Politik Kebijaksanaan Dewata

Bermula dari penelusuran pemikiran Hatta tentang Demokrasi yang pada tulisan “Hatta dan Demokrasi Kita ” tertulis : hampir semua tokoh nasionalis radikal seperti Radjiman Widjodiningrat, Cipto Mangunkusumo, Soewardi Soerjaningrat, Douwes Dekker, Armijn Pane, Sanusi Pane, dan Mohammad Yamin adalah anggota Theosophy. Tergelitik untuk menelusuri jejak perkumpulan teosofi di Indonesia karena bagaimanapun perkumpulan ini banyak mempengaruhi para tokoh nasionalis pendiri bangsa termasuk Soekarno.

Masa kecil Sukarno di Surabaya diwarnai dengan gemblengan dalam perpustakaan teosofi lantaran ayahnya, Sukemi, adalah anggota aktif Theosophy. “Bapakku seorang teosof. Karena itu, aku boleh memasuki peti harta ini (maksudnya perpustakaan). Aku menyelam lama sekali ke dunia kebatinan ini. Dan di sana aku bertemu dengan orang-orang besar. Cita-cita mereka adalah pendirian dasarku…,” demikian ditulis Sukarno suatu ketika. Akibatnya, kecenderungan pemikiran Sukarno yang sinkretis-mencampur-adukkan berbagai isme seperti Nasakom-adalah pancaran dari pendidikan teosofinya itu.

Theosofi merupakan gerakan trans-nasional yang diijinkan beroperasi di Nusantara dalam masa penjajahan Pemerintah Hindia Belanda. Theosofi ini memiliki kaitan erat dengan organisasi yang dimotori kaum Yahudi yang bernama Freemasonry. Di Hindia Belanda kelompok theosofi ini awalnya bernama Nederlandsch Indische Theosofische Vereeniging (Perkumpulan Theosofi Hindia Belanda) yang merupakan cabang dari perkumpulan theosofi yang bermarkas di Adyar, Madras, India. Di Hindia Belanda kelompok ini didirikan oleh Ir. A. E. Van Blomestein pada 31 Mei 1909. Baru pada 12 November 1912, organisasi ini mendapat pengakuan dari Pemerintah Kolonial Belanda sebagai rechtspersoon (badan hukum) dan anggaran dasarnya dimuat dalam Staatblaad No. 543.(ref)

Tahun 1909, dalam Kongres Theosofi di Bandung, jumlah anggota Theosofi adalah 445 orang (271 Belanda, 157 Bumiputera, dan 17 Cina). Dalam Kongres itu juga disepakati terbitnya majalah Theosofi berbahaya Melayu “Pewarta Theosofi” yang salah satu tujuannya menyebarkan dan mewartakan perihal usaha meneguhkan persaudaraan. Pada tanggal 15 April 1912, berdirilah Nederlandsch Indische Theosofische Vereeniging (NITV), yang diakui secara sah sebagai cabang Theosofi ke-20, dengan Presidennya D. van Hinloopen Labberton. Tahun 1915, dalam Kongres Theosofi di Yogyakarta, jumlah anggotanya sudah mencapai 830 orang (477 Eropa), 286 bumiputera, 67 Cina).

Anggaran Dasar NITV kemudian disetujui Pemerintah Hindia Belanda tanggal 2 November 1912. Dengan demikian, NITV menjadi organisasi yang sah dan berdasar hukum. Pusatnya di Batavia. Cita-cita yang dicanangkan NITV adalah keinginan untuk memajukan kepintaran, kebaikan, dan keselamatan “saudara-saudara” pribumi, agar dengan bangsa Barat dapat saling berdekatan. Berdasarkan cita-cita tersebut, ternyata NITV mengdnaung cita-cita sama dengan kaum asosiasi, yaitu suatu hubungan yang bersifat paternalistik. (ref)

Apa sebenarnya arti kata Theosofi, dijelaskan oleh Blavatsky : ”Kearifan ilahi (Theosophia) atau kearifan para dewa, sebagai theogonia, asal-usul para dewa. Kata theos berarti seorang dewa dalam bahasa Yunani, salah satu dari makhluk-makhluk ilahi, yang pasti bukan ”Tuhan” dalam arti yang kita pakai sekarang. Karena itu, Teosofi bukanlah ‘Kebijaksanaan Tuhan’, seperti yang diterjemahkan sebagian orang, tetapi ‘Kebijaksanaan ilahi’ seperti yang dimiliki oleh para dewa.”

Sebuah ringkasan di The Politics of Divine Wisdom Theosophy and labour, national, and women’s movements in Indonesia and South Asia, 1875-1947 Karangan Herman de Tollenaere, terjemahan ke bahasa Indonesia bisa kita baca disini. Beberapa point  yang saya temukan dari catatan ringkas tentang perkumpulan teosofi di Indonesia terutama pada masa penjajahan Belanda adalah :

  1. Pandangan okultis para teosof sering dianggap secara politik tidak relevan. Ini ternyata dari sedikitnya perhatian yang diberi kepada mereka dalam sejarah penulisan sejarah politik.
  2. Anggota-anggota teosof pada umumnya dari golongan bangsawan, dunia pengusaha dan perwira-perwira. Anggota-anggota Indonesia hampir semuanya bangsawan Jawa. Dua perkecualian kecil ialah Sumatera (barat), dan, baru sejak tahun tigapuluhan, Bali dan Lombok.
  3. Pada tahun 1915 mereka berusaha menghentikan gerakan Samin, pemberontakan tanpa kekerasan di Jawa Utara, dengan mengajak mereka memeluk aliran teosofi. Hal ini tidak berhasil. Jika dibanding usaha kedua lebih lama dan lebih berhasil, pada tahun tigapuluhan dimana perkumpulan teosofi secara keseluruhan merosot sama sekali. Pada waktu itu Pemitran Tjahja, sebuah organisasi sampingan, berfungsi untuk beberapa tahun dengan hampir 1.000 orang anggota di Jawa, Bali dan Lombok.
  4. Indië Weerbaar merupakan sengketa politik pertama di Indonesia pada abad ke-20, yang menarik perhatian masal semua golongan rakyat. Sengketa ini banyak menambah polarisasi antara kiri dan kanan di dalam Sarekat Islam, di Indonesia pada umumnya, dan menentang kekuasaan Belanda. Maka dampaknya Indië Weerbaar ternyata bertentangan dengan gagasan-gagasan pendirinya mengenai keselarasan antar golongan dan keselarasan di wilayah kolonial. Artikel-artikel politik pertama dari orang-orang yang kelak menjadi pemimpin PKI, kelak partai komunis terbesar di dunia yang tidak memerintah, seperti Semaoen, Darsono dan Alimin, ditujukan melawan anggota-anggota perkumpulan teosofi. Pada tahun 1916-7 Van Hinloopen Labberton adalah orang yang paling banyak dikritik di kalangan pers sosial-demokrat Indonesia. Pertemuan politik besar pertama di Jakarta, pada tahun 1918, ialah untuk melawan Indië Weerbaar.
  5. Hubungan perkumpulan teosofi yang terbaik berarah kepada golongan-golongan bangsawan di dua daerah. Pertama kaum nasionalis Jawa di kalangan majalah Wederopbouw milik Raden Mas Soetatmo Soeriokoesoemo, salah satu aliran Budi Utomo. Wederopbouw bisa terbit berkat bantuan Pangeran Mangkoe Negoro VII. Wederopbouw menuntut sebuah negara Jawa, anggota liga Bangsa-bangsa; dan juga menuntut pemugaran kebudayaan bangsawan Jawa.
  6. Perkumpulan teosofi juga ada hubungan dengan Sarekat Adat Alam Minangkabau pimpinan Datoek Soetan Maharadja di Sumatera. Sebelumnya Maharadja melontarkan banyak kritik terhadap pemerintahan Belanda dan bangsawan dalam hariannya Oetoesan Melajoe dan majalah wanita Soenting Melajoe.  Sejak tahun 1916 mulai ada perubahan. Sejak itu dia dan pembantunya Abdoel Karim terus menulis artikel-artikel tentang teosofi. Kaoem Moeda (Islam modernis), sosialisme, feminisme berjuang dan semua bentuk nasionalisme Indonesia, semuanya diganyang habis oleh mereka. Oetoesan Melajoe dan Wederopbouw sering berjalan paralel, dan tentu hal ini dihargai oleh Wederopbouw.
  7. Hubungan dengan organisasi-organisasi lainnya seperti Sarekat Islam semakin sulit karena organisasi-organisasi tsb. makin ditujukan kepada golongan rakyat luas dan garis politiknya makin tajam. Sudah sejak 1915 para anggota sayap kiri Sarekat Islam dan harian Pantjaran-Warta di Jakarta (dengan a.l. Soekirno, Marco, Goenawan, Alimin dan Abdullah Fatah), terang-terangan bersikap anti-teosofi. Fatah, dari serikat buruh minyak tanah, menyerukan agar kaum muslim dan kaum sosial demokrat mengadakan aksi bersama melawan ide-ide teosofi. Tahun 1917 Marco dijatuhi hukuman penjara setelah mempublikasikan berbagai karikatur, artikel dan sebuah sajak untuk melawan wajib militer. Hubungan dengan sayap kanan Sarekat Islam (Djojosoediro, Abdoel Moeis, hadji Agoes Salim) berlangsung baik hingga akhir 1918. Sayap ini terwakili luas dalam pemerintahan nasional, Centraal Sarekat Islam. Disini pengaruh perkumpulan teosofi lebih besar daripada di tingkat daerah. Pemerintah melarang hubungan langsung antara tingkat nasional dan tingkat lokal. Dengan demikian hubungan pribadi misalnya antara Labberton yang aktif dan Djojosoediro dapat mengambil peranan besar; kendati ide-ide yang berbeda mengenai misalnya hirarki.
  8. Pada tahun 1919 hubungan dengan Budi Utomo tidak sebaik sepuluh tahun sebelumnya, seperti ternyata pada aksi mogok siswa-siswi sekolah guru teosofi di Jakarta. Pada tahun 20-an bekas anggota perkumpulan teosofi seperti Salim dan Soerjopranoto terang-terangan menjadi anti-teosofi di dalam Sarekat Islam. Hubungan dengan Indische Partij, yang kemudian dinamakan Insulinde dan Nationaal Indische Partij, tidak baik. Hubungan dengan Perhimpoenan Indonesia, yakni perhimpunan orang Indonesia di Belanda, akhirnya memburuk. Upaya untuk mempengaruhi angkatan anggota-anggota baru, seperti Mohammad Hatta, gagal. PI berpendapat bahwa perkumpulan teosofi : ‘adalah bahaya besar bagi perjuangan nasional kami.’ Walaupun Sukarno diasuh dengan ajaran-ajaran teosofi, dan membaca buku-buku politik pertamanya di perpustakaan perkumpulan teosofi di Surabaya, partainya, Partai Nasional Indonesia, akhirnya sependapat dengan PI.

Dari beberapa catatan yang saya temukan diatas ini menunjukan bahwa perkumpulan teosofi memiliki peran yang cukup signifikan dalam dinamika pemikiran dan pergerakan kebangsaan pada masa penjajahan Belanda. Pro dan kontra pada perkumpulan ini amat berpengaruh pada arah sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Hanya sayang dalam penulisan sejarah politik di Indonesia kita sukar menemukan jejaknya 😦 .

Gerakan Theosofi, seperti dirumuskan oleh ketuanya, Dr. Annie Besant, mempunyai tujuan: (1) Membentuk suatu inti persaudaraan universal kemanusiaan, tanpa membeda-bedakan ras (bangsa), kepercayaan, jenis kelamin, kasta, ataupun warna kulit, (2) Mengajak mempelajari perbandingan agama-agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan, (3) menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat diterangkan, dan menyelidiki tenaga-tenaga yang masih tersembunyi dalam manusia. Selain memimpin Theosofi, Anni Besant juga memimpin organisasi Freemasonry, Moeslim Bond, Theosofische Wreld Universiteit, The Liberal Catholic Church, dan beberapa organisasi lainnya(ref). Rumusan Dr. Annie Besant ada dalam buku versi Indonesianya yang berjudul “Tujuh buku Penuntun Theosophy” (donlot disini).

Persaudaraan tanpa memandang agama sebagai misi penting dari Theosofi juga digambarkan oleh Ketua Theosofische Vereeniging Hindia Belanda, D. Van Hinloopen Labberton pada majalah Teosofi bulan Desember 1912:

“Kemajuan manusia itu dengan atau tidak dengan agama? Saya kira bila beragama tanpa alasan, dan bila beragama tidak dengan pengetahuan agama yang sejati, mustahil bisa maju batinnya. Tidak usah peduli agama apa yang dianutnya. Sebab yang disebut agama itu sifatnya: cinta pada sesama, ringan memberi pertolongan, dan sopan budinya. Jadi yang disebut agama yang sejati itu bukannya perkara lahir, tetapi perkara dalam hati, batin”.

Sebagai catatan, selain perkumpulan teosofi berkembang pula sebuah organisasi rahasia Yahudi Internasional di bawah pendudukan Belanda yang disebut dengan organisasi Freemason (Tarekat Mason Bebas) atau yang dikenal pada waktu penjajahan Belanda disebut dengan “Vrijmetselarrij”. Fakta ini jarang sekali diungkap kedalam ranah sejarah politik di Indonesia karena memang sangat dirahasiakan sekali usaha dari organisasi terselubung ini. Di dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” dijelaskan dengan gamblang bagaimana campur tangan freemason terhadap Budi Utomo dalam kaitanya menyebarluaskan faham keyahudian di dalam tubuh budi Utomo ini. Lebih lengkapnya bisa di donlot bukunya disini “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962“.

**************

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. (QS Al-An’am:112).

Referensi :

  1. Theosophy , wikipedia.org
  2. Helena Blavatsky , wikipedia.org
  3. Dari Theosophy menuju Pluralisme Agama, Susiyanto
  4. Kebangkitan Kembali Theosofi Indonesia,
  5. The Politics of Divine Wisdom Theosophy and labour, national, and women’s movements in Indonesia and South Asia, 1875-1947
  6. The Theosophical Society and Labour and National Movements in Indonesia, 1913-1918
  7. Theosophy, 1875-now

11 Komentar

  1. Usup Supriyadi berkata:

    apakah pemerintahan yang sekarang ini juga ditunggangi gerakan theosofi?

  2. alamendah berkata:

    (Maaf) izin mengamankan KEDUAX dulu. Boleh, kan?!
    Terus terang pengethauan saya tentang teologi minim, apalagi tentang Theosophy

    1. kopral cepot berkata:

      Sy juga lagi belajar mas 😉

  3. nbasis berkata:

    sayap lain dari Yahudi internasional?

    1. kopral cepot berkata:

      Yah … Perkumpulan Theosophy berbeda dengan Tarekat Mason Bebas tapi kedua-duanya jaringan Yahudi Internasional.

  4. Delia berkata:

    Jujur lia baru tahu mengenai thesophy ini…

    makasih kopral sharingnya 🙂

    ——————
    Kopral Cepot : Sama2 Mba … sy juga penasaran u/ cari tau

  5. atmo berkata:

    ijin ngangsu kawruh kopral
    saya copy dulu..
    pernah baca pengakuan soekarno ini di biografi soekarno-cindy adams
    tapi tentang teosophi ini, belum banyak diwacanakan kelihatannya..

    apakah ia begitu berbahaya sehingga selama ini hampir tidak terlihat sama sekali?
    apakah ada kaitannya dengan iluminati itu?

    http://atmokanjeng.wordpress.com/

  6. sedjatee berkata:

    gagasan luhur dan mulia
    semoga benar-benar bisa menyatukan perbedaan
    salam sukses selalu

    sedj
    http://sedjatee.wordpress.com

  7. andipeace berkata:

    copy paste duluh ya OM kopral…
    ga berani kement muluk-muluk dah kalu masalah politik,karna saya hanyalah bocah yang tergolong rakyat bawah,ga bakalan ocehanku didengar mereka 😀 tapi ini pengetahuan baru dan perlu dibaca dengan cermat…

    salam sejahterah OM

  8. adisuseno berkata:

    pak kopral, ijin jadiin referensi
    trus apa bedanya freemansory ama teosofi?

    ————–
    Kopral Cepot : Sy hanya bisa melihat perbedaannya dari konsep pemikirannya.. sementara tujuannya sama2 saja. Salam kenal n semangat always 😉

  9. adi mas pras berkata:

    ada yang tau ndak ya, perkumpulan teosofy daerah SURABAYA..

Tinggalkan Komentar