G.I.A.T

“Adalah mustahil menulis persoalan besar tanpa hidup dalam persoalan besar itu, menjadi pemimpin agung tanpa menjadi manusia agung. Manusia harus menemukan dalam dirinya sendiri rasa tanggung jawab yang besar terhadap dunia, yang berarti tanggung jawab terhadap sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri” (Vaclav Havel : Mantan Presiden Republik Chek)

Sang maestro motivator jaman kiwari Mario Teguh pernah berkata: “kenapa ulat menggeliat dan melangkah pindah saat kena panas?? itu karena ulat tidak bisa mengeluh. Yah … mengeluh adalah perbuatan yang tak menghasilkan apa-apa. Pemimpin banyak mengeluh bercampur aduk dengan mudah marah tak akan mampu mengubah anak bangsa yang sedang susah, rakyat mengeluh meski keluhan campur teriakan maka khafilah tetap lah berlalu.  “Setiap hari sikap diam telah menelan para korban. Memilih cuma berdiam diri adalah penyakit yang mematikan.”(Natalia Ginzburg), maka bergerak bergeliatlah untuk terus bergerak dalam roda-roda sejarah karena  “Siapa saja yang menggunakan tangannya untuk menghentikan roda sejarah, jari-jemarinya akan hancur.” (Lech Walesa)

Dalam roda-roda sejarah Indonesia, lima belas tahun pertama abad-20 telah menjadi starting point bagi masa depan bangsa Indonesia. Giat geliat anak bangsa kaum bumiputera telah membangunkan ibu pertiwi yang tertidur lelap dan ternina bobokan oleh Nederlander, dari kepala inlander keluar gagasan-gagasan membangunkan, dari tangan mereka lahirkan tulisan-tulisan mencerahkan, dari retorika mereka buahkan pergerakan-pergerakan dan dari actie-actie mereka bebaskan penjajahan bangsa asing dan memberikan harapan atas nama kemerdekaan.

Pada tahun 1913,  Ki Hajar Dewantara menulis sebuah artikel yang  berjudul  “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: Als ik eens Nederlander was), dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker. Artikel ini ditulis dalam konteks rencana pemerintah Belanda untuk mengumpulkan sumbangan dari Hindia Belanda (Indonesia), yang saat itu masih belum merdeka, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis. Kutipan tulisan tersebut antara lain:

“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan dinegeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengkongsi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingan sedikitpun”.

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka. (ref)

Pada tahun 1916H.O.S Tjokroaminoto pimpinan Syarekat Islam telah menggugah kesadaran bangsa Indonesia sebagai bangsa terjajah, dalam pidatonya saat kongres pertama di Bandung , ia berkata:
”Tidaklah wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang disebabkan hanya karena susu. Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan maksud mengambil hasilnya, dan pada saat ini tidaklah lagi dapat dipertanggungjawabkan bahwa penduduknya adalah penduduk pribumi, tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik, yang menyangkut nasibnya sendiri… tidak bisa lagi terjadi bahwa seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita, mengatur hidup kita tanpa partisipasi kita.”

Selanjutnya Hos Tjokro menyatakan : “…merupakan tugas Syarekat Islam untuk memprotes kata-kata dan perbuatan yang bermaksud merendahkan ‘de Inlandsche onderdanen’ …rakyat yang berdiam di desa-desa atau kampung-kampung terus menerus di sebut de kleine man (wong cilik), apakah sebutan ini sesungguhnya tepat?” “Tidak!, ucapan seperti itu atau pandangan –pandangan yang demikian sudah tidak pantas lagi didengar oleh suatu bangsa yang sedang mulai berevolusi dan yang sedang mulai meningkatkan dirinya!

Dalam sebuah pidatonya disebuah vargedering di Semarang, Tjokro bercerita mengenai maksud pendirian SI sebagai sebuah perkumpulan yang dipertalikan agama. Lebih jauh ia mengungkapkan:

“Dengan alasan agama itu, kita akan berdaya upaya menjunjung martabat kita kaum bumi putera dengan jalan yang syah. Menurut dalil dari kitab (kita lupa dalilnya dan namanya kitab tadi, red), orang pun mesti menurut pada pemerintahan rajanya. Siapakah sekarang yang memerintahkan pada kita, bumi putra? Ya, itulah kerajaan Belanda, oleh sebab itu menurut syara agama islam juga, kita harus menurut kerajaan Belanda. Kita mesti menepi dengan baik-baik dan setia wet wet dan pengaturan belanda yang diadakan buat kerajaan belanda. “ Setelah itu ia berkata dengan nada lantang“ lantaran diantara bangsa kita banyaklah kaum yang memperhatikan kepentingannya sendiri dengan menindas pada kaum yang bodoh. Maka kesatriaan kaum yang begitu sudah jadi hilang dan kesatriaannya sudah berbalik jadi penjilat pantat

Satu keberhasilan generasi bangsa Indonesia di paruh pertama abad 20 adalah keberhasilan dalam pendidikan politik, keberhasilan dalam mencetak kader-kader pemimpin bangsa. Pendidikan politik yang mencerdaskan meski dalam ruang-ruang ideologi politik yang beragam.

Pada masa perjuangan kemerdekaan  dan para the founding fathers (para pendiri bangsa) masih dapat menyaksikan buah yang mereka tanam sebelumnya. Para pemimpin pada masa ini tidak hanya mampu memberi visi, inspirasi, semangat kepada rakyat, tetapi juga teladan dan arah yang nyata untuk mengabdikan dirinya demi kepentingan bangsa. Ucapan para pemimpin meresap ke dalam hati, bahkan masih diingat dan dikutip oleh rakyat di pelosok yang paling jauh sekalipun.

Perang melawan Belanda dimenangkan bukan karena keunggulan senjata juga bukan karena kecerdasan bangsa ini, tetapi lebih ditentukan oleh keuletan dan kekuatan mental pemimpin dan rakyat yang telah ditempa dalam berjuang di medan gerilya dan di meja perundingan di bawah suluh moral kebangsaan dan kerakyatan, sekalipun dalam serba berkekurangan.

“Percaya dan yakinlah bahwa kemerdekaan satu negara yang didirikan di atas timbunan runtuhan ribuan jiwa, harta benda dari rakyat dan bangsanya tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia, siapa pun juga.” Jenderal Sudirman (1916-1950), Panglima Besar Tentara Republik Indonesia

Setelah satu abad … krisis melanda bangsa Indonesia, susah mencari pemimpin yang menjadi guru di “gugu dan ditiru”. Pendidikan politik tak lagi mencerdaskan malah menyesatkan, bangunan ideologis semakin rapuh diterjang tsunami dan gempa pragmatisme. Maka seolah diingatkan kembali akan kata-kata H.O.S Tjokroaminoto : “lantaran diantara bangsa kita banyaklah kaum yang memperhatikan kepentingannya sendiri dengan menindas pada kaum yang bodoh. Maka kesatriaan kaum yang begitu sudah jadi hilang dan kesatriaannya sudah berbalik jadi penjilat pantat”.

Berpikir Indonesia Alternatif , adalah berpikir harapan, cita dan asa anak negeri karena “Yang tua sedang sekarat, sementara yang baru belum lagi selesai tumbuh,” maka :

“Cita-cita bukanlah takdir, tapi sebuah penunjuk arah. Ia bukan perintah, tapi komitmen. Ia tak menentukan masa depan, melainkan wahana untuk menggerakkan sumber daya dan energi bagi usaha membangun masa depan.” (Peter F Drucker)

G.I.A.T menggeliat, G.I.A.T dengan peluh bukan keluh … G.I.A.T adalah Gerakan untuk Indonesia Alternatif Transformatif … dari kepala buahkan gagasan brilian dari tangan lahirkan tulisan mencerahkan dan dari actie tebarkan harapan masa depan. G.I.A.T adalah perlawanan cerdas bukan perampokan brankas, G.I.A.T adalah terrorist kata bukan terrorist senjata, G.I.A.T  adalah keringat usaha  karena “Tidak ada hal hebat yang tercipta dalam sekejap.”

Siapa saja yang menggunakan tangannya untuk menghentikan roda sejarah, jari-jemarinya akan hancur.” Maka biarkan kami membuat sejarah tentang diri kami , tentang anak bangsa yang meyakini bahwa syurga ada di telapak kaki ibu pertiwi, meski bapak kami telah tiada tapi cita-cita senantiasa ada. Di telapak kaki ibu pertiwi, anak bangsa letakan tangan rebahkan badan mohon restu buat Indonesia maju.

Buat seluruh anak bangsa, kita melihat realita yang sama, kita mendengar jeritan yang sama, kita merasakan kesusahan yang sama maka biarlah isi hati kita tetap tersembunyi tersimpan dalam dada sanubari tapi mari suarakan nyanyian yang sama tentang “Padamu Negeri”.

……………………..

Berilah aku kesempatan

Yang akan membuatku tak akan lagi menyesal seumur hidup

Yang akan membuatku memperoleh barang seserpih rasa bangga

Karena telah merasakan jantungmu berdegup keras

Saat rakyatmu tak lagi makan

(Puisi Anak Indonesia, Shohibul Anshor Siregar)

Selamat datang anak bangsa yang ber-G.I.A.T menggapai cita dan asa.

Salam revolusi cerdas abad 21

*gambar : alvienrizki.com

33 Komentar

  1. upin & ipin berkata:

    sory salah sasaran mang, kalo msalah dinosaurus manusia sangiran cs, baru tahu aku dari Al Baqarah, ketika malaikat bertanya, kenapa akan Engkau ciptakan mahluk yg akan menumpahkan darah di bumi?, kalo kutipan salah mohon maap ya, kemungkinan pernah ada mahluk mirip manusia kali? indonesia kok sering nyalahin aku ya, padahal salah sendiri TNI AL dan AU nya dicuekin setelah taun 65?kerjaan master mind agar fokus keruk sda?yaa pembangunan kodam setuju, tapi ingat juga daya gedor dan aura kejantanan keluar negeri kan berkurang man? tapi jgn perang dan nindas rakyat sendiri yo! kapan neh boss buat kaos sejarahnya? kalo bisa gambarnya kopral cepot lawan wolverine ama batman(lha ini kan tokoh ga riil yg kampanye kejantanan dan keadilan usa dgn kekerasan?) di blok cepu? bagus kali kalo liat gambar kopral cepot dgn giginya yg gagah, menginjak wolverine di kaki kiri dan batman kaki kanan, asal ingat jgn dibuat film animasinya, entar kalo dibuka topengnya kaget, lha kok para pejabat kita sendiri, aku nitip tokoh lokal satu deh, joko blandhong memukul superman pake kayu jati. mas sikap samin mana neh? kayaknya ni orang cocok lawan ama wonder woman?tapi ingat ya yg rukun ama aku ya, upin & ipin, aku masih kecil bang, maap deh kalo selama ini ga sopan, bgm kalo kita berkeluarga aja?

Tinggalkan Komentar