimak dari kasus Pangeran Diponegoro. Dia jelas-jelas berjuang mewujudkan negara Muslim Jawa. Belanda mengerahkan sebagian besar sumber dayanya untuk menumpas revolusi tersebut yang berakibat berkobar Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-30). Walaupun gerakan serupa telah ada lebih dulu di Sumatera – yaitu gerakan Paderi yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol – di mana Belanda telah terlibat perang sejak 1821, Belanda tetap menilai penting menumpas Diponegoro terlebih dulu karena ada di Jawa. Belanda yakin, bahwa Diponegoro tidak akan berhenti hanya di Jawa, pasti revolusinya akan meluas ke Nusantara – bahkan Asia Tenggara. Untuk itu Belanda bersedia menghentikan permusuhan dengan gerakan Paderi supaya dapat menghimpun sumber dayanya untuk perang di Jawa.

    Mengingat teknologi transportasi dan komunikasi belum secanggih kini serta usaha Belanda menutup seketat mungkin Jawa supaya info tidak bocor keluar, Imam Bonjol tidak tahu apa sebab Belanda minta damai. Tidak tahu bahwa Belanda sedang terdesak. Dia menerima uluran damai Belanda dengan penilaian bahwa Islam agama damai, jika musuh menghentikan permusuhan ya hentikan permusuhan. Dia juga menilai bahwa damai memberi peluang untuk membina umat, perang dilaksanakan jika da’wah terganggu atau agama dilecehkan.

    Setelah revolusi Diponegoro dapat ditumpas, Belanda kembali menempatkan Imam Bonjol dalam daftar berikut yang harus ditumpas. Perang di Minangkabau kembali berkobar hingga 1837.
    Usai Perang Diponegoro, Belanda bekerja keras mencegah Jawa menjadi Islamiy, pengaruh Barat disebar luaskan dengan mendatangkan missie dan zending. Pusat-pusat zending dan missie ditempatkan antara lain Semarang, Salatiga, Ambarawa, Muntilan dan Magelang. Persis di pusat Jawa! Markas tersebut masih dapat kita saksikan. Belanda juga merangkul kaum Muslim nominal – lazim disebut “abangan” – untuk mencegah kebangkitan Muslim santri atau “mutihan”.

    Penjajahan yang begitu lama selain menampilkan keterbelakangan juga menampilkan sekelompok pribumi yang menjadi antek imperialis, umumnya mereka seagama dengan Barat. Belakangan, agaknya dalam jumlah makin bertambah dari kaum Muslim juga secara sadar maupun tidak menjadi antek Barat. Mungkin mereka dapat dikira-kira dari perilaku semisal tidak setuju jika hukum Islam berlaku di Indonesia.

    Demikianlah, sejak abad-16 bertemulah kepentingan yang sama antara non Muslim yang berasal dari pra Islam di Indonesia dengan imperialis Barat untuk melawan Islam. Mereka mungkin saja dapat terpecah belah sejauh tidak terkait dengan Islam. Tetapi begitu terkait, mereka segera 1 rasa, 1 logika, 1 kata, dan 1 kerja menghadapi Islam. Dan imperialis Barat masih tetap memegang peranan kunci mengingat keunggulan mereka membentuk pendapat umum untuk antipati terhadap Islam. Hal tersebut juga berlaku di luar Indonesia. Makin terbukti bahwa Islam memang “si bungsu yang dinanti bukan untuk dikasihi tetapi dinanti untuk dihabisi”. Ingin dihabisi oleh umat-umat yang sudah dipesan oleh para nabi mereka untuk (kelak) menerima agama terakhir: Islam.

    PENUTUP

    Kini mayoritas penduduk Indonesia menganut Islam, mayoritas dalam jumlah sekaligus mayoritas dalam keterbelakangan. Pemahaman agama misalnya, masih banyak tercampur oleh faham-faham yang bertentangan dengan Islam sebagai warisan dari pra Islam. Selamatan sekian hari untuk yang mati, memohon kepada tempat-tempat atau benda-benda yang dianggap angker atau keramat, praktek santet dan adu kelahi hewan adalah beberapa contoh pemahaman/pengamalan agama yang kurang atau dangkal.

    Pengaruh imperialis Barat makin memperparah mutu umat. Berbagai tempat maksiat serta berbagai faham dari Barat semisal sekularisme, hedonisme, materialisme, bahkan ateisme sempat atau masih – atau bahkan makin – hadir di Indonesia. Keinginan untuk melaksanakan syari’at Islam dalam segala aspek – termasuk kehidupan bernegara – jelas tidak mungkin terlaksana dengan suasana macam ini. Yang menentang bukan hanya non Muslim tetapi juga Muslim karena kedangkalan pemahaman mereka. Sebelum melangkah pada pelaksanaan syari’at Islam haruslah ada proses persiapan yang tidak singkat mengingat tidak mudah.

    Untuk sampai ke tujuan tersebut hanya da’wah yang terus menerus baik perkataan (da’wah bil lisaan) maupun perbuatan/teladan (da’wah bil haal) yang dapat memberi harapan. Beramai-ramai para ulama masuk parpol, atau membentuk banyak parpol berazaz Islam atau sebanyak mungkin bercokol dalam MPR/DPR tidak dapat dijadikan ukuran sukses mengislamkan Indonesia. Bukan jarang dengan berpolitik praktis kepentingan umat terabaikan, lalai karena nikmat dari jabatan. Kelak ujung-ujungnya bukan sibuk mengurus umat tetapi sibuk mengurus jabatan – termasuk mempertahankan. Maka penulis ulangi: mengislamkan Indonesia harus mulai dengan da’wah, perbaiki mutu umat – khususnya pemahaman agama – sehingga bukan mustahil tanpa resmipun mencantumkan syari’at Islam dalam konstitusi maupun hukum tertulis lain kaum Muslim menjadi Islamiy sehingga segala aspek hidup bercorak Islamiy pula. Ingat! Muhammad butuh waktu 22 tahun mewujudkan masyarakat Islamiy. Jangan harap kita manusia biasa mampu mewujudkan masyarakat Islamiy dalam sekejap bagai sulap. Maka tetaplah da’wah Islam di Indonesia adalah kerja yang tak kunjung mengenal rampung. Wallahu a’lam bish shawwab.

  8. Ceng danadyaksa sarjiwa berkata:

    Assalamu’alaikum.
    Saya mau nyumbang tulisan tentang perjalanan sirah rasul di indonesia. Gimana caranya ya? Dikirim ke mana tulisan saya?

  9. Ceng danadyaksa sarjiwa berkata:

    Assalamu’alaikum.
    Saya mau nyumbang tulisan tentang perjalanan sirah rasul di indonesia. Gimana caranya ya? Dikirim ke mana tulisan saya??

  10. Muh Tazar berkata:

    gan, gua share yaa

  11. Baris ke lima dari bawah tertulis “Bafighu ani walau ayah”. Mungkin maksudnya “Ballighu ‘anni walau ayah”

Tinggalkan Komentar