Raden Fatah alias Al-Fatah; Sang Pemimpin Muda

Dalam Babad Tanah Jawi dikisahkan, tentang silisilah Raja-raja Majapahit. Prabu Adining Kung berputra Hayam Wuruk. Hayam Wuruk berputra Lembu Amisani, patihnya bernama Deming Wular. Lembu Amisani berputra Bra Tanjung. Bra Tanjung berputra Raden Alit, setelah menjadi raja bergelar Brawijaya, patihnya Gajah Mada.

Sang Prabu Brawijaya beristrikan puteri raja dari Campa. Raja Campa ini memiliki dua putri, putri pertama nikah dengan Brawijaya sementara putri bungsunya menikah dengan Makdum Brahim Asmara alias Maulana Malik Ibrahim ayah dari Sunan Ampel (ini berarti Prabu Brawijaya Raja Majapahit adalah ‘Ua dari Sunan Ampel). Alkisah sang Prabu Brawijaya beristri lagi dan memperoleh putri dari Cina. Istri tua dari Cempa sangat kecewa tidak rela di madu dengan putri dari Cina.

Karena besar kasihnya terhadap istri pertama, Prabu Brawijaya sanggup memulangkan putri Cina itu. Sang Raja lalu memanggil Patih Gajah Mada untuk diutus menyerahkan putri Cina itu kepada Arya Damar (Sebelumnya Jaka Dilah yang karena pengabdian dan karyanya bagi Majapahit, Jaka Dilah diangkat kedudukannya menjadi Raja di Palembang dengan gelar Arya Damar). Patih Gajah Mada berangkat membawa putri Cina itu dan bertemu dengan Arya Damar di Gresik, melaksanakan perintah raja serta menyerahkan surat. Bunyi surat, “ Putri Cina dilengserkan jadi istri Arya Damar, tetapi berhubung baru mengandung tidak diizinkan untuk menidurinya, tunggulah sampai melahirkan”. Arya Damar bersedia. Arya Damar segera berangkat, selamat sampai Palembang lalu menjadi Raja.

Alkisah putri Cina yang diserahkan kepada Arya Damar sudah melahirkan seorang anak laki-laki, bernama Raden Hasan yang selanjutnya dijuluki Raden Fatah atau Al-Fatah. Setelah dewasa Arya Damar berharap Raden Fatah menggantikannya menjadi Raja Palembang tetapi Raden Fatah menolaknya. Bersama adiknya  (anak Arya Damar) Raden Husen sepakat pergi meninggalkan Palembang ke Jawa untuk mengabdi ke Brawijaya di Majapahit dengan menumpang kapal para saudagar dan berhenti di Sura Pringga. Disitu keduanya turun ke darat berhenti di Ampel Denta. Mereka selanjutnya berguru kepada Sunan Ampel di Pesantren Ampel Denta. Lama menetap di Ampel Denta, Raden Fatah menikah dengan putri Sunan Ampel, Asyikah.

Dalam tulisan sebelumnya, program akselerasi dakwah Sunan Ampel di wilayah Majapahit menempatkan Raden Hasan (Raden Fatah) menjadi koordinator dakwah di wilayah Lasem menggantikan kakeknya Syekh Bah Tong atau Syekh Bentong. Berpusat di Glagah Wangi Bintara dan mendapat gelar Pangeran Bintara. Sementara Raden Husen saudara seibu Raden Hasan (anak Arya Damar) di tempatkan di ibukota Majapahit, oleh Prabu Brawijaya Kertabumi, Raden Hasan diterima sebagai abdi kerajaan dan mendapat gelar Adipati Terung. Daerah Bintara inilah yang selanjutnya menjadi pusat pemerintahan Negara Islam Demak.

Prabu Brawijaya Kertabumi mendengar berita bahwa ada orang yang bertempat tinggal di hutan Bintara, terkenal dimana-mana tentang besaran pedukuhan dan kesaktiannya. Raja memanggil para menteri untuk menanyakan benar-tidaknya kabar itu. Adipati Terung menjawab memang benar bahwa yang tinggal di sana adalah saudara tuanya (Adipati Terung tidak mengungkapkan asal usul mereka berdua). Sang Prabu lalu memberi perintah untuk memanggilnya. Singkat cerita Raden Fatah tiba di kerajaan Majapahit menghadap Prabu Brawijaya, Sang Prabu sangat gembira, jatuh hatinya kepada Raden Fatah sebab rupanya sangat mirip Sang Prabu. Lalu diaku sebagai putera, diangkat menjadi Adipati Bintara. Selanjutnya Raden Fatah kembali ke pedukuhan Bintara yang selanjutnya dikenal pula dengan nama Demak dengan membawa satu laksa abdi (10.000 tentara), serta di beri gajah, kapal, tandu dan pedati. Lama-lama pedukuhan Demak  menjadi makin gemah-ripah.

Raden Fatah berhasil merubah Bintara yang asalnya hutan belantara yang tumbuh pohon yang wangi sehingga dikenal dengan pedukuhan Glagah Wangi Bintara menjadi kawasan yang ramai dan terkenal. Letaknya geografisnya yang sangat menguntungkan untuk perdagangan dan pertanian. Dari hutan belantara berubah menjadi gudang padi dan kota pelabuhan yang berdatangan kapal-kapal dagang yang berlayar lewat pantai utara Jawa menuju Maluku. Bintara Demak juga menjadi penghubung antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Seperti dalam Badab Tanah Jawi sebelum runtuhnya Majapahit, Demak Bintara sudah merupakan Negeri yang gemah ripah.

34 Komentar

  1. anonim berkata:

    SUTRADARA DIBALIK HANCURNYA NASAB RADEN PATAH DAN RUSAK NYA SEJARAH KELUARGA BESAR SULTAN ABDULLAH UMDATUDDIN / SULTAN HUT MESIR , AYAHNDA DARI SUNAN GUNUNG JATI ADALAH TUBAGUS NURFADHIL AL ALAWI AL HUSSEINI DAN GURUNYA KYAI FAROJI ……..

    Setelah berkali kali saya desak dan serang di coment baru tb nurfadhil mengeluarkan bantahan terhadap hasil penelitianya 2010 kmrn yg sdh terlanjur di unggah ribuan nitizen facebook di malaysia dan indonesia dan disebarkan di internet, silah kan anda semua mencek nya di internet dan di baca yg ini, itulah sebab saya selalu berkata keras mengingatkan tb nurfadhil agar jgn gegabah seperti ini lagi :

    ### INI ADALAH BANTAHAN TUBAGUS NURFADHIL AL ALAWI atas HASIL PENELITIAN NASAB RADEN PATAH SBG PUTRA SULTAN ABDULLAH UMDATUDDIN / SULTAN HUT MESIR / WAN BO TRI TRI. TERBUKTI PENELITIAN INI TIDAK DIDASARI BUKTI BUKTI DN DATA VALID. Silahkan dibaca dan dipahami olh ribuan keturunan Raden Patah yg mengunakan hasil penelitian ini dan sekarang mengaku aku ahlul bait !!!!

    https://mbasic.facebook.com/notes/azmat-khan-al-husaini-pattani-royal-kelantan-walisongo-family-relatives-etc/sejarah-nasab-raden-fattah-sultan-demak/138429526176755/?__tn__=C

    STOP MEREKAYASA NASAB & MERUSAK SEJARAH KELUARGA BESAR SUNAN GUNUNG JATI BIN SULTAN ABDULLAH UMATUDDIN !!!

    “Waspada dgn para perusak nasab dan perusak sejarah utk mengacaukan sistem kekerabatan keluarga walisongo.

    Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini @ Ealkhani Alkhani makanya sudah kami sampaikan niat baik berkali2.. kalo memang ada data primernya silahkan ditunjukkan baik2 supaya bisa diteliti dan dikaji bersama2.. kalo belum ada data primernya ya harap maklum kalo ada yg tidak/belum menerimanya.. ngurus nasab ke rasulullah bukan perkara mudah dn main-main namun perlu tanggung jawab besar.. dan ke-tsiqoh-an.. serta bukti yang kuat serta sanad kesaksian yang jelas dan masyhur

    Disunting · Suka · Kemarin pukul 12:05

    Ealkhani Alkhani percuma saja anda menuliskan kalo nggk bisa memperlihatkan bukti otentik kuno.. dan jangan sebut yang menulis Rd. Patah sbg putra brawijaya V / Kertabhumi adalah penulis non-muslim.. jangan sampai anda terjebak mengkafirkan orang.. Tokoh2 kuno seperti Pangeran Arya Cirebon , Pangeran Wangsakerta dll… turunan Sunan Gunung Jati tahun 1600-an dan th 1700-an menuliskan ttg hal itu… kalo ada manuskrip yang sejaman atau lebih kuno menuliskan nasab rd patah sbg bin abdullah baru bisa menjadi pertimbangan. Kalo ttg gelar sayidin panatagama.. maupun shah dll,, memang bisa mengindikasikan bliau turunan ahlul bait tp blm tentu sbg sayyid.. karena kalo sayyidin panatagama.. bukan gelar kezuriyatan tapi gelar sebagai pemimpin nusantara yang menggunakan dasar agama Islam… jadi tolong sampaikan dengan kelompok anda termasuk Kyai Shohibul Faroji.. silahkan punya keyakinan itu tapi jangan memaksakan.. kalo mw ber-argumen ayo di dunia nyata tunjukkan bukti otentik data manuskrip kuno.. karena yang punya sanad ilmu nasab sampai ke Rasul tidak hanya beliau… afwan…

    Suka · 1 · 1 jam yang lalu

    Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini

    Ealkhani Alkhani jangan jauh2 pula ngomongin nasab ayah Rd. Patah.. ibunya saja sebagai Syarifah Zaenab tidak berdasar manuskrip kuno yang ditulis pencatat Muslim… dari mana dasarnya ? catatan siapa dari tahun berapa ? mana data otentik kuno yg dapat diperlihatkan ? jangan cuma dengan dasar menebar opini saja di internet… maaf sy mnghargai perbedaan pendapat tapi harus dgn dasar argumen bukti yang kuat… kalo blm kuat.. tolong jangan gegabah.. saya pun jadi lebih berhati2 saat ini ttg ilmu nasab. karena tanggung jawabnya besar dan takut salah dan jadi dosa

    Suka · 1 · 1 jam yang lalu

    Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini

    Ealkhani Alkhani dan satu lagi yang perlu saya luruskan dan nanti ana buka data… Babullah Ternate bukan bin syarif Abdullah dan bahkan bukan keluarga Azmatkhan… ada distorsi di sini .. data primer di ternate tidak ada menyebutkan silsilah ke azmatkhan … ada distorsi kesamaan nama yang disangka peneliti sebelumnya sebagai satu jalur padahal beda jalur dan beda jaman … inilah yang kita para peneliti perlu lebih hati2

    Suka · 1 · 1 jam yang lalu

    Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini

    afwan .. saya luruskan sedikit info Nyi Mas Sekar Kencanalarang , putri Tertua Raden Patah adalah Ratu Ayu Kirana Purnamasidi lahir th 1400 saka istri Maulana Hasanudin Banten, sedangkan Ratu Pembayun lahir 1408 saka istri dari Pangeran Jayakelana bin Sunan Gunung Jati lantas meninggal dan dinikahi Fatahillah yg berpoligami menantu sunan Gunung Jati sekaligus menantu Raden Patah. Adapun betul Ratu Mas Nyawa lahir 1410 saka betul mnikah dgn P. Bratakelana kemudian dgn P. Pasarean Cirebon bin Sunan Gunung Jati.. hal ini membuat kekerabatan Rd. Patah dengan jalur Banten dan Cirebon teramat dekat… Ealkhani Alkhani shingga kami tidak bisa sembarangan dgn pendataan jalur ini… Andai betul nasab Rd. Patah bin Syarif Abdullah .. mustahil keturunannya jalur perempuan rd. Patah mengingkari nasab bliau… namun ternyata tidak ada data otentik kuno yg berhasil ditemukan menyebutkan tentang hal ini … shingga pun sy pun yg tadinya sempat menduga ini dan sekedar mnyiarkan pendapat KH S, Faroji… kembali mempertanyakan ttg sumber data otentik yg valid akan hal ini… maaf

    Suka · 26 menit yang lalu

    Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini

    Nyi Mas Sekar Kencanalarang & Ealkhani Alkhani andai ada yg nyebut syarifah zaenab putri sunan ampel.. itu juga distorsi.. karena versi s. faroji zaenab bukan putri sunan ampel tapi saudara sunan ampel yg nasabnya bin ibrahim asmara.. namun demikian berdasar naskah kuno dwarawati yg salah dialiaskan dgn zaenab bin ibrahim asmara, istri brawijaya V bukan demikian hubungannya… yang betul dwarawati adalah bibi sunan Ampel,, alias adik ipar ibrahim asmara… dan skaligus ibu tiri rd Patah krn Rd Patah ibunya bukan dr Dwarawati champa tapi dr cina yakni Siu Banci… mski scr fisik champa dan cina mirip.. tapi dr penamaan jelas beda… dan Rd Patah memiliki nama cina Jinbun tapi tidak memiliki nama Champa .. sebagaimana Syarif Abdullah yang ber-nama champa Bo Teri-Teri / Wan Bo… ini bukti bahwasanya Raden Patah jalurnya lebih dekat bukan ke champa tapi ke cina ,.. meski Rd Patah juga memiki leluhur nenek buyut dr champa yakni Dyah Kirana adik ipar Syeikh Jumadil Kubro … (nama champa ada 2 versi ke-hinduan/sansekerta dan ke-bahasa kamboja-an)

    Suka · 18 menit yang lal

    Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini

    Nyi Mas Sekar Kencanalarang & Ealkhani Alkhani … wslm wr wb… kembali seperti kita bahas.. ayah Tiri Rd. Patah adalah R. Arya Dillah / Arya Damar sedangkan dalam manuskrip kuno juga catatan pnulis Islam ayah kandungnya adalah kertabhumi / Brawijaya V, jadi tdk ada mnyambungkan nasab Rd. Patah ke ayah tirinya.. Kalo antum mnyebutkan Brawijaya V ayah tiri dan ayah kandung Rd. Patah ke Syarif Abdullah.. kembali kami tanyakan mana bukti kuatnya ??? sudah kami sebut kami pun turunan bliau andai kandungnya ke bliau mustahil kluarga kami nggk tahu dan nggk ngakuin,,,,

    Suka · 31 menit yang lalu

    Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini

    Nyi Mas Sekar Kencanalarang & Ealkhani Alkhani btul pula yg dinyatakan Nyai… bahwa Pati Unus / Rd. Surya / Pangeran Sabrang lor… itu bukan menantu Rd Patah tapi bliau adalah anak Rd. Patah yang lahir th 1402 Saka.. istri2 Pati Unus betul yg dikatakan Nyai … Ratu Ayu / Wulung Ayu binti Sunan Gunung Jati dan putri Kepala Wilayah Pulau Upih di Malaka… jadi tidak ada putri Rd. Patah dinikahi oleh Pati Unus 2… yang ada dinikahi oleh putra2 Sunan Gunung Jati dan Fatahillah ,,,

    Suka · 27 menit yang lalu

    Nurfadhil Al-Alawi Al-Husaini

    Nyi Mas Sekar Kencanalarang & Ealkhani Alkhani saya akan buka data menurut manuskrip CPCN tahun 1720… putri Ibrahim Akbar / Ibrahim Asmara atau Syeikh Maulana Jatiswara (Ayah Sunan Ampel) yang menikah dengan Abdullah di Champa.. dalam hal ini bukan Abdullah ayah Sunan Gunung Jati namun dengan Haji Abdullah Iman alias Pangeran Walangsungsang / Cakrabuana bin Prabu Siliwangi / Sri Baduga Maharaja Jayadewata.. dan putri Ibrahim Asmara ini bernama Nyai Retna Rasajati … bukan Dwarawati Majapahit yg adalah bibi-nya… Pernikahan H. Abdullah Iman dgn Putri Ibrahim Asmara pun TIDAK menurunkan Raden Patah… mlainkan menurunkan 7 putri yakni : 1. Nyai Laraskonda 2. Nyai Lara Sejati 3. Nyai Jatimerta 4. Nyai Jamaras 5. Nyai Mertasinga 6. Nyai Cempa 7. Nyai Rasamalasih…. Jadi tolong jangan ada pembauran Data… karena data keluarga kami insya Allah relatif lengkap….

    Suka · 2 · 28 menit yang lalu

    Haqqadirrauf Bkl Raden Kelana , Kang Ari Tea Nyai Ageng Gagak Pertala Sejarah yang masyhur beredar bukan Jaka Tingkir yang menghadapi dan “membunuh” arya Penangsang melainkan Sutawijaya .. panembahan Senopati raja Mataram 1.. dan ini masyhur sehingga Sutawijaya mndpat hadiah tanah wilayah dan kemudian hari bisa menjadi raja Mataram … versi lain bilamana Arya Penangsang punya ilmu yg dekat air dan masih hidup kmbali mski tidak bisa sy salahkan / ragukan tapi memang tidak masyhur dan scr data masyhur sejak itu Arya Penangsang memang tidak “muncul” kembali untuk melawan kubu Jaka Tingkir… INTINYA sy infokan data bahwa : 1. makam ini adalah makam ayah sunan Gunung Jati adalah lemah… makam ayah bliau sudah ditemukan di Myanmar 2. data Syarif Abdullah sebagai ayah kandung RD. PATAH masih termasuk periwayatan yang lemah 3. Babullah Ternate bukan anak Syarif Abdullah bukan keluarga Azmatkhan … ada kesamaan nama leluhur beliau yang membuat distorsi data….

    Haqqadirrauf Bkl Raden Kelana , Nyai Ageng Gagak Pertala , Kang Ari Tea dalam hal ini sy sependapat dengan Nyai… dan adapun kami juga merupakan keluarga besar Kesultanan Banten yang ibu Maulana Yusuf adalah putri Raden Patah dan Arya Jipang / Arya Penangsang juga merupakan salah satu menantu leluhur kami Maulana HASANUDIN mlalui pernikahan dengan Ratu Arsanengah … sehingga sbg krabat dan kluarga besar kami merasa aneh leluhur kami datanya mnjadi distorsi dibaurkan ke sama2 keturunan Syarif Abdullah … padahal sumber data kuno otentiknya belum jelas… dan kami sbg kerabat pula ke jalur Demak belum menemukan data penguat bahwa Rd Patah sbg anak kandung Syarif Abdullah … shingga pendapat yg mnyatakan demikian mesti dipertimbangkan ulang dan diteliti lebih lanjut… maaf dan terima kasih …

    Nyai Ageng Gagak Pertala, Kang Ari Tea Haqqadirrauf Bkl Raden Kelana padahal dlm data kuno.. ayah kandung rd patah adalah kertabhumi / prabu brawijaya V .. ayah angkatnya arya damar… dan sn gunung jati merupakan besan rd patah… arya jipang /penangsang adlh salah satu menantu maulana Hasanudin artinya ‘andai benar rd patah bin sy abdullah’ hubungan kkluargaan yg dekat dgn jalur kekerabatan dgn sn gunug jati ini nggk mungkin kalo kluarga turunan jalur cirebon, banten dan kelantan sampai tidak tahu atw mengingkarinya kalo memang ada data kuatnya… tapi nyatanya di kluarga turunan Sy Abdullah Jalur Cirebon, Banten dan Kelantan … yang beda jalur tapi saling mengakui… tidak / belum menemukan data bahwa rd patah juga sbg bin syarif Abdullah ?? padahal kalo memang ada datanya sbg kerabat dekat mustahil kami mendustakan / meragukan bilamana betul ada data pendukung otenti

  2. Muhammad Dawud berkata:

    selamat malam, saya ingin meminta kritikan terhadap sumber rujukan yang dikutip didalam artikel kompasiana berikut:
    http://politik.kompasiana.com/2015/01/15/sanggahan-untuk-klaim-mas-kusdiono-ttg-jokowi-keturunan-habib-716978.html

  3. Ealkhami berkata:

    Manaqib Raden Fattah Azmatkhan 1424–1518 Masehi

    Beliau dilahirkan di Negeri Champa, yang pada masanya adalah merupakan kerajaan Melayu Islam yang besar dan berpengaruh. Begitu berpengaruhnya kerajaan ini sampai sampai kerajaan Majapahit dan Kerajaan disekitar Asia Tenggara menjalin kerjasama dengan kerajaan ini, Kerajaan Champa betul-betul sangat terkenal pada masa itu. Hal-hal yang berbau Champa betul-betul melekat, bahkan putri-putri champa sangatlah dikenal kaum bangsawan di bumi Nusantara. Kebanggaan akan muncul tatkala bangsawan bangsawan kerajaan Nusantara bisa bersanding dan mendapatkan putri putri bangsawan champa untuk dinikahi. Champa yang mulai mendapat pengaruh Islam dengan penguasa penguasa pendahulunya yang beragama Islam yaitu Sayyid Ali Nurul Alam yang juga bergelar MAULANA MALIK ISRAIL atau SULTAN QONBUL atau ARYA PATIH GAJAH MADA, ternyata dalam proses perjalanan kerajaan ini cukup mendapatkan wibawa di mata kerajaan lain.

    MAULANA MALIK ISRAIL adalah gelar kebesaran dari SAYYID ALI NURUL ALAM karena pengaruhnya mampu menembus kalangan Yahudi yang berada di kawasan Timur Tengah, terutama pada kantong kantong wilayah Yahudi. Artinya dia bukanlah orang Yahudi seperti apa yang pernah ditulis di sebuah situs internet. Champa sendiri adalah sebuah kerajaan islam yang ironis karena sampai saat ini masih sering mengundang perdebatan. Namun berdasarkan jalur perjalanan para Walisongo, bahwa Champa diperkirakan berada Di India, berdekatan dengan wilayah Kesultanan Naserabad pada masa lalu. Kesultanan Naserabad Kuno sendiri adalah cikal bakal munculnya keluarga besar walisongo.

    Kesultanan Naserabad adalah sebuah wilayah pemerintahan Islam yang pemimpinnya dipegang oleh keluarga besar dari SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN, yang merupakan cikal bakal leluhurnya walisongo. Sedangkan kota champa itu sampai sekarang masih ada di sebuah wilayah distrik India. Sedangkan Naserabad India, posisinya kini berada di Negara India yang berdekatan dengan kota Rajishtan dan Ajmer pada masa sekarang.

    Dari kota Champa yang merupakan daerah Kesultanan Nasirabad India kuno ini kemudian keluarga besar Walisongo bermigrasi ke wilayah Champa Kamboja. Inilah yang akhirnya mengundang penafsiran jika Champa berada di Vietnam Tengah, posisi Champa itu berdekatan dengan Pattani dan Kelantan. Dari wilayah Champa Kamboja atau Vietnam Tengah ini mereka bergerak lagi ke wilayah Kesultanan Patani, Kesultanan Kelantan dan Kesultanan Malaka. Sayangnya kejayaan Champa dengan simbol-simbol KEISLAMAN seperti tidak berbekas lagi, jangankan artefak, makam, peninggalan dalam bentuk tulisan, dapat dipastikan semua itu hampir tidak ada, yang ada cerita-cerita kejayaan Islam Champa dari beberapa warga etnis champa yang masih tersisa pada saat ini.

    Kerajaan Champa yang pernah mengalami masa jaya beberapa periode terutama dari masa Sayyid Ali Nurul Alam sampai anaknya Abdullah Umdatudin betul-betul hilang dari bumi Asia Tenggara. Kerajaan Champa dulunya pernah menjadi negara Islam saat ini sejarahnya telah dilenyapkan oleh rezim penguasa Vietnam pada masa lalu bahkan sampai sekarang, mereka tidak pernah mau mengakui bahwa negara mereka pada masa lalu adalah negara besar ISLAM! Namun sampai saat ini walaupun Kerajaan Champa telah hilang ditelan zaman, namun ternyata sebagian etnis ini masih eksis di beberapa tempat, bahasa yang mereka pakai adalah bahasa Melayu.

    Dalam kondisi kerajaan yang terus berkembang pada kerajaan champa ini, maka lahirlah seorang anak yang bernama Sayyid Hasan atau kelak nanti bernama Raden Hasan dan setelah menjadi Sultan Demak sering disebut Raden Fattah. Beliau lahir pada Hari Senin Tanggal 22 Bulan Shofar Tahun 827 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 24 Januari 1424 Masehi. Raden Fattah bukan lahir pada tahun 1455 Masehi seperti yang selama ini beredar, sebab nanti Tahun 1466, Raden Fattah menjadi anggota Walisongo, sehingga sangat mustahil ia menjadi anggota walisongo dalam usia 11 tahun!

    Raden Fattah lahir di Kerajaan Champa lewat rahim Syarifah Zaenab binti Ibrahim Al Hadrami/ Ibrahim Al Ghazi/ Ibrahim As Samarkand/Ibrahim Asmorokondi Azmatkhan Al Husaini. Ibrahim Zainuddin Al Akbar As Samarkand atau Ibrahim Asmorokondi adalah saudara kandung dari Sayyid Ali Nurul Alam yang merupakan salah satu pejabat tinggi di Kesultanan Kelantan dan Patani. Ibrahim Asmorokondi ini sering disebut Wali Tertua dimasanya, khususnya wilayah Jawa Timur. Syarifah Zaenab sendiri adalah adik kandung dari Sayyid Ahmad Rahmatullah atau SUNAN AMPEL AZMATKHAN ALHUSAINI. Artinya Raden Fattah adalah keponakan dari Sunan Ampel. Saat kelahiran Raden Fattah di Champa, keberadaan Sunan Ampel masih ada di Champa untuk mengikuti dakwah ayahnya yaitu Ibrahim Zaenuddin Al Akbar Asmorokondi dan kakeknya yaitu Sayyid Husin Jamaludin atau Syekh Jumadhil Kubro. Ayah dari Raden Fatah sendiri adalah Sayyid Abdullah Umdatudin bin Sayyid Ali Nurul Alam bin Sayid Husin Jamaludin. Sayyid Abdullah Umdatudin adalah Raja Champa. Adapun Nasab Raden Fattah akan dijelaskan sebagai berikut.

    NASAB RADEN FATAH

    Dari jalur ayah, nasab Raden fatah adalah :
    1. Nabi Muhammad SAW
    2. Fatimah Azzahra
    3. Husein Asshibti
    4. Ali Zaenal Abidin
    5. Muhammad Al Baqir
    6. Jakfar Asshodiq
    7. Ali Al Uraidhi
    8. Muhammad An Naqib
    9. Isa Arrumi
    10. Ahmad Al Muhajir
    11. Ubaidhilah
    12. Alwi Al Awwal
    13. Muhammad Shohibus Souma’ah
    14. Alwi Atsani
    15. Ali Kholi’ Qosam
    16. Muhammad Shohib Mirbath
    17. Alwi Ammil Faqih
    18. Abdul Mali Azmatkhan
    19. Abdullah Azmatkhan
    20. Sultan Syah Ahmad Jalaluddin
    21. Husein Jamaludin/Syekh Jumadhil Kubro
    22. Ali Nurul Alam/Maulana Malik Israil/Sultan Qonbul/Arya Patih Gajah Mada
    23. Abdullah Umdatuddin/Sultan Champa/Maulana Hud
    24. Raden Hasan/Raden Fattah/Sultan Demak 1

    Sedangkan nasab dari ibunda Raden Fattah adalah :
    1. Nabi Muhammad SAW
    2. Fatimah Azzahra
    3. Husein Asshibti
    4. Ali Zaenal Abidin
    5. Muhammad Al Baqir
    6. Jakfar Asshodiq
    7. Ali Al Uraidhi
    8. Muhammad An Naqib
    9. Isa Arrumi
    10. Ahmad Al Muhajir
    11. Ubaidhilah
    12. Alwi Al Awwal
    13. Muhammad Shohibus Souma’ah
    14. Alwi Atsani
    15. Ali Kholi’ Qosam
    16. Muhammad Shohib Mirbath
    17. Alwi Ammil Faqih
    18. Abdul Mali Azmatkhan
    19. Abdullah Azmatkhan
    20. Sultan Syah Ahmad Jalaluddin
    21. Husein Jamaludin/Syekh Jumadhil Kubro
    22. Ibrahim Zaenuddin Al Akbar As Samarkand/Ibrahim Asmorokondi
    23. Syarifah Zaenab/Thobiroh/Putri Champa >> melahirkan Raden Fattah

    Ayah Raden Fattah bukanlah Brawijaya V atau Bhre Kertabumi Raja Majapahit terakhir dari Dinasti Raden Wijaya. Sebagian mengatakan bahwa orangtua yang dianggap selama ini sebagai ayah kandung Raden Fattah adalah Brawijaya IV atau Kertajaya, dan ini yang lebih mendekati fakta, bahwa yang dimaksud oleh banyak orang selama ini adalah Kertajaya itu bukan Kertabumi, dan dialah yang seharusnya dinyatakan sebagai ayah “kandung” Raden Fattah. Raden Fattah sendiri bila dibandingkan dengan Kertabumi atau Brawijaya 5 ternyata hampir seumuran usianya. Namun kenyataannya sampai saat ini ternyata Bre Kertabumi atau Brawijaya 5 inilah yang selama ini dipercaya masyarakat Jawa sebagai ayah Raden Fattah dan ini juga terdapat di dalam beberapa Babad seperti Babad Tanah Jawi Galuh Mataram.

    Ayah Raden Fatah yang bernama Abdullah Umdatuddin sendiri adalah Raja Champa kedua dalam kerajaan Islam Champa di Vietnam Tengah (sebelumnya di wilayah Champa India) dan dikenal dengan nama lain di Malaka, Kelantan, Patani sebagai WAN BO. Abdullah Umdatuddin ini sering diartikan sebagai Sultan Mesir dalam sejarah yang berkaitan dengan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah. Padahal ia adalah Raja Champa. Kemungkinan besar kenapa ia dinamakan Sultan Mesir karena boleh jadi Mesir adalah satu medan dakwah dari Abdullah Umdatuddin. Dari Abdullah Umdatuddin akan banyak menurunkan orang orang yang bergerak dalam bidang politik pemerintahan serta ulama ulama besar.

    Antara Sayyyid Abdullah Umdatudin dengan Syarifah Zaenab dan Sayyid Ahmad Rahmatullah atau Sunan Ampel adalah saudara sepupu. Pernikahan antar kerabat dalam keluarga walisongo itu adalah biasa.

    Adapun anak-anak dari Abdullah Umdatudin sangat banyak, namun yang mahsyur dalam dunia nasab adalah:

    Ahmad Waliyullah atau Sultan Abul Muzhafar yang kelak menurunkan beberapa para sultan di Malaka, Patani, Kelantan, dan beberapa Kerajaan di Malaysia
    Sultan Babullah yang menurunkan sultan sultan di Ternate dan Maluku
    Sultan Nurullah yang menggantikan posisi Raja Champa berikutnya
    Syarif Hidayatullah yang kelak menurunkan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon
    Raden Fattah yang kelak menurunkan Kesultanan Demak

    Adapun yang paling terkenal sebagai anak Sayyid Abdullah Umdatuddin adalah Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Kenapa sampai saat ini posisi Raden Fattah jarang sekali disebut dalam dunia nasab sebagai anak dari Abdullah Umdatudin (bahkan terkesan disembunyikan)? Hal ini disebabkan banyak faktor, salah satunya karena adanya pengkaburan dan manipulasi sejarah Kerajaan Islam oleh para kolonialis penjajah serta oknum oknum yang memang tidak menginginkan Islam dalam bentuk kekhalifahan berjaya di Bumi Nusantara ini.

    Nasab Raden Fattah adalah salah satu nasab yang paling banyak mendapat pendustaan oleh kalangan yang tidak memahami sejarah perkembangan ilmu nasab. Nasab Raden Fatah adalah nasab yang paling sering dimanipulasikan oleh berbagai oknum demi kepentingan pribadi atau juga golongannya. Nasab Raden Fattah dapat dikatakan merupakan nasab yang sering dipermasalahkan oleh banyak sejarawan dan juga beberapa ahli silsilah karena dianggap “tidak memiliki” data primer. Padahal sebagai seorang sultan yang besar yang luas kekuasaannya hampir seluruh Jawa, sepertinya tuduhan seperti ini sangat aneh, karena pada kenyataannya nasab Raden Fattah telah tercatat dengan baik oleh kalangan Ulama Ahli Nasab khususnya Keluarga Besar Walisongo lebih khusus lagi keluarga Besar Sunan Kudus dan juga keturunan keturunan Raden Fattah sendiri, terutama keturunan Raden Fattah yang sumber nasabnya berasal dari pencatatan turun temurun dan berdasarkan catatan nasab dari Keturunan Keluarga Besar Sunan Kudus.

    RADEN FATTAH & SUNAN KUDUS
    Raden Fattah (Sultan Demak) adalah besan dengan Sunan Kudus, karena Dewi Ratih binti Raden Fattah menikah dengan Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus dan melahirkan 19 anak. Anak yang paling tua bernama Sayyid Sholih bin Amir Hasan, yang bergelar Panembahan Pakaos (Sultan Ampel Kedaton). Dari Panembahan Pekaos kemudian menikah dengan Ratu Maduratna dan melahirkan Sayyid Ahmad Baidhowi (Pangeran Ketandur Bangkal yang kemudian menjadi Sultan Bangkalan Madura). Keturunan dari trah ini tercatat nama Syekh Sayyid Bahruddin Azmatkhan, Syekh Muhammad Kholil Bangkalan, Syekh As’ad Syamsul Arifin.

    Ratu Maduratna binti Khalifah Ismail bin Khalifah Ibrahim bin Khalifah Sughra bin Khalifah Husain (Sultan/ Raja Madura Pertama/ Pendiri Kerajaan Madura).

    GAMBARAN FISIK RADEN FATTAH

    Raden Fattah memiliki perawakan yang tinggi dan tegap, tinggi beliau melewati angka 185 cm, kondisi fisik beliau ini mirip dengan Sunan Kudus yang tinggi dan tegap, dan ini nanti kelak banyak diturunkan kepada beberapa anak cucunya yang banyak memiliki fisik-fisik yang tinggi. Kulit beliau putih bersih seperti juga para walisongo, wajah beliau berkarakter tegas namun teduh, dan beliau memiliki wajah dengan tipe timur tengah (arab). Beliau selalu memakai pakaian keulamaan seperti juga walisongo dengan Imamah di kepala dan jubah. Sangat tidak benar jika ada foto Raden Fattah yang digambarkan dengan pakaian ala Kerajaan Majapahit, apalagi pakaian-pakaian kebesaran dari penjajah kolonial. Foto Raden Fattah yang beredar selama ini adalah palsu dan menyesatkan.

    NAMA NAMA RADEN FATTAH

    RADEN FATTAH mempunyai nama yang banyak, seperti kebiasaan para walisongo yang juga mempunyai banyak nama karena berbagai faktor, baik itu budaya, sosial, maupun politik.

    Nama-nama beliau yang mahsyur adalah :

    Sayyid Hasan atau Raden Hasan (nama kecil dan dewasa dan nama yang terkenal saat beliau di nyantri di Pondok Pesantren Ampel) dan nama saat beliau di Palembang
    Sayyid Yusuf (panggilan kesayangan dari ibunya)
    Abdul Fattah/ Al Fattah (karena kemenangan Demak terhadap Majapahit, sekaligus orang yang pertama kali membuka kerajaan Islam di Jawa). Nama Al Fattah ini adalah menjadi Fam dari keturunan Raden Fattah, mereka disebut BANI AL FATTAH
    Senopati Jim Bun/Panembahan Jim Bun (karena penghormatan dari Etnis Tionghoa di Jawa terhadap peran dan wibawanya)
    Adipati Natapraja (saat Demak masih di bawah wilayah kerajaan Majapahit)
    Sultan Syah Alam Al Akbar/Sultan Surya Alam (saat beliau dilantik menjadi Sultan pertama Kesultanan Demak
    Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama (gelar yang mendapat pengakuan dari penguasa/Syarif Mekkah dan Palembang)
    Sultan Bintoro (berdasarkan nama sebuah hutan yang bernama Glagah Wangi dan kemudian dirubah namanya menjadi Bintara/Bintoro untuk dijadikan tempat pemerintahan beliau)

    Ibunya dikenal dengan panggilan yang banyak di dalam kerajaan Majapahit, namun yang cukup akrab adalah Tobhirah terutama saat beliau masih di Champa. Sedangkan saat beliau sudah di Majapahit, ada yang mengatakan Dewi Drawati, Kencana Wungu, Nyai Endang, Putri China, Putri Champa, dll, sehingga banyak membuat orang terkecoh dan rancu akan sejarah dirinya. Namun dari semua nama yang populer, nama Drawati adalah nama yang paling terkenal. Ibunda Raden Fattah adalah seorang muslimah yang taat dan berilmu, karena pendidikan agamanya didapat langsung dari bapaknya yang merupakan walisongo angkatan pertama yaitu Ibrahim as samarkand atau IBRAHIM ASMOROKONDI. Ibunda Raden Fatah tidaklah hamil saat dicerai Brawijaya 5 (orang yang dianggap sebagai suami Drawati), beliau suci dari fitnah itu, karena pada kenyataannya Raden Fattah telah lahir di Champa. Ibunda Raden Fattah dimakamkan di Ampel berdekatan dengan Sunan Ampel. Beliau kembali Ke Ampel setelah suami ketiganya wafat terlebih dahulu di Palembang, yaitu Arya Dillah/Sultan Abdillah atau Arya Damar.

    Artinya Raden Fattah nasab kedua orangtuanya adalah Alhusaini melalui jalur Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih yang merupakan keturunan Sayyidina Ahmad Al Muhajir (nenek moyangnya seluruh kaum Alawiyyin yang ada di Nusantara dan Asia Tenggara). Raden Fattah adalah keturunan ke 24 dari Rasulullah melalui ayah dan ibunya.

    MASA KECIL DAN DEWASA RADEN FATTAH

    Raden Fattah menghabiskan waktu kecilnya di Champa, dalam asuhan ibunda dan ayahnya yang tercinta yaitu Sayyid Abdullah Umdatudin dan Syarifah Zaenab/Thobiroh/Drawati. Namun masa kecil Raden Fatah tidaklah lama dalam kebahagiaan, karena Abdullah Umdatuddin dan Syarifah Zaenab berpisah karena Sultan Abdullah Umdatuddin kondisinya sering sakit-sakitan, sehingga tidak lama kemudian beliau akhirnya wafat, sehingga dengan kondisi yang sakit-sakitan dan uzur ini, maka Abdullah Umdatuddin menceraikan Istrinya ini, agar mencari kehidupan yang lebih layak guna untuk mendidik Raden fattah yang masih kecil. Oleh Sebab itu, Abdullah Umdatuddin mengusulkan agar mantan istrinya ini mengikuti saran Sunan Ampel untuk menikahi Raja Majapahit yang sudah masuk Islam yaitu Kertajaya (Brawijaya 4). Abdullah Umdatuddin pun tidak keberatan mantan istrinya itu menikah dengan Kertajaya karena hubungan Abdullah Umdatuddin dengan Kertajaya sangatlah baik, apalagi kerajaan mereka adalah sekutu. Abdullah Umdatudin pun memesan kepada Kertajaya melalui Sunan Ampel, agar Kertajaya mau untuk mendidik anaknya yaitu Raden Fattah seperti mendidik anaknya sendiri. Artinya Raden Fattah dititipkan Abdullah Umdatudin kepada Kertajaya untuk menjadi anaknya sendiri, namun tetap dalam didikan kerajaan yang dipenuhi etika dan tata krama.

    Ibunda Raden Fattah dan juga Raden Fattah diberangkatkan dari Champa bersama dengan wali walisongo yang lain untuk menuju Majapahit. Perjalanan dari Champa menuju Majapahit ditempuh dengan jarak sekitar kurang lebih satu bulan. Setelah tiba beberapa saat di Majapahit, sesuai dengan tujuan pertama, maka Syarifah Zaenab dinikahkan dengan Kertajaya. Pernikahan ini nantinya akan mengundang perdebatan, karena ini jelas tentu akan bertabrakan dengan konsep pernikahan yang biasa dianut keluarga besar walisongo yaitu kafa’ah. Apalagi karena di satu sisi Syarifah Zaenab adalah seorang Ahlul Bait, sedangkan Kertajaya adalah seorang raja yang mualaf dengan keislaman yang tidak semua orang tahu, kecuali beberapa kerabat dekatnya.

    Namun demikian rahasia pernikahan ini hanya Sunan Ampel dan wali wali lainnyalah yang lebih tahu bagaimana ke depannya nanti. Betapa pun demikian konsep pernikahan Kafa’ah antar keluarga besar walisongo tetap terjaga. Namun memang pasca pernikahan ini Islam bisa berkembang dengan pesat berkat lindungan dari Kertajaya dan nanti diteruskan oleh Brawijaya 5 atau Kertabumi. Sayang pernikahan ini tidak lama, karena adanya intrik-intrik yang terjadi dalam keluarga besar Kertajaya, sehingga menyebabkan Syarifah Zaenab dan Raden Fattah tersingkir. Syarifah Zaenab diceraikan Kertajaya, dan setelah masa iddah lewat maka Syarifah Zaenab diserahkan kepada Arya Dillah yang merupakan bawahannya di Palembang. Pernikahan antara Kertajaya dan Syarifah Zaenab tidak menghasilkan keturunan, artinya Kertajaya tidak bisa menghasilkan keturunan lewat rahim Syarifah Zaenab, lagipula kondisi Kertajaya saat itu juga mulai sakit-sakitan.

    Dari pernikahan antara Syarifah Zaenab dengan Arya Dillah lahirlah Raden Husein. Raden Fattah dan adiknya dididik dan dibesarkan di Palembang. Di Palembang pada masa kecil dan dewasa nama Raden Fattah adalah Raden Hasan. Setelah dewasa ia bersama adiknya menuju Pondok Pesantren Ampel untuk belajar kepada pamannya yang bernama Sayyid Ahmad Rahmatullah atau Sunan Ampel. Setelah kurang lebih 3 tahun mereka mondok, maka Raden Fatah mengabdi kepada ayah tirinya sambil membuka sebuah kawasan untuk pusat penyiaran agama Islam yang berada disebuah hutan yang bernama Bintoro.

    ISTRI ISTRI RADEN FATTAH

    1. Siti Asyiqah/Dewi Murtasimah binti Sunan Ampel
    2. Putri Randusanga binti Adipati Randusanga
    3. Putri Jipang binti Adipati Jipang
    4. Alwiyah binti Syekh Subakir

    Semua istri Raden Fattah mempunyai keturunan, baik itu laki-laki maupun perempuan, dan semua istri Raden Fattah ini adalah bangsawan-bangsawan yang berasal dari Majapahit serta dari keluarga besar Walisongo. Istrinya adalah perpaduan yang cukup unik, di sinilah Raden Fattah menunjukkan bahwa ia dan juga Walisongo mampu untuk berbaur dan berasimilasi dengan rakyat nusantara pada saat itu. Dan sebelum era Raden Fattah pernikahan dengan pribumi juga telah dilakukan, sehingga Raden Fattah tidaklah merasa sombong dan angkuh walaupun ia seorang sultan dan juga seorang Ahlul Bait Rasulullah SAW.

    ANAK ANAK RADEN FATTAH

    Patih Rodin/Komaruddin/Badruddin
    Sayyid Muhammad Yunus/Sultan Yunus Surya/Raden Surya/Pangeran Seberang Lor1/Adipati Unus 1/Pati Unus 1/Sultan Demak II
    Sayyid Ali/Raden Bagus Surawiyata/Raden Kikin/Pangeran Sekar Seda Lepen
    Syarifah Jamilah/Ratu Mas Nyawa/Putri Gunung Ledang >< menikah dengan Raden Abdul Qodir bin Muhammad Yunus Al Mukhrawi Azmatkhan/Pati Unus 2
    Sultan Ahmad Abdul Arifin/Sultan Trenggono/Sultan Demak III
    Pangeran Purbo
    Raden Bagus Sido Kali
    Dewi Ratih (Menikah dengan Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus Azmatkhan)
    Radeng Tumenggung Kanduruhan (Senopati Japan Ratu Sumenep)
    Pangeran Sulaiman
    Pangeran Daud
    Pangeran Musa
    Pangeran Yusuf
    Pangeran Muhammad
    Raden Pamekas

    Semua anak Raden Fattah ini mempunyai banyak keturunan yang menyebar di berbagai wilayah Nusantara dan juga beberapa wilayah Asia Tenggara. Dan kelak dari keturunan Raden Fattah ini banyak yang menjadi ulama-ulama besar serta tokoh-tokoh politik dan juga pemimpin bangsa, baik dari bidang pemerintahan politik maupun militer. Mereka semua anak-anak Raden Fattah menyebar luas ke berbagai daerah untuk menyebarkan dakwah Islamiah yang sesuai dengan cita-cita Majelis Dakwah Walisongo yang salah satu anggotanya adalah Raden Fattah. Tidak hanya Raden Fattah, semua keluarga Walisongo keturunannya pun banyak yang mirip dalam hal apapun dengan keluarga besar Raden Fattah.

    RADEN FATTAH DAN WALISONGO

    Banyak fihak yang tidak mengetahui jika Raden Fattah sebenarnya adalah anggota Walisongo. Raden Fattah disamping sebagai Sultan Demak beliau merangkap sebagai anggota Walisongo, terutama Walisongo Periode ke 4 dengan menggantikan Maulana Ahmad Jumadhil Kubro. Sebelumnya tahun 1462 dalam usia 38 tahun, beliau diangkat menjadi Adipati Bintoro oleh Kerajaan Majapahit, dan pada tahun 1465 Masehi dalam usia 41 tahun membangun mesjid Demak dan akhirnya diangkat menjadi Sultan Demak dalam usia 44 tahun pada tahun 1468 Masehi, sehingga setiap keputusan Walisongo, beliau Raden Fattah ikut terlibat sekaligus ikut mengesahkan, karena ia adalah pemimpin Negara. Tidak banyak pemimpin pada masa sekarang yang bisa merangkap dua jabatan seperti ini jika ia tidak punya kemampuan yang kompleks, baik itu tata Negara dan juga agama dan Raden Fattah membuktikan jika ia punya kemampuan seperti itu.

    Adapun Periode Wali Songo Angkatan ke-4 yang dalam masa pemerintahan Raden Fattah terutama pada era tahun 1466 – 1513 M, terdiri dari:

    Sunan Ampel Azmatkhan, asal Champa, Muangthai Selatan (w.1481)
    Sunan Giri Azmatkhan, asal Belambangan, Banyuwangi, Jatim (w.1505)
    Raden Fattah Azmatkhan, asal Majapahit, Raja Demak pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra (wafat tahun 1518)
    Fathullah Khan/Fatahillah Azmatkhan (Falatehan), asal Cirebon pada tahun 1465 menggantikan Maulana Muhammad Al-Maghrabi (wafat 1573)
    Sunan Kudus Azmatkhan, asal Palestina (wafat tahun 1550)
    Sunan Gunung Jati Azmatkhan, asal Palestina (wafat tahun 1567)
    Sunan Bonang Azmatkhan, asal Surabaya, Jatim (wafat 1525)
    Sunan Derajat Azmatkhan, asal Surabaya, Jatim (wafat 1533)
    Sunan Kalijaga Azmatkhan, asal Tuban, Jatim (wafat tahun 1513)

    GURU GURU RADEN FATTAH

    Semua anggota Walisongo, terutama yang usianya di atas Raden Fattah adalah guru dari Raden Fattah. Salah satunya gurunya yang paling dekat dengan Raden Fattah adalah Sunan Ampel dan Sunan Kudus. Sunan Ampel adalah paman beliau karena ibu Raden Fattah adalah adik dari Sunan Ampel, sedangkan Sunan Kudus adalah disamping sebagai ulama beliau juga merangkap sebagai Panglima Perang, Penasehat Militer, Naqib Nasab Walisongo, dan mendapat julukan Waliyul ilmi, karena begitu tingginya ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Guru lain yang beliau miliki adalah ayah tiri beliau yaitu Arya Dillah, saat beliau masih berada di Palembang. Arya Dillah ini juga terkenal sebagai seorang pemimpin Palembang, namun juga menguasai ilmu-ilmu agama.

    MAZHAB RADEN FATTAH

    Raden Fattah adalah produk dari keluarga besar Walisongo, sehinga setiap yang menjadi keputusan beliau baik itu yang bersifat agama atau umum selalu berdasarkan musyawarah Walisongo. Dasar ajaran Raden Fattah adalah Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah, dengan bermazhabkan kepada Imam Syafi’i dan ini sesuai dengan konsep dan ajaran Walisongo. Thariqoh beliau juga berdasarkan Thariqohnya keluarga besar Alawiyyin. Pada masa Raden Fattah aliran islam Ahlussunah wal Jama’ah disebarkan dengan nilai-nilai kasih sayang serta toleransi yang tinggi.

    MASA PEMERINTAHAN RADEN FATTAH

    Membuat UUD Kesultanan Demak yang bernama Jughul Mudha
    Mendirikan Masjid Agung Demak sebagai sentral penyebaran Islam dan pusat pemerintahan
    Membuka Hutan Glagah wangi untuk dijadikan pemukiman yang bernama Bintoro
    Menyebarkan Islam dengan damai sesuai dengan Thariqah Walisongo
    Memindahkan ke Demak beberapa pusaka, dan beberapa bangunan Majapahit yang terlantar
    Tidak mengadakan konfrontasi dengan Majapahit pada masa era Brawijaya 5
    Tidak Menyerang umat Budha dan Hindu yang hidup di bawah wilayah Kesultanan Demak
    Menerapkan toleransi yang tinggi terhadap agama lain dengan membiarkan agam lain beribadah dan menjaga bangunan-bangunan agama lain yang sudah ada (kelenteng, kuil, candi)
    Berperang dengan Majapahit era Dyah Ranawijaya (Brawijaya 6) disebabkan majapahit versi Brawijaya 6 menyerang Giri Kedaton
    Mematahkan kerjasama antara Brawijaya VII (Prabu Udara) dengan Portugis yang akan menjual negara bila berhasil mengalahkan dan mematahkan Islam
    Menjalin Kerjasama poros politik dengan Kesultanan Cirebon, Banten, Palembang, Malaka
    Melibatkan penuh peran walisongo dalam segala keputusan kepemerintahan
    Menyebarkan Islam dengan cara damai kepada masyarakat Jawa
    Menjadikan Demak sebagai Negara Islam pertama di Jawa
    Diangkat sebagai Sultan pada Kesultanan Demak oleh walisongo dan beliau diangkat bukan karena berdasarkan dia anak tiri kertajaya atau juga Kertabumi, namun karena kemampuan agama, politik dan militernya yang menonjol

    KRATON KESULTANAN DEMAK

    Keraton Kesultanan Demak bukanlah seperti bangunan mewah, ia hanya merupakan sebuah gedung bahkan rumah biasa yang ditempati oleh Raden Fattah dan keluarganya. Raden Fattah memiliki hidup yang sederhana, ia tidak terbiasa dengan kehidupan mewah, jadi kraton milik beliau itu ya rumah beliau itu, sedangkan pertemuan kenegaraan atau pertemuan dengan walisongo dilakukan di Mesjid Demak. Jadi Kraton yang sesungguhnya dari Raden Fattah adalah Mesjid Demak, yang merupakan bangunan multi fungsi, baik dia sebagai tempat ibadah maupun untuk kegiatan kegiatan lainnya.

    KONTROVERSI TERHADAP RADEN FATTAH

    Dituduh sebagai anak durhaka karena menyerang Majapahit era Brawijaya 5, padahal runtuhnya Majapahit itu karena serangan Dyah Ranawijaya (menantu Brawijaya 5 atau ipar tiri dari Raden fattah)
    Dituduh telah meruntuhkan kehebatan peradaban nenek moyangnya
    Dituduh sebagai anak haram dari Brawijaya 5
    Dianggap sebagai biang kerok runtuhnya agama terdahulu yang sudah lebih dulu eksis
    Ibunya dituduh sebagai seorang selir dan putri china, padahal ia muslimah sejati
    Dituduh lahir dari identitas yang tidak jelas
    Dituduh untuk ambisi dan mendesak Sunan Ampel untuk menyerang majapahit
    Berusaha dihilangkan peran dan sejarah hidupnya dalam sejarah Majapahit
    Lebih dimunculkan mitos dan legendanya daripada peran keislamannya
    Dituduh tidak mempunyai anak laki-laki (tidak memiliki keturunan)
    Sengaja dihilangkan asal usul keluarganya yang berasal dari nasab Keluarga Besar walisongo
    Ditonjolkannya sisi lain yang tidak ada hubungan dengan hidupnya agar peran sentral sebelumnyalah yang menjadi acuan dalam menilai sejarah demak, bukan dari keluarga besar Walisongo
    Dituduh bahwa anak-anak dan cucu-cucunya terlibat konflik berdarah karena perebutan tahta, padahal selama hidupnya Raden Fattah telah mengajarkan kehidupan sufi kepada anak dan cucunya
    Menuduh walisongo dimasa Beliau adalah orang-orang yang telah telah menyebabkan hilangnya sebuah Negara besar yang sudah mapan

    KEWAFATANNYA

    Beliau wafat pada usia yang cukup sepuh yaitu 94 tahun, pada hari Selasa tanggal 11 Sya’ban Tahun 924 Hijriah atau bertepatan pada tanggal 18 Agustus Tahun 1518 Masehi dan dimakamkan disamping Mesjid Demak berdampingan dengan istri, anak dan beberapa kerabatnya. Dengan diiringi kesedihan dari ribuan rakyat Demak, dan diiringi anggota Majelis Dakwah Walisongo saat itu, maka Sang Pendobrak Yang Berani itu akhirnya kembali keharibaan Allah SWT dengan tenang. Semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT.

    Wallahu A’lam Bisshowab

    DAFTAR PUSTAKA

    RUJUKAN UTAMA
    Sayyid Baharudin Azmatkhan & Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan, KITAB NASAB ENSIKLOPEDIA NASAB ALHUSAINI, halaman 105 bab Raden Fattah, Penerbit Madawis tahun 2011.

    RUJUKAN PENDAMPING
    Agus Sunyoto, WALI SONGO, Rekontruksi sejarah yang disingkirkan, Jakarta, Transpustaka, 2011
    Abu Amar, Imron, KERAJAAN ISLAM DEMAK, Kudus, Penerbit Menara Kudus, 1996.
    Abu Amar, Sunan Gunung Jati Cirebon, Kudus, Penerbit Menara Kudus, Tahun 1992.
    Amin, Fatah Nur, METODE DAKWAH WALISONGO, Pekalongan, Penerbit CV Bahagia, 1997.
    Aso Sumiarso, CATATAN NASAB KELUARGA BESAR CIGUGUR, Cimahi, tidak diterbitkan, 1964.
    Badri Yatim, SEJARAH PERADABAN ISLAM, Jakarta, Penerbit Rajawali Press, Tahun 1993.
    Bisyri Mustofa, TARIKHUL AULIA (SEJARAH WALI DINUSANTARA), KUDUS, Penerbit Menara Kudus, Tahun 1952.
    Dahlan, KH. Mohammad. HAUL SUNAN AMPEL KE 555, Penerbit Yayasan Makam Sunan Ampel, Surabaya, 1979
    Darmawijaya, SEJARAH KESULTANAN NUSANTARA, Jakarta, Penerbit Al Kautsar 2010.
    Daryanto, RADEN FATAH, Bara diatas Demak Bintara, Penerbit Tiga Kelana, 2009.
    De Graff, KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI JAWA, Jakarta, Penerbit Grafiti, 2003.
    Darmawijaya, KESULTANAN ISLAM NUSANTARA, Jakarta, Penerbit AL Kausar, 2010
    Departemen Agama, ENSIKLOPEDIA ISLAM, Jakarta, Penerbit Depag, 1993.
    Haji Unang Sunarjo SH, “Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintahan Kerajaan Cerbon 1479-1809” Penerbit Tarsito, Edisi ke 1, Bandung, 1983.
    Helmiati, SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA, Ha, Bandung, Penerbit Nusa Media & Zanaf Publising, Tahun 2011.
    Hasanu Simon, MISTERI SYEKH SITI JENAR, Pustaka Pelajar, Tahun 2007.
    Iwan Mahmud, SEJARAH DESA GUNUNG BATU DAN ARIA PENANGSANG, PRIBADI, 2005.
    Iwan Mahmud, CATATAN NASAB KELUARGA BESAR ARIA PENANGSANG, PRIBADI, 2004.
    Joko, PANEMBAHAN SENOPATI (PENDIRI KERAJAAN MATARAM) Jakarta, Penerbit Pradnya Paramita, Tahun 1983
    Yosef Iskandar, SEJARAH JAWA BARAT, Hal 263 s/d 270, Bandung, Penerbit CV Geger Sunten, Tahun 1997.
    Kiagus Imran Mahmud, SEJARAH PALEMBANG, Palembang, Penerbit? Tahun……
    TIM Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, ENSIKLOPEDIA ISLAM INDONESIA, 2009, Penerbit Djambatan, tahun 1993
    Slamet Mulyana, RUNTUHNYA KERAJAAN HINDU JAWA DAN TIMBULNYA NEGARA NEGARA ISLAM DI NUSANTARA, Hal 242 s/d 245, Jogyakarta, Penerbt LKIS, Tahun 2007.
    Sagimun M.D, Sejarah Jakarta Dari Tepi air Ke Kota Sampai Dengan Masa Proklamasi, Pemda DKI, Dinas Musium Sejarah, Tahun 1988.
    Suwito, BABAD TANAH JAWI (GALUH MATARAM), Jakarta, Yayasan Idayu, 1970.
    Sayyid Thohir Al Haddad, SEJARAH MASUKNYA AGAMA ISLAM DITIMUR JAUH, Jakarta, Penerbit Lentera, 2001.
    Umar Hasyim, SUNAN MURIA, ANTARA FAKTA DAN LEGENDA, Kudus, Penerbit Menara Kudus, Tahun 1983
    Yuliadi Sukardi, SUNAN KUDUS SYEKH JAKFAR SHODIQ, Bandung, Penerbit Pustaka Setia Bandung, Tahun 2004.

    Situs

    http://id.wikipedia.org/wiki/Trenggana
    http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Penangsang
    http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Patah
    http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Demak
    http://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo…
    http://id.rodovid.org/wk/Orang:275008
    http://id.rodovid.org/wk/Orang:188326
    http://asalsilahipunparanata.blogspot.com
    http://sejarahgunungbatu.blogspot.com
    http://madawis.blogspot.com
    http://demak-ku.blogspot.com/…/manaqib-sejarah-singkat-sult…
    http://www.facebook.com/azmatkhanalhusaini
    http://ibnurusydi.blogspot.com/…/champa-negara-melayu-yang-…
    http://teambulls.wordpress.com/…/babad-tanah-jawi-raden-fat…
    http://www.gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=7&id=1148

  4. asyauri al matarami al ishaqi al fatah al makhdumi al akbar al husaini berkata:

    Nasab silsilah Raden Fatah yang dipegang oleh keturunannya yaitu keraton surakarta & keraton ngajogjakarta serta kita kuno tulisan tangan dari sunan bonang (al makhdumi) karana Raden Fatah menikah dengan sayyidah asyiqoh bint sunan ampel.
    Selain keraton demak, lalu kesultanan pajang, kesultanan mataram tidak ada hubungan silsilah nasab, kecuali hubungan kekeluargaan, maaf apabila saya ada salah.

    Brawijaya I adalah beragama islam semenjak menikah dengan sri paduka raja patani dyah putri gayatri yang berasal dari kasultanan patani, kelantan, thailand.
    Berputra sri tribhuwana tungga dewi maha rajasa jaya wisnu wardhani menikah dengan prabu cakrodara wijaya paraakrama kertawardHana.
    Berputra Prabu Hayam Wuruk Maha raja sri rajasanagara (brawijaya III) menikahi sri paduka sori dyah sudewi.
    Berputra prabu kertawijaya paraakrama wardhana/brawijaya V/sunan lawu menikahi sayyidah tan eng kian binti tan go hwa syaikh batong bin syaikh qurotul ‘aini/hasanuddin/mursyahadatilah bin syaikh yusuf shodiq bin maulana jumadil/jamaluddin al akbar al husaini bin maulana ahmad jalaluddin syah bin al amir maulana abdullah azmatkhan…s/d..sayyidina husain putra sayyidah fatimah Azzahro binti Muhammad Rasulullaah saw.

    Semua raja majapahit adalah muslim bukti nya adalah dikuburkan/dimakamkan dengan cungkup sebuah candi, sedang hindu apabila mati dingaben, apabila budha di kremasi & abu dari ngaben/kremasi di tebar dilautan. Bukti lain adanya makam ditroloyo tempat peristirahatan dari keluarga besar majapahit dimasa ratu kencono wunggu (kakak dari brawijaya V).

    PIN BB: 26ADB72A
    Tlp. 085706634373

  5. mayona berkata:

    Benarkah patih Gajahmada masih hidup ketika Browijoyo V memerintah di Majapahit ?

Tinggalkan Komentar