Tak Hanya Kartini : Malahayati, Laksmana Perempuan Pertama di Dunia

Melanjutkan tulisan kiriman dari Widi Astuti “Tak Hanya Kartini” (Tulisannya bisa dilihat di widi80.blogdetik.com). Kali ini beliau mengirimkan tulisan ke admin serbasejarah tentang Malahayati.

__________________

MalahayatiJika kita berbicara tentang Aceh, maka yang terbayang di benak kita adalah para mujahid dan mujahidah  yang berjuang  gigih tanpa pamrih. Aceh telah melahirkan begitu banyak pahlawan. Sungguh heroik perjuangan putra-putri Aceh dalam melawan penjajah. Tak ada satupun penguasa Aceh yang mau bekerjasama dengan penjajah. Ini menyebabkan Aceh sebagai satu-satunya daerah di Indonesia yang tidak pernah dikuasai oleh penjajah.

Kegigihan pejuang Aceh melawan penjajah tidak bisa dilepaskan dari kultur masyarakat Aceh yang sangat relijius. Aceh merupakan tempat pertama kali Islam masuk ke bumi nusantara. Ini dibuktikan dengan peninggalan berupa makam Sultan Malik al-Saleh raja Samudra Pasai yang wafat pada tahun 1297 M di Pasai, Aceh Utara. Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Sejak saat itu landasan ajaran Islam sangat mempengaruhi perjalanan sejarah peradaban pemerintahan kerajaan-kerajaan di Aceh. Bahkan hingga kini landasan hukum berupa syariat Islam berlaku di sana.

Aceh terletak di daerah yang sangat  strategis, yaitu di selat Malaka. Semua kapal-kapal Eropa yang bertujuan memasuki wilayah Indonesia terutama pulau Jawa  harus melalui selat Malaka. Jalur selat Malaka ini sangat ramai, sering juga disebut jalur sutera dua. Para pedagang dari benua Eropa, China, Asia sering menggunakan jalur sutera dua ini untuk membeli rempah-rempah di kepulauan nusantara. Pada saat itu komoditi rempah-rempah sangat berharga.

Kondisi  geografis  seperti ini mengharuskan Aceh memiliki angkatan laut yang tangguh. Dan sejarah pun mencatat  Aceh pernah berhasil menjadi penguasa selat Malaka yang gagah berani  nan disegani. Aceh memiliki laksmana-laksmana yang  gagah dan hebat. Salah satu laksmana yang begitu fenomenal dan spektakuler  dalam sejarah adalah Malahayati. Dialah laksmana perempuan pertama di dunia. Ketika negara-negara maju menggembar-gemborkan emansipasi wanita di dunia ketiga, maka Malahayati telah melenggang menunjukan kemampuannya memimpin pasukan perang.

Malahayati yang memiliki nama asli Keumala Hayati berasal dari keluarga militer. Belum diketahui secara pasti kapan tanggal lahir dan tanggal wafatnya. Menurut manuskrip yang tersimpan di University Kebangsaan Malaysia, diperkirakan Malahayati lahir tahun 1575. Ayahnya adalah Laksamana Mahmud Syah. Sedangkan ibunya telah meninggal dunia ketika Malahayati masih kecil. Kakeknya bernama Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam sekitar tahun 1530-1539 M. Sultan Salahuddin Syah merupakan putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530 M) yang merupakan pendiri Kesultanan Aceh Darussalam.

Malahayati kecil sering diajak berlayar oleh ayahnya. Hal ini menyebabkan Malahayati mencintai dunia bahari sejak dini. Dia bertekad untuk menjadi pelaut handal seperti ayahnya. Malahayati menempuh pendidikan di Akademi Militer Mahad Baitul Maqdis yang dimiliki kerajaan Aceh Darussalam saat itu.

Ketika dewasa, Malahayati menikah dengan seorang Perwira Laut alumni dari Akademi Militer tersebut. Malahayati telah memantapkan tekadnya untuk menapaki karir di dunia militer. Pasangan suami istri ini menjadi pasangan perwira laut yang handal. Akan tetapi tak lama kemudian suaminya meninggal dalam pertempuran laut melawan Portugis. Malahayati berduka. Meski terpukul karena menjadi janda muda, tetapi Malahayati tidak mundur dari dunia militer. Malahayati menjabat sebagai kepala pengawal dan protokol di dalam dan di luar istana. Kemudian menjadi kepala dinas rahasia.

Pada saat itu menjadi janda karena ditinggal mati syahid oleh suami yang  berperang adalah hal lumrah di Aceh. Malahayati bisa memahami kondisi kejiwaan para janda tersebut, karena dia pun janda. Pada masa itu hampir seluruh pria dewasa warga Aceh menyambut seruan jihad melawan penjajah Portugis. Mereka berperang sampai titik darah penghabisan, hingga syahid menjemput.

Perempuan Aceh bukanlah perempuan cengeng, mereka bangga apabila salah satu anggota keluarganya ada yang mati syahid. Karena orang yang mati syahid mampu memberikan syafaat bagi 70 anggota keluarganya di akhirat nanti. Meski menjadi janda, tetapi perempuan Aceh tetap tegar menapaki kehidupan. Bahkan janda-janda tersebut bertekad untuk hidup mulia atau mati syahid seperti para suami mereka. Malahayati berinisiatif untuk mengorganisir janda tersebut dengan membentuk Inong Balee.

Inong Balee adalah pasukan khusus perempuan yang terdiri dari para janda. Inoong Balee membangun benteng yang kokoh di Teluk Kreung Raya. Benteng ini sering disebut juga benteng Malahayati. Benteng Malahayati  ini berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi 2000 janda anggota pasukan Inong Balee. Melalui benteng ini mereka mengawasi perairan Selat Malaka, mereka mengintai armada-armada Portugis,  Belanda, dan Inggris. Malahayati berhasil melatih janda-janda tersebut menjadi pasukan marinir yang tangguh. Sungguh mereka adalah para janda luar biasa.

Malahayati2Sebagai seorang pimpinan, Malahayati secara ksatria memimpin pertempuran secara langsung di lapangan. Dia memimpin armada laut kerajaan Aceh yang jumlahnya cukup banyak. Menurut John Davis,   nahkoda kapal Belanda yang mengunjungi kerajaan Aceh pada saat Malahayati menjadi Laksmana, Kerajaan Aceh memiliki  100 buah kapal perang. Diantaranya ada yang berkapasitas 400-500 penumpang. Malahayati lah pimpinan tertinggi angkatan laut Kerajaan Aceh.

Armada Laut Kerajaan Aceh sangat ditakuti oleh Portugis, Inggris dan Belanda. Padahal pada masa itu ketiga negara tersebut adalah negara adidaya. Banyak catatan orang asing seperti China, Eropa, Arab, India, yang mengakui kehebatan Malahayati.

Salah satu peristiwa yang akan selalu dikenang oleh sejarah adalah  Malahayati berhasil mengusir armada-armada Belanda dibawah pimpinan De Houtman bersaudara, Cornelis dan Frederick de Houtman. Cornelis de Houtman adalah orang Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1596 dan berhasil menancapkan kuku imperialisme di Jawa.

Pada tahun 1599, De Houtman bersuadara melakukan kunjungan kedua ke Indonesia. Dalam kunjungan kedua ini de Houtman bersaudara bersandar di Aceh pada tanggal 21 Juni 1599. Mereka berniat untuk mengusai kerajaan Aceh karena letaknya yang sangat strategis sebagai gerbang kepulauan nusantara.  Malahayati mengetahui niat busuk de Houtman bersaudara, dia bertekad akan bertempur habis-habisan mengusir penjajah terlaknat.

Malahayati mengerahkan seluruh pasukannya dan memegang komando tertinggi. Armada Belanda kelabakan, terdesak, dan akhirnya berhasil dihancurkan semua. Frederick de Houtman tertangkap kemudian dijadikan tawanan Kerajaan Aceh. Sedangkan Cornelis De Houtman berhasil dibunuh oleh Malahayati sendiri pada tanggal 11 September 1599. Pada awalnya Cornelis berniat menjebak Malahayati dalam suatu perjamuan makan malam untuk membicarakan gencatan senjata. Tetapi niat jahat tersebut tidak tercapai, Malahayati berhasil menyelamatkan diri bahkan berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam pertarungan duel satu lawan satu diatas geladak kapal. Saya merinding, saat menulis bagian ini. Membayangkan keperkasaan Malahayati ketika duel bersenjatakan rencong. Atas jasanya memukul mundur armada Belanda, Malahayati dianugerahi gelar Laksamana oleh Kerajaan Aceh.

Selain armada Belanda, Malahayati juga berhasil memukul mundur armada Portugis. Reputasi Malahayati sebagai penjaga Selat Malaka sangat ditakuti oleh negara-negara asing. Sesuatu yang menggegerkan bangsa Eropa, terutama Belanda. Sekaligus menunjukkan kewibawaan Laksamana Malahayati.

Kerajaan Belanda sangat menghormati kerajaan Aceh. Hal ini terlihat  ketika Mahkamah Amstredam menjatuhkan hukuman denda kepada Paulus Van Caerden sebesar 50.000 gulden yang harus dibayarkan kepada kerajaan Aceh. Bayar denda tersebut adalah akibat dari tindakan Paulus van Caerden ketika datang ke Aceh dan menenggelamkan kapal dagang Aceh. Setelah itu Van Caerden  merampas muatan lada lalu pergi meninggalkan Aceh.

Peristiwa penting lainnya selama Malahayati menjadi Laksama adalah ketika ia mengirim tiga utusan ke Belanda, yaitu Abdoelhamid, Sri Muhammad dan Mir Hasan ke Belanda. Ketiganya merupakan duta-duta pertama dari sebuah kerajaan di Asia yang mengunjungi negeri Belanda. Banyak cacatan orang asing tentang Malahayati. Kehebatannya memimpin sebuah angkatan perang ketika itu diakui oleh negara Belanda, Portugis, Inggris, Arab, China dan India.

Bahkan Inggris pun tidak berani secara terang-terangan menunjukan keinginannya untuk menguasai rempah-rempah di nusantara. Inggris yang terkenal sebagai penguasa lautan memilih jalan damai dengan kerajaan Aceh.  Ratu Elizabeth I mengirim surat diplomatik yang dibawa oleh James Lancaster untuk Sultan Aceh. Surat diplomatik ini  membuka jalan bagi Inggris untuk menuju Jawa dan membuka pos dagang di Banten. Keberhasilan ini membuat James Lancaster dianugrahi gelar bangsawan sepulangnya ia ke Inggris.

Malahayati menjabat sebagai laksmana kerajaan Aceh dalam waktu yang cukup lama, yaitu selama masa kepemimpinan Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV Saidil Mukammil (1589-1604 M). Malahayati berhasil mengantarkan Aceh menjadi kerajaan yang disegani baik oleh kawan maupun lawan. Malahayati berhasil menjaga stabilitas Selat Malaka. Kehebatannya diakui oleh semua bangsa yang berhubungan dengan kerajaan Aceh. Nama Malahayati cukup membuat bergidik bangsa-bangsa adidaya saat itu.

Tapi saat ini, nama Malahayati tinggallah kenangan. Banyak orang yang tak mengenalnya. Namanya tenggelam ditelan zaman. Sungguh sangat menyedihkan, realitas pahlawan yang dilupakan oleh bangsanya sendiri. Padahal dialah Laksmana perempuan pertama di dunia. Dialah yang menggempur armada-armada Belanda dan Portugis. Di kala wanita-wanita barat belum mengenal emansipasi, Malahayati telah menjadi Laksmana dan memimpin beribu-ribu pasukan perang mengusir penjajah. Sungguh wanita hebat yang jarang tandingannya, baik di masa sebelumnya maupun masa sesudahnya. Malahayati……engkaulah pahlawan wanita sepanjang masa….

* Gambar diunduh dari kompasiana dan widi80.blogdetik.com

27 Komentar

  1. Hasprabu berkata:

    Saia soenggoeh bersoekatjita akan toelisan boeah tangan Djeng Widi. Didalem ini boelan April, tahoenja kita orang generatie hanja kepada daripada peringatan hari Kartini. Padahal dilain itoe ada pahlawan perempoean jang sangetlah baiknja. Malahajati patoet kita hargai jang tinggi poela adanja.

  2. Widi Astuti berkata:

    Terimakasih Hasprabu jika tulisan saya dianggap bermanfaat 🙂 Sungguh sejarah Indonesia tidak adil dalam mengangkat pahlawan perempuan. Yang diagung-agungkan hanya Kartini, padahal menurut saya perjuangan kartini tidak riil, hanya nulis surat doank. banyak perempuan Indonesia lainnya yang perjuangannya lebih riil bahkan berdarah-darah…..tapi nama mereka tidak pernah tertulis dalam buku sejarah…..nama mereka tenggelam ditelan zaman 😦 oleh karena itu saya merasa terpanggil untuk mengabadikan nama mereka semampu saya 🙂

  3. MSF berkata:

    Tak Hanya Kartini….
    tapi dia “ngetop” duluan
    di republik ini.

    1. Widi Astuti berkata:

      Yup, Kartini ngetop duluan karena dia di blow up oleh Belanda 🙂 semasa hidupnya Kartini tidak dikenal, hanya dikenal oleh warga Jepara dan Rembang saja. Tapi setelah meninggalnya baru tenar. Dia tenar karena di publish oleh JH.Abendanon (menteri pendidikan) dan juga karena kedekatannya dg orang2 Belanda. Kartini banyak bergaul dan melakukan korespondensi dengan orang-orang Belanda berdarah Yahudi, seperti J. H Abendanon dan istrinya Ny Abendanon Mandri, seorang humanis yang ditugaskan oleh Snouck Hurgronye untuk mendekati Kartini. Ny Abendanon Mandri adalah seorang wanita kelahiran Puerto Rico dan berdarah Yahudi.
      Tokoh lain yang berhubungan dengan Kartini adalah, H. H Van Kol (Orang yang berwenang dalam urusan jajahan untuk Partai Sosial Demokrat di Belanda), Conrad Theodore van Daventer (Anggota Partai Radikal Demokrat Belanda), K. F Holle (Seorang Humanis), dan Christian Snouck Hurgronye (Orientalis yang juga menjabat sebagai Penasihat Pemerintahan Hindia Belanda), dan Estella H Zeehandelar, perempuan yang sering dipanggil Kartini dalam suratnya dengan nama Stella. Stella adalah wanita Yahudi pejuang feminisme radikal yang bermukim di Amsterdam. Selain sebagai pejuang feminisme, Estella juga aktif sebagai anggota Social Democratische Arbeiders Partij (SDAP).
      Nama-nama lain yang menjadi teman berkorespondensi Kartini adalah Tuan H. H Van Kol, Ny Nellie Van Kol, Ny M. C. E Ovink Soer, E. C Abendanon (anak J. H Abendanon), dan Dr N Adriani (orang Jerman yang diduga kuat sebagai evangelis di Sulawesi Utara). Kepada Kartini, Ny Van Kol banyak mengajarkan tentang Bibel, sedangkan kepada Dr N Adriani, Kartini banyak mengeritik soal zending Kristen, meskipun dalam pandangan Kartini semua agama sama saja.”

  4. menyimak sekedar paragraf ” Malahayati …….dst.nya . Menurut manuskrip yang tersimpan di University Kebangsa’an Malaysia , diperkirakan Malahayati lahir tahun 1575 . Ayahnya adalah ………….dst.nya ……..dst.nya . Kemudian pada alinea terakhirnya ( yang membuat kita semua ” prihatin ” ) adalah ” Tapi sa’at ini , nama Malahayati tinggallah kenangan.

    Banyak orang yang tak mengenalnya …..dst.nya…….dst.nya.. Jangan salahkan orang lain kalau seandainya reog ponorogo diklaim milik malaysia , jangan salahkan lagu malaysia manise bukan plagiat ambon manise dan banyak yang lainya ( termasuk plagiat lagu terang bulan yang dinasionalismekan olehnya ).

    Bisa jadi kita semua ” gigit jari ” laksamana wanita pertama didunia ini adalah salah satu putra – putri terbaik dari mereka . Sangat kontra produktif bagi sejarah bangsa ini…………Salam Hyppocrates Cerdas !!!

    (dt ” swiss van java “) .

    1. Widi Astuti berkata:

      Analisa yang sangat tajam doktertoeloes 🙂 Semoga Malaysia tidak mengklaim Malahayati sebagai pahlawannya…..andai itu terjadi pasti Indonesia baru tersadar dan langsung mengangkat Malahayati sebagai pahlawan nasional….

  5. ardanariswara berkata:

    terus terang saya baru kali ini membaca atau mendengar Malahayati. Terlalu banyak sosok berharga yang tersingkirkan dalam sejarah bangsa ini. entak rasa ingin tau saya yang kurang. atau terlalu sedikitnya buku-buku sejarah. Maaf jika bangsa ini terlalu bangga dengan tokoh-tokoh import yang tidak lebih baik dari leluhurnya.

  6. arhsa berkata:

    “Malahayati berhasil menyelamatkan diri bahkan berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam pertarungan duel satu lawan satu diatas geladak kapal. Saya merinding, saat menulis bagian ini. Membayangkan keperkasaan Malahayati ketika duel bersenjatakan rencong. Atas jasanya memukul mundur armada Belanda, Malahayati dianugerahi gelar Laksamana oleh Kerajaan Aceh.”

    Subhanallah, saya jadi ingin menggubah lagu Ibu Kita Kartini menjadi wahai ibu kita Malahayati putri Indonesia (sebelum di klaim ame tetangga sebelah. masalah klaim ini sebenarnya sederhana; satu rumpun kemudian disekat menjadi beberapa negara berdaulat yang terpisah. tentu ada banyak kesatuan dan kesamaan yang kemudian terpaksa harus dipisahkan juga. bangsa di sebelah barat takut banget kalau indonesia dan malaysia -yang mayoritas muslim- bersatu, jadi biasalah devide et impera. jangan terpropokasi! yang harus dimusuhi itu propokator dan komprador-nya bukan sebuah bangsa secara keseluruhan. mohon dikoreksi jika pendapat saya keliru.)

    jawaban-jawaban Mbak Widi sangat mengagumkan. saya setuju beliau jadi pahlawan nasional.

  7. iwan berkata:

    Kartini baru bisa nulis, Malahayati sudah pegang kemudi.

  8. dedekusn berkata:

    Pengetahuan baru lagi… bisa jadi jasanya lebih dari Kartini panginten nya kang? hehe… salam empiss pokonamah 😀

  9. Olive B berkata:

    aaaahhhhhh IBU Keumala, the Power of Nanggroe, kangen kembali menuai asa di bukit Malahayati, Krueng

  10. Link-nya saya tautkan di SINIya
    sebuah jejak untuk mengenang IBU dan berbagi semangat beliau untuk aneuk negeri
    saleum, PK

    ———–
    Kopral Cepot : Terima kasih… saleum.

  11. 124ni berkata:

    Sungguh prihatin dengan keadaan pemuda pemudi jaman sekarang yang sangat kurang memahami “sejarah perjuangan” bangsa ini, hingga bisa merasakan ” kebebasan ” sampai di abad ini….
    ” Bangsa yang besar adalah Bangsa yang bisa menghargai jasa para pahlawannya ” .
    Apakah Negara kita sudah termasuk sebagai Bangsa yang Besar ?
    Begitu banyak Komunitas di Indonesia… Ada ga ya komunitas untuk mengingatkan tentang sejarah Bangsa Indonesia sehingga dapat meninggkatkan rasa Nasionalisme kita sebagai Bangsa yang ” Besar “

  12. ekoandrianto2013 berkata:

    Wah, benar ya, baru nyadar; kalo bu kartini tidak terlalu waw… hanya publikasi penjajah yang me waw kannya…
    sedangkan pahlawan macam Malahayati malah kalah jauh pamornya…

    ini tanggung jawab’e sopo ya?
    mikir….

  13. Widi Astuti berkata:

    Iya mas Eko, Kartini emang nggak terlalu “WOW”. Dia biasa aja, untuk lebih jelasnya tentang sepak terjang para perempuan WOW di Indonesia, bisa dibaca di buku PEREMPUAN PEJUANG, Jejak Perjuangan Perempuan Islam Nusantara dari Masa ke Masa. Dalam buku tsb dipaparka profil2 perempuan Pejuang yang dilupakan bangsanya sendiri 🙂 Perjuangan mereka sangat heroik…tapi jejak mereka hilang ditelan zaman….hiks…
    Buku ini bisa dipesan di 0856-2400 8608. Bagi yang berdomisili di Bandung free ongkir 🙂

  14. sabri ali berkata:

    Pahlawan wanita yang sesungguhnya namun sayang di tenggelamkan oleh waktu. Bukan hanya sekedar tulisan-tulisan KARTINI yang kemudian digembor-genborkan oleh kaum imprealis untuk mengaburkan makna dari Nasionalisme semu.

  15. tatamardu berkata:

    kartini seperti kita kebanyakan saat ini, berkorespondensi dengan orang-orang dunia luar. klo jaman kita sekarang, ya pesbuker gt, curhat, update status..jadi bukan sesuatu yang luar biasa..masih banyak pahlawan wanita indonesia yang benar-benar berjuang buat negara ini dulunya seperti malahayati, cut nyak dien dll..salut buat mbak widi. Lanjutkan!

    1. Widi Astuti berkata:

      Terimakasih atas support dan apresiasinya mba Tatamardu :-)…..Keep The Fighting Spirit…!!!

  16. Wiludan berkata:

    semua adalah pahlawan,…. R.a Kartini juga berjuang dengan berat justru beliau hidup setelah Belanda berkuasa di nusantara,…. jangankan memberi pendidikan pada generasi wanita pribumi, bahkan pendidikan bagi perempuan bangsa mereka sendiri[ belanda] adalah hal yang seolah menggayuh bintang di siang hari,….

  17. Wiludan berkata:

    adakah yang pernah membaca bahwasanya Kartini secara terbuka menolak kristenisasi melalui “curhatannya” kepada Abendanon?…adakah yang menghargai permohonan beliau kepada syeh soleh darat http://muhammadzulfikarilmi.blogspot.com/2013/04/ra-kartini-adalah-santri-kh-sholeh-darat.html ..perjuangan R.a Kartini menjadi berat sekali justru ketika bangsa ini di bawah cengkeraman Belanda, betapa ayahanda beliau di cerca dan di rasani oleh semua bupati se jawa karena menyekolahkan Kartini, bahkan seandainya ayahanda Kartini tidak dicerca maka Kartini pasti sudah di kirim ke Eropa menyusul kakaknya RM Sosrokartono,…. bung Karno berulang kali bilang JASMERAH dan berungkali menyitir,…. bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya,….

  18. Wiludan berkata:

    ada juga pahlawan wanita yang menjadi lawan berat portugis,…. Ratu Kalinyamat…
    [Portugis mencatatnya sebagai rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame, yang berarti “Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani”.]bahkan nasibnya dalam sejarah Indonesia lebih tragis daripada Laksm Keumala Hayati,…. dibuatk cerita mitos bertapa telanjang,…. bayangkan seorang muslimah nasionalis sejati manusia beragama bertapa telanjang kekejian sejarah macam apa ini,…. http://id.wikipedia.org/wiki/Ratu_Kalinyamat

  19. Satya berkata:

    Kartini lebih dikenal sbg pahlawan karena salah satu pejuang kemerdekaan di luar medan pertempuran namun di masa. sebelum Kartini ternyata. ada pahlawan wanita. sehebat. Laksamana. Keumalahayati yg terjun di medan pertempuran dan membunuh kolonel Belanda. Sungguh keberanian yg luar biasa dalam menumpas. pimpinan Belanda kala itu.

  20. Alfiana berkata:

    Saya mendengar dan kagum pada Laksamana Malahayati sejak kecil (1976), tapi menurut saya tidak benar membandingkannya dengan Kartini. Kartini memperjuangkan wanita (satu-tunya di Indonesia), sedangkan Malahayati dan lain-lain adalah wanita pejuang.

  21. didik berkata:

    Bagus mbak Widi. top markotop

Tinggalkan Komentar