Penulisan Sejarah Islam Indonesia (Masih di Dominasi Versi Sarjana Barat)

Oleh: Saifullah Hayati Nur *Praktisi Muda dan berdomisili di Banda Aceh.

Kita semua mengetahui bahwa penulisan tentang sejarah Islam di Indonesia selama ini masih di dominasi oleh versi sarjana-sarjana barat yang dalam penilaian kita masih banyak terdapat kekeliruan, baik sengaja ataupun tidak sengaja. Ini merupakan tanggung jawab kita bersama dan semestinya para ulama serta intelektual Islam Indonesia harus memiliki senses yang bisa merespon dan memperbaiki berbagai kekeliruan tersebut. Apabila kita tidak segera mengoreksinya maka kita akan mewariskan sesuatu yang salah kepada generasi kita. Explisitnya apabila dari sekarang kita tidak mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut maka jangan heran kalau generasi kita yang akan datang tidak mengetahui dan bahkan merasa asing terhadap sejarah Islam Indonesia.

Di antara kekeliruan-kekeliruan dari penulisan sejarah Islam versi barat kita catat misalnya Islam dibawa dan disebarkan di Indonesia dengan pedang dan darah bahkan selalu dihembus-hembuskan agama Islam itu adalah agama import yaitu agama orang Arab. Dan juga sering dituduhkan oleh sebagian pihak yang tidak senang terhadap Islam bahwa kedatangan Islam di Indoneisa menjadi penghambat kemajuan bangsa dan negara. Dan masih banyak lagi gambaran atau penilaian negatif lainnya yang ditujukan kepada Islam oleh pihak-pihak tertentu.

Kita merasa sangat bersyukur bahwa 4 dekade terakhir ini telah tumbuh kesadaran dari para sarjana dan intelektual muslim Indonesia dengan melakukan berbagai penelitian dan penulisan kembali sejarah-sejarah di Indonesia. Tokoh-tokoh Islam bermunculan walaupun belum banyak meneruskan usaha penulisan sejarah Islam yang telah dirintis oleh tokoh-tokoh sebelumnya seperti H. Agus Salim, H. Abubakar Aceh, Prof. DR. Hamka dan lain-lain.

Sementara itu ada satu kesan bahwa Islam di Indonesia terisolir dari penulisan Dunia Islam itu sendiri. Literatur Islam Indonesia sangat terbatas dan masih sedikit para sarjana yang meneliti Islam di Indonesia.

Seminar masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963 merupakan langkah awal upaya kita menggali dan menemukan kembali fakta sejarah masuknya Islam di Indonesia yang menjembatani isolasi. Hasil seminar tersebut merupakan koreksi total terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penulis-penulis sebelumnya, khususnya pada versi orientasi-orientasi barat.

Kesimpulan yang dapat diambil tentang mempelajari sejarah dan berkembangnya Islam di Indonesia diantaranya seperti yang telah disimpulkan pada seminar di Medan pada tahun 1963. Beberapa hal yang terpenting adalah Pertama, agama Islam telah berangsur-angsur datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah atau sekitar abad ke 7 dan 8 Masehi dan langsung dari Arab.

Rumusan tersebut merupakan koreksi total terhadap versi sejarah yang ditulis oleh orang-orang Barat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 13 Masehi melalui Persia dan India. Tetapi seperti apa yang dikatakan oleh Buya Hamka pada seminar di Medan tahun 1963 intinya, bahwa saudagar-saudagar Arablah yang telah membawa Islam masuk ke Indonesia sekalipun mereka itu dari Gujarat, Malabar atau Persia akan tetapi asal mereka tetap dari Arab.

Kedua, penyiaran agama Islam di Indonesia adalah dengan cara damai bukan dengan pedang dan kekuasaan.

Dalam sejarah penyebaran Islam, sejak kurun Rasulullah, periode Khulafaur Rasyidin dan periode-periode selanjutnya memang terjadi perang dalam sejarah Islam. Tetapi hal itu adalah sebagai ekses belaka dan bersifat membela diri. Peta penyebaran dan kekuasaan Islam di belahan bumi dunia membuktikan bahwa Islam memasuki suatu wilayah dengan damai dan penuh toleransi.

Ahli sejarah kenamaan Inggris Thomas W. Arnold dalam bukunya “The Preaching of Islam” menuliskan “Bukanlah pada kekejaman orang-orang kasar dan keganasan orang-orang fanatik kita mencari bukti semangat dakwah Islam, apalagi sampai mengexploitir tokoh-tokoh dongengan, pejuang Islam dengan pedang ditangan kanan dan Qur’an di tangan kiri, akan tetapi bukti itu hendaklah dicari pada usaha-usaha yang tenang dan tidak mengenal kekerasan terutama pada para juru dakwah dan pedagang-pedagang yang membawa agamanya ke seluruh penjuru dunia ini. Cara-cara dakwah dengan persuasi dan lemah lembut tidak hanya dijalankan pada saat-saat dimana suasana politik tidak memungkinkan kekerasan seperti ditafsirkan oleh sebagian orang…”.

Dalam sejarah tanah air kita yang dipelajari di sekolah-sekolah masih saja disebutkan bahwa kerajaan Majapahit runtuh karena serangan Islam. Bahkan jarang sekali dijelaskan keruntuhan Majapahit tersebut terutama disebabkan dari perebutan kekuasaan pada tubuh kerajaan itu sendiri.

Ketiga, kedatangan Islam di Indonesia membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian Indonesia. Barangkali kalau bukan karena pengaruh dakwah atau ajaran Islam sampai sekarang sebagian besar penduduk Indonesia masih menjadi penganut berbagai kepercayaan seperti Animisme, penyembah batu dan berhala.

Pada umumnya para intelektual dan ahli sejarah Indonesia telah dapat menerima hasil-hasil yang diperoleh pada seminar-seminar tentang penelitian sejarah kedatangan Islam di Indonesia yang telah diselenggarakan di Medan pada tahun 1963 dan di Aceh pada tahun 1978. Hal ini dapat kita liat dari berbagai pembahasan dan tulisan serta monografi mereka.

Usaha penulisan sejarah Islam Indonesia yang dapat dipertanggung jawabkan dan yang bebas dari konsepsi orientasi yang kurang objektif dewasa ini dirasakan semakin mendesak. Sebab selain adanya versi orientasi yang tidak objektif maka masih banyak pula versi yang berisi dongeng-dongeng legenda tentang penyiaran agama Islam dan tokoh-tokohnya terdahulu.

Kita melihat riwayat Walisongo dalam berbagai macam versi dari sendi yang satu sama lain adalah contoh yang faktual. Koreksi yang dilakukan oleh Buya Hamka melalui bukunya “Antara Khayal dan Fakta” harus diikuti oleh para ahli sejarah lainnya. Sehingga kita mampu memperoleh nilai-nilai kebenaran sejarah kita. Dan yang sangat terpenting adanya semacam usaha terencana bagi program penulisan itu dengan jalan menumbuhkan kegairahan menulis dan mendorong para ahli sejarah agar melakukan penulisan sejarah Islam Indonesia.

Sudah waktunya untuk meneliti kembali sejauh manakah pengaruh seluruh kesultanan Islam di Indonesia yang pernah lahir di seluruh pelosok Nusantara – dari Sabang sampai Merauke – dalam menentukan perjalanan sejarah dan kehidupan bangsa Indonesia. Kita semestinya bersyukur sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai sejarah masa lampau yang gemilang dan kita menciptakan sejarah gemilang bagi bangsa kita masa depan. Dan dengan mempelajari sejarah kita akan mengetahui betapa suka-dukanya pelopor-pelopor Islam dalam menyebarkan Islam di belahan bumi Allah ini. []

4 Komentar

  1. Kisundawi berkata:

    Ya sejarah yang beredar sekarang tuh gimana penguasa…
    fakta sejarah yg sebenarnya kalau merugikan bagi penguasa ya di sembunyikan lah..

  2. MediaBebasCom berkata:

    Terima kasih telah memuat tulisan saya diatas mudah-mudahan bermamfaat dan bisa menambah sedikit wawasan kita bersama.

    http://www.mediabebas.com

    ———–
    Kopral Cepot : Terima kasih pula atas kunjungannya kemari … mohon maaf bila sebelumnya tdk minta ijin.

  3. Wim berkata:

    Pak kopral, dimana bisa mendapatkan referensi yang anda gunakan di atas, misalnya buku-buku Buya Hamka, prosiding(?) aceh dan medan? BTW, apakah anda mengulas secara detil pertemuan tersebut di blog ini atau bisakah anda menunjukkan artikel yang menjelaskannya? Terima kasih atas perhatiannya. Mohon japri juga bila mungkin.

Tinggalkan Komentar