Merencanakan Sejarah

Kenichi Ohmae, dalam bukunya The End of Nation-State, membuat orang terperangah. Betapa tidak buku ini secara eksplisit mengumumkan berakhirnya ‘nation-state’ atau ‘negara-bangsa’. Menurut Kenichi Ohmae, negara adalah artefak peninggalan abad ke-18 dan ke-19, karena menurutnya tidak ada lagi tapal batas. Kenichi Ohmae menyatakan bahwa “negara bangsa mengalami masa keredupannya”. Institusi negara tidak lagi dianggap penting ketika muncul realita tentang kondisi yang digambarkan sebagai dunia yang borderless yang menyimpan satu konswekuensi vital, yakni larutnya etika bersekat-sekat indentitas (nasionalisme, agama, indentitas komunal) yang selama ini dipegang lantaran dinding-dinding yang tegas telah runtuh, satu kondisi yang dapat diwakili oleh dua kata yakni, arus globalisasi.

Globalisasi disederhanakan sebagai proses ekspansi kapitalisme global ke dalam lokalitas-lokalitas, baik dalam konteks perluasan pasar dan perluasan jaringan ekonomi atau eksploitasi sumberdaya. Singkatnya globalisasi dipahami sebagai internasionalisasi finansial, produksi, ataupun sumber daya ekonomi lainnya.

Globalisasi, secara faktual, tidak berada dalam satu cakrawala arti. Lebih dari sekedar fenomena ekonomi, globalisasi adalah sebuah proses perubahan sosial, ekonomi, politik, budaya yang menelusup secara ekstensif dan intensif ke dalam kehidupan masyarakat dunia. Ekstensif berarti bahwa perubahan tersebut menjangkau wilayah geografis yang nyaris tak terbatas, sedangkan intensif berarti bahwa perubahan tersebut juga terjadi dalam wilayah kehidupan sehari-hari. Dalam konteks inilah maka Giddens mendefinisikan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial di tingkat dunia yang menghubungkan berbagai tempat yang terpisah sedemikian rupa sehingga sebuah kejadian lokal dibentuk oleh kejadian-kejadian yang jauh dan demikian pula sebaliknya.

Dalam beberapa dekade terakhir ini memang terjadi perubahan besar yang menggeser tata sosial, ekonomi dan politik global.  Ini dicirikan dengan makin maraknya kemunculan kekuatan-kekuatan politik yang tidak berada dalam negara dan bersifat lintas batas. Contoh yang paling kentara adalah kekuatan korporasi global yang dalam beberapa hal mampu “mendisiplinkan” negara baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tangan-tangan mereka, yaitu IMF dan Bank Dunia. Letter of Intens yang ditandatangani pemerintah Indonesia adalah contoh kecil yang bisa membuktikan hal ini. Kedua lembaga itu terbukti telah membukakan jalan bagi korporasi internasional untuk mendesakkan privatisasi dan perluasan pasar.

Terdapat beberapa faktor kritis sebagai penggerak arus deras globalisasi, yang pertama adalah lahirnya politik “The Washington Consensus”; dominasi peran IMF, WTO dan World Bank; serta hegemoni dan monopoli pasar oleh MNC dengan kekuatan kapital mereka. Proses yang digerakkan oleh ketiga faktor ini ditengarai oleh Vivien Schmidt sebagai terjadinya suatu “new world order”, berseiring dengan terjadinya “the rise of business and the decline of the nation state” yang berujung akhir pada kemungkinan terjadinya apa yang dikatakan oleh Kenichi Ohmae sebagai “the end of nation states’.

Indonesia Pecah ?

Sudah merupakan suratan Tuhan Yang Maha Kuasa, setiap 70 tahun berjalan, suatu kerajaan atau negara kebanyakan terjadi perpecahan. Mungkin juga termasuk di Indonesia,” kata Direktur Utama Komite Perdamaian Dunia (The World Peace Committe) Djuyoto Suntani, penulis buku yang menghebohkan Tahun 2015 Indonesia “Pecah” yang terbit awal tahun 2008 silam.

Lembaga Swadaya Internasional, kata Djuyoto, membuat garis kebijakan mendasar pada patron penciptaan tata dunia baru. Peta dunia digambar ulang. Uni Soviet dipecah menjadi 15 negara merdeka, kemudian Yugoslavia dipecah menjadi enam negara merdeka, dan demikian juga Cekoslowakia. Indonesia, kini juga sedang digarap untuk dipecah-pecah menjadi sekitar 17 negara bagian oleh kekuatan kelompok kapitalisme dan neoliberalisme yang berpaham pada sekularisme.

Upaya memecah-belah Indonesia itu dilakukan melalui strategi “Satu dolar Amerika Serikat/AS menguasai dunia“, yang digarap oleh organisasi tinggi yang tidak pernah muncul di permukaan, namun praktiknya cukup jelas, yakni berbaju demokratisasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Buku Tahun 2015 Indonesia ”Pecah”  ini merupakan hasil buah pikir  dari seorang anak bangsa yang memiliki reputasi sebagai tokoh yang disegani  di dunia  internasional.  Buku ini menyajikan perpaduan materi antara pengetahuan yang luas tentang konspirasi dunia internasional, kecermatan membaca perputaran alam, pemahaman mendalam tentang siklus sejarah, ketajaman analisis, visioner, kemampuan memprediksi masa depan, serta memberikan solusi cerdas untuk mengantisipasi multi krisis, sekaligus upaya membangun spirit bangsa agar Indonesia menjadi besar yang menghormati dunia internasional.

Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki kumpulan suku paling heterogen di dunia, yaitu memiliki sekitar 300-an suku besar dan sub suku, 600-an bahasa daerah, 17.504 pulau. Jika sedikit salah mengurusnya, maka berakibat fatal. Fakta membuktikan bahwa lepasnya Provinsi ke-27 Timor Timur pada tahun 1999 menjadi negara Republik Demokrat Timor Leste (RDTL)dari ikatan NKRI.

Eksistensi Indonesia sebagai negara terbesar dengan kekayaan alam terlengkap di dunia, mendorong kekuatan global berkepentingan menciptakan multi krisis bagi bangsa ini. Strategi yang dilakukan sangat rapi, nyaris tidak terdeteksi. Bersatu dan bersatu. Bersatu merupakan kunci utama, kunci sukses sebuah bangsa. Ketika Amerika Serikat punya agenda terselubung untuk mengacak-acak dunia, mereka menciptakan ’musuh bersama’ melalui serangan World Trade Centre (WTC) 11 September dijadikan sarana pemersatu bagi seluruh negeri demi kepentingan politik.Konspirasi global itu meliputi: serangan Jumat, Pecah Belah antar pemimpin, penyesatan opini, dan punya musuh bersama.

Dalam buku  Tahun 2015 Indonesia ”Pecah” diungkap ada Tujuh Strategi Dunia Menghancurkan Indonesia. Gerakan Illuminati International sebagai sumber kehancuran bangsa Indonesia, telah menetapkan (7) strategi kebijakan dasar meliputi: 1) memperlemah Negara Kesatuan (NKRI); 2) menghapus Ideologi Pancasila, 3) menempatkan uang sebagai dewa, 4) menghapus Rasa Cinta Tanah Air, 5) menciptakan sistem Multi Partai, 6) menumbuhkan sekularisme, dan 7) membentuk tata dunia baru.

Di bagian akhir bukunya, Djuyoto Suntani menyebutkan bahwa  penyebab 2015 Indonesia ’Pecah’, yakni kepingan-kepingan negara kecil itu didasarkan atas: 1) Ikatan primordial (kesamaan etnis), 2) ikatan ekonomis (kepentingan bisnis), 3) ikatan kultural (kesamaan budaya), 4) ikatan ideologis (kepentingan politik), dan 7) ikatan religius (kesadaran membangun negara berdasarkan agama). Penyebab lain Indonesia bakal ’pecah’ karena a) telah kehilangan figur tokoh pemersatu dan menunggu kelahiran tokoh seperti Bung Karno dan Bung Harto, mungkin baru tiba ’Tujuh Abad Mendatang’, b) pertengkaran berkepanjangan sesama anak bangsa, c) pengaruh konspirasi global, d) faktor NAMA. Nama adalah doa, pengharapan atau bahkan obsesi dan Kalah Pilpres 2014, ’Bikin Negara baru’.

Merencanakan Sejarah

Sejarah adalah kesengajaan bukan kebetulan, ilmu sejarah berusaha menunjukkan bahwa kejadian-kejadian sejarah bukanlah suatu kebetulan, tetapi sudah diharapkan terjadi sebelumnya, mengingat adanya kejadian-kejadian sebelumnya atau kondisi-kondisi yang simultan. Menurut  Carl G. Hampel,  harapan terjadinya suatu peristiwa bukanlah suatu ramalan, melainkan antisipasi yang rasional dan ilmiah yang didasarkan pada asumsi hukum-hukum yang umum.

John Dewey menganjurkan, sejarah harus menulis masa lampau dan sekarang. Sejarah harus bersifat instrumental dalam memecahkan problema masa kini atau sebagai pertimbangan program-program aksi masa kini. Dewey menolak sikap historical mindedness yaitu sikap selalu menempatkan peristiwa masa lampau sebagai suatu hal yang penting. Sebaliknya ia menyarankan bahwa sejarah harus bisa memecahkan problema masa sekarang. Seorang penulis sejarah harus menjadi sejarawan yang empathetic ( bersatu padu dengan peristiwanya ), harus tahu apa yang penting menurut partisipasinya dan memahami menurut alam pikiran mereka, tetapi nilai-nilai kekinian harus masuk dalam sebuah rekonstruksi penulisan sejarah.

Sejarah bagai “kaca spion” yang sangat membantu untuk memilih haluan ke masa depan. Masa depan harus dibangun dengan landasan apa yang telah dimiliki saat ini. Untuk melakukan perubahan di masa datang, maka kita memerlukan suatu perencanaan strategi yaitu prediksi yang akan terjadi pada masa yang akan datang disertai dengan persiapan untuk menghadapinya. Pada hakikatnya, perencanaan bukanlah prediksi atau pengenalan kepada sesuatu yang akan datang, karena mahluk yang bernama manusia – selamanya – tidak akan mampu mengetahui perkara yang akan datang. Yang mungkin dilakukan hanyalah meramal. Ramalan kadang benar tetapi mungkin juga salah. Tetapi proses ramalan merupakan usaha penting yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja, agar dapat membimbing rute perjalanan kita menebak kegelapan masa datang. Jadi perencanaan strategi adalah pengerahan akal untuk memikirkan realita, mempelajari dan menelitinya untuk meraih rancangan berpikir masa depan sebagai ikhtiar dan usaha sungguh-sungguh.

Sejarah adalah perubahan, maka merencanakan sejarah adalah merencanakan perubahan masa depan yang tentunya siapapun menginginkan hal yang lebih baik dari masa kini ataupun masa lalu. Perubahan adalah keniscayaan! Mereka yang mempunyai spirit hidup lebih baik, berkomitmen terhadap perubahan. Bukan sekadar berubah, karena sebaik-baiknya perubahan mesti dilakukan secara terencana, jelas focal concern-nya, sesuai dengan driving force (kekuatan pendorong) yang menyangganya, jelas visi dan misinya,  tegas indikator pencapaiannya dalam time line perubahan yang disepakati.

Dalam kaitannya dengan perubahan masa depan, maka Toffler (1965) menyebutkan sebagai future shock atau kejutan masa depan. istilah ini, pada mulanya diberikan untuk melukiskan adanya tekanan dan disorientasi hebat pada manusia akibat perubahan yang sangat banyak dalam tempo yang sangat singkat. kemudian setelah beliau menerbitkan bukunya : future shock (1970) maka semakin jelaslah bahwa kejutan tersebut bukan lagi merupakan masalah potensial semata-mata melainkan sudah semakin aktual dan terlihat nyata dalam kehidupan sehari-hari. Secara panjang lebar, Toffler mengulas fenomena perubahan masa depan sebagai suatu keadaan yang seakan-akan tak terkendali dimana kita sekarang sedang berlomba-lomba menuju kesana, telah membawa serta sejumlah indikator yang menjadi masalah umat manusia dewasa ini.

Allah berfirman dalam surat QS. Ar-Ra’du (13):11

Nasib bangsa Indonesia mungkin akan seperti apa yang dikatakan Kenichi Ohmae sebagai “the end of nation states’, karena tergerus arus globalisasi atau mungkin akan terjadi seperti analisis Djuyoto Suntani dimana Indonesia akan berkeping-keping menjadi 18 negara kecil di tahun 2015 yaitu 1.Naggroe Atjeh Darrusallam : Banda Atjeh 2.Sumatra Utara : Medan 3.Sumatra Selatan : Lampung 4.Sunda Kecil : Jakarta 5.Jamar (Jawa Madura) : Surakarta 6.Yogyakarta : Yogyakarta 7.Kalimantan Barat : Pontianak 8.Kalimantan Timur : Samarinda 9.Ternate Tidore : Ternate 10.Sulawesi Selatan : Makassar 11.Sulawesi Utara : Manado 12.Nusa Tenggara : Mataram 13.Flobamora & Sumba: Kupang 14.Timor Leste : Dili 15.Maluku Selatan : Ambon 16.Maluku Tenggara : Tual 17.Papua Barat : Jayapura 18. Negara Riau Merdeka. Bangsa Indonesia menjadi bangsa tak berdaya karena tak mampu merencanakan sejarah masa depan tetapi hanya mengikuti arus rencana bangsa lain.

Kiranya kita kembali merenungkan atas apa yang diingatkan oleh M. Natsir : “Jangan berhenti tangan mendayung, agar arus tidak membawa hanyut .. Mulailah dengan apa yang ada .. karena yang sudah ada itu semuanya anugerah dari Allah, sudah amat cukup untuk memulai .. dan selalu mencari redha Allah”.

Untuk merencanakan sejarah … maka dibutuhkan nahkoda yang berpirau melaju melawan arus. Tapi berpantang ia bertukar haluan, berbalik arah. para pemimpin umat untuk hidup yang memberi hidup, bukan bernafsu berebut hidup, selalu bekerja membimbing dan mempersiapkan tunas-tunas muda dari generasi yang akan menyambung permainan di pentas sejarah, dan menghimpun tenaga umat yang berserakan.

“Karena zaman terus beredar dan tiap-tiap zaman dan rijalnya. Babakan pentas bisa beralih, pemainnya bisa berganti. jalan cerita sudah wajar pula menghendaki peralihan babak dan penggantian pemain sesuatu waktu.

Jangan takut merencanakan sejarah

MASA DEPAN ADALAH PERUBAHAN !!!!

25 Komentar

  1. sikapsamin berkata:

    Sdh agak lama pernah baca buku pakde, karya Alfin Tofler juga dalam Third-Wave…kalau nggak salah meramalkan : Etnis…adalah benteng terakhir…

    ———–
    Kopral Cepot : Setelah gelombang tiga era Informasi, menurut Toffler, lompatan terbesar umat manusia pada gelombang keempat adalah era luar angkasa. 😆

    1. Usup Supriyadi berkata:

      era luar angkasa? macam apa itu? nggak ada gravitasi, ngambang, dan sekalinya menekan terhontal tak tentu arah dong? 😆

    2. pencari joko berkata:

      SATRIA (PININGIT), PRESIDEN KE-7 ADALAH JOKO LELONO
      Oleh: Cakra Ningrat telah Tayang di : http://satriopiningitmuncul.wordpress.com/
      “A H I R Z A M A N”

  2. Usup Supriyadi berkata:

    semoga akan segera terbentuk Gerakan Sosial Merencanakan Sejarah Masa Depan Indonesia… Adakah LSM, Tokoh, Masyarakat Bangsa yang mau legowo tanpa berpikir masalah tarif untuk bersama-sama bergerak berubah kearah yang lebih baik?

    ——————–
    Kopral Cepot : Ide menarik 😉 .. Ibarat perlayaran yang salah arah, Indonesia, saat ini, dinahkodai para tokoh yang keliru membaca kompas. Maka kembali ke koordinat awal adalah penting diakukan … sejarah akan mencari asalnya dan masa depan adalah perubahan maka “merencanakan sejarah” adalah kewajiban

    1. Usup Supriyadi berkata:

      😀
      Barangkali bukan keliru lagi, kang. Lawong pejabat negeri yang ada sudah pada “tua” jadi pelupa parahnya ada yang sengaja pura-pura lupa lagi, lupa baca kompas. Dan adalah penting untuk seorang Kapten kapal (berikutnya) untuk menyingkirkan orang-orang yang lebih mirip setan di ring satu yang menjadi pembisik bagi sang kapten. Benar, tantangan perubahan sebuah keniscayaan, dan menjadi wajib bagi kita untuk mempersiapkan diri agar tantangan yang akan datang bisa kita jadikan peluang menjadi lebih baik lagi!

  3. Usup Supriyadi berkata:

    Jadi, (Jangan) Biarkan Indonesia “Pecah” Tahun 2015!? :mrgreen:

  4. nbasis berkata:

    ya. jika tak mau merencanakan sejarah (dlm art luas) paling juga akan menyejarahkan (dlm arti sempit) rencana. siap-siap saja memilih peran di rencana itu. ha ha

    1. Usup Supriyadi berkata:

      Hm…

  5. rosendi berkata:

    Islam itu :
    “Kalaupun besar tidak melanda, kalaupun tinggi malah melindungi.”
    (kutipan dari M Natsir ditulisan kang Kopral Cepot)

    1. Usup Supriyadi berkata:

      Mantap!

  6. majorprad berkata:

    Menjadi bagian dari perencana sejarah atau hanya melihat yang lainnya bersejarah.

    Manusia hadir membawa segumpal tanah kering. Bercampur air pengalaman menjadi sejarah dan peradaban.

    Salam Peradaban…

    1. Usup Supriyadi berkata:

      salam…

  7. nirwan berkata:

    Katakan saja apa yang direncanakan, biar semua orang tahu.

    ———
    Kopral Cepot : Yuk … biar semua tau 😉

  8. diko berkata:

    punten kang kopral cepot …
    dari skian buaanyuaknya tulisan akang..selalu tercantum tulisan ini:

    “Menuliskan masa lalu dan membiarkannya berbicara …… Mengeja masa kini dari suara hati yang tersembunyi ….. Mengetuk masa depan dengan pintu KUASA .. Karya dari Usaha dan ASA. Ini semua tentang Indonesiaku Indonesia Anda dan Indonesia Kita ”

    kayaknya dari smua yg nongkrong disini merasakan hal yg satu ASA, satu USAHA, dan ingin berKARYA dalam rangka meraih RIDHO_NYA
    apabila ini tentang kita…tentang IndonesiaKU, IndonesiaAnda, IndonesiaKITA dan KITA sebagai wakil_NYA (tepatnya DIINdonesia) yg memang suatu keharusan ..kenapa tidak..????
    bukankah sejarah sudah mengajarkan bagaimana berfikir, berucap n bertindak..???

    lantas..???

  9. omagus berkata:

    planning is planning..!

    serahkan finishnya sama yang di Atas

    🙂

  10. seli_usel berkata:

    bagus juga cerita nyya ,
    cerita nya ngisikan tentang agama dan sejerah.

  11. Iim Ibrahim berkata:

    saya yakin indonesia tidak akan berubah karna saya percaya indonesia negara yang kuat dan tak tergoyahkan.

    saya senang atas artikel yang anda postingkan ,karena membuat saya bertambah luas tentang pengetahuan tersebut.

    ————————
    Kopral Cepot : Hatur tararengkyu atas apresiasinya … moga bermanfaat bagi semua 😉

  12. seli_usel berkata:

    saja setuju banget mas dengan pendapat mas di atas ,,

    dan saya yakin juga indonesia pasti bisa.

  13. setuju dengan analisa -analisa yang briliant dari para pakar (dengan kedisiplinan ilmunya yang tidak usah diragukan lagi ).secara selintas aku tangkap sejarah memang untuk diciptakan karena disini faktor dari luar amat sangat mempengaruhi . sekali lagi faktor kepentingan bermain didalamnya , ditelusuri lebih jauh unsur menguasai sesama mahluk manusia oleh manusia lain (ketamakan .kerakusan ) sumber dari segala sumber bencana. kedepanya kekuatan dari luar bisa merusak tatanan yang sudah mapan dalam internal dari suatu negara. perjalanan sejarah kita cukup memberikan pelajaran ambil saja belanda VOC yang mulanya berdagang bisa jadi menjadi kekuatan politik yang sangat kuat ( bisa – bisa kejadian seperti ini akan terulang lagi dalam sejarah kita ). dan sejarah yang juga membuktikan pada kondisi seperti itu akan muncul leadership (jiwa kepemimpinan )dari satu sekian anak -anak bangsa ini.jelasnya pemimpin terbentuk oleh sejarah itu sendiri , kekuatan dari luar (dalam arti menciptakan sejarah ) akan bertarung kekuatan mana yang paling dominan . selama itu pula aportunisme akan timbul ( kekuatan kaum oportunis bisa mendominasi arena ). lebih celakanya lagi berkolaburasi dengan kekuatan dari luar itu tadi. ingatan kita akan kejadian peristiwa negara irak dan negara teluk lainya ( tapi tidak semua )kaumoportunis ada didalamnya.kira-kira (probabilitynya)negara kita SELAMA NEGARA INI MEMPUNYAI KOMITMEN DAN MEMBERIKAN SEBESAR-BESAR KEMAKMURAN RAKYAT PENGARUH DARI LUAR SEBERAPAPUN KUATNYA kita tetap satu : NKRI. (doktertoeloes malang). MERDEKA ..merdeka ?!

  14. Assalaamu’alaikum wr.wb, Kang KC…

    Sangat ngeri apabila kita mengulangi cerita sejarah silam betapa untuk meraih kemerdekaan harus ada nyawa yang terkorban dan akan berlaku krisis ekonomi yang menyebabkan inflasi meningkat.

    Jika berlaku ramalan bahawa 2015 nanti negara Indonesia akan berpecah, maka akan berlaku banyak perubahan yang mengakibatkan kelumpuhan ekonomi atas keinginan untuk mencapai kemerdekaan bagi kumpulan bangsa yang menginginkan kemerdekaan bagi provinsinya. Hal ini juga berakibat kerana kurang pemimpin berwibawa yang boleh menyatukan perpaduan dalam masyarakat negaranya.

    Mudahan ramalan itu tidak benar. Para pemimpin dan rakyat harus bertindak bijak untuk menguatkan negara dalam satu kesatuan kerana jika semakin kecil negara itu, semakin kurang kekuatannya dalam pertahanan dan berakibat mudah musuh untuk menaklukinya.

    Sungguh sebak jika negara kita tidak bisa dipertahankan dari musuh luar dan musuh dalam sehingga memporak perandakan kehidupan semua orang yang menginginkan kedamaian untuk hidup di bumi tercinta.

    Semoga Indonesia tetap bertahan dengan kebesaran wilayahnya di nusantara ini.
    Salam hormat dan mesra selalu. 😀

  15. sang pembelajar berkata:

    Diatas judul yang sederhana ‘ merencanakan sejarah ‘ dengan hiasan tanda tanya ( ? ) dan paparan pemikiran dari pakar futuristik pradaban manusia serta dibingkai teori konspirasi dengan tata dunia barunya dan akhirnya ditutup dengan kata kata salah satu tokoh yaitu Muhammad Natsir ………. satu tulisan yang layak menjadi renungan, dan ucapan terimaksihlah yang layak di haturkan atas upaya keras memembuatnya.

    tapi akankah Indonesia seperti yang diramalkan ‘ akan lenyap di tahun 2015 ‘ menjadi kepingan kepingan kecil diatas nusantara. dan nama Indonesia hanyalah sebuah sebuah sejarah nostalgia yang boleh jadi menjadi kata ‘ indah ‘ juga kata ‘ penuh luka’ seperti halnya Hindia Belanda.

    Mungkinkah pejuang NKRI seperti sang proklamator Sukarno – Hatta ( dan banyak lagi yang lain ) akan lenyap dari panggung sejarah dan terlupakan, seperti terlupakanya sejarah raja raja suku di daerah yang saya kira tidak kalah hebatnya dalam hal kenegarawanan dan kemampuan administratip pemerintahan, yang mau tidak mau lenyap dan terlupakan dalam bingkai Sejarah Indonesia dewasa ini.

    Mungkinkah ‘pejuang dan pahlawan’ saat ini akan menjadi ‘penghianat’ di masa datang. seperti halnya Aru Palaka ( raja bone ) yang menjadi penghianat bangsa Indonesia tapi pahlawan bagi orang bugis khususnya bugis Bone kerena ia bekerjasama dengan belanda untuk membebaskan tanah airnya dari bangsa Makkasar yang dipimpin Hasanuddin. ini satu kasus, dan banyak kasus yang lain untuk suku lain yang saat ini dibingkai dengan kata Indonesia…………. ( saya bukan orang bugis dan tidak panatisme suku tapi belajarlah dri sejarah )

    Di saat Indonesia telah tiada, akankah sejarah kembali ditulis oleh penguasa dengan beragam kebohongan dan penipuan didalamya hanya untuk mengangkat citra penguasa saat itu, lalu menembakkan beragam fitnah atas pihak yang besebrangan seperti halnya yang dialami ‘ Pejuang Hizbullah ‘ diatas panggung sejarah bangsa Indonesia saat ini.( lihatlah sejarah bandung lautan api dan nasip NII yang tidak relah menyerahkan wilayahnya untuk belanda )

    Ataukah para pahlawan yang nyata perjuangannya, tapi statusnya terkatung katung sekian lama hanya untuk sebuah gelar ‘ pahlawan’ seperti halnya Muhamad Natsir ( dan banyak lagi yang lain ) yang telah nyata perjuangan untuk bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga Mosi Integralnya serta beragam lagi karyanya untuk bangsa ini, tapi statusnya terkatung katung yang mungkin hingga di tahun 2012 ini. ( maaf saya tidak tau bagai mana nasip status pahlawan untuk Muhammad Natsir )

    Akankah ummat Islam yang mayoritas di kepingan tanah air ini nanti kembali mengulangi kegagalan pejuang tegaknya syariat Islam di masalalu hingga melahirkan piagam Jakarta tapi penerapanya selalu dihambat hingga lahir Indonesia yang kita kenal saat ini ( saya tidak panatisme agama tapi berkacalah pada sejarah )

    akankah akhir Indonesia seperti akhir setiap jabatan presidenya ‘ suul khatimah ‘ dan nampaknya SBY juga akan mengalami nasip yang sama ……… semoga saja tidak.

    mungkinkah ‘ akhir ‘ Indonesia seperti ‘awalnya’ …… penuh darah, air mata dan penderitaan………..seperti hukum alam setiap kelahiran selalu diiringi darah dan setiap kematian diiringi air mata

    Sungguh saya tidak tau nasip Indonesia di tahun 2015 dan saya tidak punya ilmu menebak apalagi melihat masa depan. yang saya tau apabila keadilan tidak ditegakkan, kebenaran didustakan dan pakir miskin ditelantarkan serta pemegang amanah melalaikan tugasnya maka tunggulah kehancurannya.

    Tapi saya sungguh cinta Indonesia dengan masa lalu dan masa kininya, dengan kemarahan dan keramahannya, dengan demo anarkis dan demo damainya, dengan kebejatan dan kebaikan pemimpinya pokoke …………. dengan segala hal yang ada padanya dan beragam rasa didada ini tentangnya……….saya cinta Indonesia dengan tulus …………..karena semua orang orangnya adalah keluarga saya dan yang pasti saya lahir, besar dan dewasa didalamnya bahkan mungkin mati saat ia masih ada. semoga.

  16. MSF berkata:

    2015 ??? …. Bukan takut negara terpecah-pecah… lebih takut lagi kalau tidak memiliki negara sama-sekali.

  17. mr-X berkata:

    jujur saya sangat miris dg keadaan ini.

    Banyak isu2 yg provokatif ,baik dari media,ormas,elite politik bahkan dari luar negeri.
    Usaha untuk memecah indonesia sudah dari jaman nenek moyang kita broo..!!,
    terakhir yg saya lihat adalah tergulingnya soeharto, yg sudah dianggap berpaling dr BARAT,dan anehnya kita seolah2 sedang merayakan kemenangan/uforia melihat hal itu,
    tnpa sadar sebenarnya sudah ada gerak SISTEMIK yg canggih merongrong dasar negara kita,
    dengan slogannya DEMOKRASI RAKYAT,ANTI KORUPSI dll.
    ini adalah masalah serius..,

    Jika rakyat 30% saja sudah berpaling/tidak mendukung kpd pemerintah ,dan itu diketahui oleh asing/agenya ,maka mereka hanya perlu 1 konflik pemicu untuk menghancurkan negara ini..

    Kiblat pemerintah ttg negara2 barat harus di hentikan,
    dan segera berpaling ke negara lain(wajib)

    -RESPECT-

Tinggalkan Komentar