Pokok-pokok Gerilja

Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah (Jenderal Soedirman)

Pengalaman perang terutama perang kemerdekaan Indonesia berhasil disarikan dalam sedikit tulisan yang diantaranya oleh Jenderal A.H. Nasution dalam bukunya “Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia” yang terdiri dari 11 jilid. Sebelumnya beliau menerbitkan buku “Pokok-pokok Gerilja Dan Pertahanan Republik Indonesia Dimasa Jang Lalu dan Jang Akan Datang” yang ditulis pada tahun 1953. Sebenarnya masih banyak buku yang lain dari Pak Nas Sampai pertengahan 1986, lima dari tujuh jilid memoar perjuangan Pak Nas telah beredar. Kelima memoarnya, Kenangan Masa Muda, Kenangan Masa Gerilya, Memenuhi Panggilan Tugas, Masa Pancaroba, dan Masa Orla, Serta dua memoar lainnya, Masa Kebangkitan Orba dan Masa Purnawirawan.

Tetapi yang paling menarik perhatian saya adalah buku “Pokok-pokok Gerilja”, karena banyak penulis militer dan ahli strategi mensejajarkan nama Nasution dengan Mao Tse Tung, Grivas , Vo Nguen Giap , Roger Triniqueir dan Che Guevara. Konon, buku ini masih tetap menjadi bahan acuan untuk pendidikan gerilya dan antigerilya di west point (“AKMIL” nya Amerika) .

Dalam tulisan ini saya mencoba meresume beberapa pokok pikiran dalam buku “Pokok-pokok Gerilja” yang diterbitkan oleh Cv Pembimbing-Djakarta Tjetakan kedua April 1954. (Hatur tararengkyu buat orang pasar buku palasari Bandung yang telah membawakan buku lawas ini pada saya)

******

Pokok-pokok Gerilja

1. Peperangan abad ini adalah perang rakjat semesta

  • Usaha perang bukanlah cuma usaha angkatan perang saja, melainkan dan malah telah menjadi usaha rakyat semesta pelbagai sektor kehidupannya, yang masing-masing menjadi pesertaan dalam usaha yang seluruhnya, yang tak dapat lalai-melalaikan lagi.
  • Perang yang sekarang bukan lagi perang antara tentara dengan tentara saja, bukan lagi cuma perang militer. Melainkan sekarang yang berperang adalah rakyat,  rakyat seluruhnya. Perang bergolak secara semesta, walaupun keputusan akhirnya ditentukan oleh kalah menangnya kedua angkatan bersenjata yang berhadapan.
  • Maka ilmu perang itu bukan cuma ilmu perang yang khusus dengan strategi, taktik dan logistiknya, meainkan pula politik militer, politik, psychologi dan ekonomi. Lapangan perang bukan lagi cuma yang militer, melainkan juga sepenuhnya politik dan ekonomi. Pimpinan perang bukan lagi mengenai medan militer, melainkan medan-medan seluruhnya secara semesta. Syarat-syarat yang diminta dari padanya bukan lagi keahlian cuma keahlian militer, melainkan pemahaman seanteronya politik, militer dan ekonomi.

2. Perang Gerilja adalah perang sikecil/silemah melawan sibesar/sikuat.

  • Berperang gerilja bukanlah karena menganut “ideologi” bergerilja, melainkan karena kita diharuskan, karena telah tidak mampu menyusun kekuatan yang berorganisasi secara modern, yang setara dengan musuh. Maka gerilja kitapun baru pada tingkatan melelahkan musuh, belum sampai dapat menghancurkannya walaupun bagian demi bagian.

3. Perang gerlija tidak dapat secara sendiri membawa kemenangan terakhir, perang gerilja hanya untuk memeras darah musuh. Kemenangan terakhir hanyalah dapat dengan tentara yang teratur dalam perang yang biasa, karena hanya tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif dan hanya offensiflah yang dapat menaklukan musuh.

  • Defensif tidak dapat mengalahkan musuh, hanya offensiflah yang mampu demikian. Deffensif sekedar sementara menyiapkan dan menantikan untuk melakukan offensif pada suatu waktu.
  • Perang gerilja strategis hayalah defensif. Kemenangan perang hanya mungkin oleh offensif, offensif oleh suatu tentara yang teratur, oleh suatu tentara yang setara.

4. Perang gerilja biasanya adalah perang ideologi. Perang gerilja adalah perang  rakyat semesta.

  • Prajurit gerilja bukanlah cuma prajurit pemanggul senjata seperti yang lazim dalam perang biasa, melainkan ia adalah pemanggul ideologi. Ia bukan cuma pelopor pertempuran melainkan terutama pelopor ideologi.
  • Sejarah cukup menunjukan bahwa perang gerilja adalah senantiasa sebagai pelopor perjuangan ideologi. Rakyat yang tertindas, rakyat yang terjajah, rakyat yang teraniaya oleh pendudukan, mengepalkan tangannya untuk mengenyahkan penjajahan, sipenindas dan sipenduduk yang kejam. Penderitaan perjuangan yang bagaimanapun rasanya enteng jika dibandingkan dengan kesengsaraan penindasan, penjajahan dan pendudukan yang kejam.
  • Ideologi, semangat kemerdekaan, menjadi sumber kekuatan dan kesanggupan untuk memulai peperangan melawan musuh yang kuat dan teratur dengan segala tentaranya.
  • Maka hanya dengan ideologi yang kuat, hanya batin yang teguh, yang dapat meledakan perang gerilja yang cukup tabah buat menempuh jalan penderitaan yang panjang dan sulit sampai pada tingkatan mengalahkan musuh yang kuasa.
  • Tindakan-tindakan sigerilja tidak bisa cuma mengutamakan pertempuran-pertempuran, melainkan haruslah pula mengutamakan psyichologis dan sosial ekonomis dengan gerakan-gerakan propaganda, politik non-kooperasi, politik bumi-hangus, infiltrasi dll.

5. Akan tetapi perang gerilja tidaklah berarti bahwa seluruh rakyat bertempur.

  • Rakyat adalah sendi bagi gerilja
  • Pemimpin-pemimpin kita selalu mengibaratkan gerilja sebagai ikan dan rakyat sebagai air, mencontoh pelajaran dari Mao Tse Tung. Maka “air” itu harus dipelihara dalam “hawa” politik dan sosial-ekonomi yang sewajarnya untuk menyuburkan pertumbuhan gerilja yang “berenang” didalamnya.
  • Perang gerilja adalah perang rakyat, gerilja lahir dan tumbuh diatas haribaan rakyat yang berjuang, gerilja berjuang dengan bantuan, pemeliharana dan perlindungan rakyat pula. Gerilja adalah prajurit rakyat yang sedjati.
  • Massa bisa gampang diagitir untuk mengganas beramai-ramai, tetapi pula massa itu gampang pecah dan kacau balau, sehingga menjadi sangat sulit untuk dipimpin. Suatu sukses bisa menjalankan semangat massa dengan cepat, tetapi kegagalan bisa pula merosotkan dan mematahkan semangatnya sekaligus. Pula massa sangat gampang dikacaubalaukan oleh gerakan desas-desus.

6. Perang gerilja tidaklah boleh sembarangan “geriljisme”

  • Kaum gerilja juga harus berdisiplin, juga harus berorganisasi, juga harus berlatih, juga harus mempelajari taktik bertempur, juga harus mempunyai rancangan dan perhitungan. Kaum gerilja juga mempunyai pemimpin yang harus ditaati, Bahkan segala sesuatu harus lebih berat disadari.
  • Gerilja harus bersifat geriljis terhadap musuh, sehingga ia tetap pusing dan kacau mengenai keadaan dan maksud-maksud gerila, akan tetapi harus bersifat teratur dan berdisiplin kepada pemimpin sendiri.

7. Gerilja berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu, merawat dan menyembunyikan gerilja, serta menyelidik untuk keperluannya.

  • Gerilja berpangkalan dalam rakyat, mempersiapkan diri ditengah-tengah rakyat, bersembunyi ditengah-tengah rakyat. Gerilja berpangkalan dimana-mana, asal saja ada rakyatnya dan asal saja buminya cukup ruangan dan persembunyian.

8. Gudang senjata gerilja adalah gudang senjata musuh.

  • Persenjataan dan amunisi teramat sangat penting dan teramat sulit dalam suatu perang gerilja. Perang gerilja adalah perang sikecil melawan sibesar, maka kekuatannya adalah cara-cara geriljanya, yang muncul dan hilang dimana-mana menurut keprluan keadaan.
  • Sebagai sikecil dapat dimengerti, betapa pentingnya penghematan tenaga dan penghematan peluru.

9. Menyimpulkan strategi dan taktik perang gerilja.

  • Perang gerilja dan pertahanan rakyat total sebagai obat mujarab untuk mengatasi tiap-tiap agresi terhadap negara kita. Maka perlulah secara obyektif disadari lagi sepenuh-penuhnya arti strategis dari perang gerilja. Gerilja memang dapat hebat dan dahsyat, dapat mengikat dan melemahkan musuh yang berpuluh-puluh jumlahnya. Namun perang gerilja adalah strategis tetap defensif pada hakekatnya, dan tidak mampu mengalahkan musuh.
  • Siasat gerilja adalah mengikat musuh sebanyak mungkin, melalhkan, memeras darah dan keringatnya sebanyak mungkin, dan menggoncangkan urat-urat syarafnya. Gerilja adalah muncul-menghilang, mondar-mandir dimana-mana, sehingga bagi musuh tiada dapat dicari dimanapun, tapi dirasakan menggempur dimana saja.
  • Siasat gerilja ialah untuk memaksa musuh tersebar kemana-mana menjadi immobil sebanyak-banyaknya, dan terpaksa mengadakan stelsel pembentengan yang tetap. Musuh disebar-sebar, dipecah-pecah dan dipakukan, sambil sigerilja terus memeras darah, keringat dan urat syarafnya. Musuh yang besar harus dihindari, atau diganggu secara dicubiti dimana-mana. Musuh yang kecil harus dikepung dan dihancurkan serta alat-alatnya dirampas.
  • Untuk dapat melakukan tindakan yang muncul menghilang yang tak dapat dicari tetapi selalu terasa dimana-mana, gerilja memerlukan “pangkalan” diantara kedudukan musuh, yang diladeni oleh rakyat, yang cukup tersedia dipelbagai pelosok buat keperluan gerilya yang mondar-mandir.
  • “Pangkalan” itu harus dipilih didaerah yangbumi dan rakyatnya cukup memenuhi syarat. Bumi yang sulit didatangi oleh musuh, yang cukup tempat persembunyian dan jalan penyingkiran, yang tak dapat diserbu oleh musuh secara besar-besaran denga peralatan yang berat, dimana sigerilja dapat memaksa musuh untuk berhadapan dengan peralatan yang sama, yakni setara infanteri belaka. Bumi yang dikenal sedalam-dalamnya oleh para gerilja. Bumi yang didiami oleh rakyat yang bersemangat, yang memperjuangkan ideologi yang sama dengan gerilya, atau paling sedikitnya yang menyukai gerilya. Syarat-syarat bumi dan rakyat adalah yang terbaik, jika gerilja bersarang dalam daerah kampung halamannya ditengah-tengah sanak saudaranya sendiri.

10. Sifat pokok perang gerilja ialah rakyat yang membantu, ruangan geografis yang cukup dan adanya perang yang lama.

  • Rakyat yang membantu itu memang kuat batinnya, kuat ideologinya, kuat semangat kemerdekaannya, kuat semangat perjuangannya, tabah menderita kesengsaraan perjuangan.
  • Syarat geografis yang diminta wilayah-wilayah yang cukup luas dan daerah-daerah yang sulit dilintasi, tidak begitu banyak jalan raya, banyak gunung dan bukitnya, banyak hutan dan belukarnya. Daerah demikian adalah sarang-sarang gerilja.
  • Untuk memenuhi syarat perang lama, maka perlulah sungguh-sungguh tabah rakyat dan tentaranya, dengan seksama berjuang menderita sampai tercapai kemenangan perang yang terakhir. Rakyat dan lebih-lebih pemimpin-pemimpin harus tabah terhadap intimidasi musuh yang saling berganti dengan bujukan manis seperti madu. Tabah untuk tetap menolak kolaborasi, tabah untuk tetap bernon-kooperasi, dan tetap lebih suka menderita daripada menerima pekerjaan dari musuh, daripada menerima perlindungan di rumah yang disediakan musuh atau kota-kota yang dipasifisirnya.

11. Perang rakyat yang total memerlukan pemimpin yang total dan bukan saja pada puncak nasional, melainkan juga pada daerah-daerah gerilja yang terbawah.

  • Kesatuan dan kebulatan pemimpin adalah syarat mutlak untuk kesempurnaan perang rakyat yang semesta.

12. Perang anti-gerilja harus menuju kepada memisah gerilja dari rakyat pangkalnya, dan karena itu lebih-lebih harus mengutamakan gerakan politik, psychologis dan ekonomis. Gerilja harus dilawan dengan senjata-senjatanya sendiri, kegiatan offensif, kemampuan yang mobil dan flexible.

  • Perang anti-gerilya adalah usaha pasifikasi, dan pasifikasi adalah terutama usaha membangun, sedangkan perang biasa adalah terutama usaha menghancur.
  • Perang anti-gerilja adalah memberantas perlawanan rakyat yang bbersifat total, baik yang aktif menggerilja dan menyabotir, maupun yang passif melawan belaka seperti bergerak di bawah tanah, dilapangan propaganda dan intelligence.
  • Pertikaian politik dalam negeri biasa menggunakan kegiatan gerilja dan perlawanan bawah tanah. Tugas anti-gerilja dalam arti yang luas adalah tugas yang tiada henti bagi banyak negara apalagi negara yang muda.
  • Tujuan pokok dalam anti gerilja ialah memisahkan rakyat dari gerilja. Hanya atas dasar itu dapat berhasil tindakan anti-gerilja secara militer.
  • Kemenangan politik-ideologis, kemenangan sosial-ekonomis dan psychologis adalah pangkal untuk dapat mencapai kemenangan militer.
  • Menangkapi rakyat bersama-sama, menghukum rakyat secara kolektif, membakari rumah-rumahnya, semuanya karena membantu atau menyembunyikan agen-agen gerilja adalah menjadi senjata yang paling kuat yang “dihadiahkan” kepada kaum gerilja. Kaum gerilja yang akan semakin muncul sebagai pelindung rakyat. Sebaliknya maka siasat anti-gerilja haruslah mengikhtiarkan keadilan dan kebajikan yang sebenar-benarnya.
  • Soal pokok adalah menawan hati rakyat. Inilah strategi perang anti-gerilja. Mengenal rakyat, mengenal cita-citanya, mengenal adat-istiadatnya, mengenal masalahnya adalah senjata utama dalam tangan pihak anti-gerilja.
  • Perlu sekali pihak anti-gerilja sebanyak mungkin menggerakan tenaga-tenaga rakyat, mempergunakan pemimpin-pemimpin rakyat. Gagallah usaha-usahanya, kalau ia harus bertindak dengan cuma tentaranya, gagallah kalau ia tiada dapat menggerakan tenaga rakyat. Sedapat mungkin haruslah ia usahakan, supaya pemimpin-pemimpin rakyat yang berpengaruh tertarik kepada pihaknya dengan pelbagai macam daya upaya. Sedapat mungkin rakyat jangan merasakan langsung paksaannya dan kebutuhannya, haruslah ia disalurkan melalui pemimpin-pemimpin rakyat sendiri.
  • Perang psychologisnya mengusahakan memperoleh keterangan tentang ketegangan-ketegangan dan perselisihan di dalamnya, apalagi antara pemimpin atau pemimpin dengan pengikutnya. Hanya inilah yang bisa dipergunakan untuk memisahkan mereka, dan tidak akan berhasil cuma desas-desus atau fitnah belaka.
  • Peristiwa perselisihan kecil atau keteledoran yang kecil pada pihak gerilja, yang sungguh terjadi bisa dipergunakan dengan sangat bermanfaat oleh pihak anti-gerilja
  • Yang paling penting ialah menawan hati dan pikiran anggota-anggota gerilja sendiri, terutama yang telah tertawan. Dengan sikap yang baik-adil, dengan menyadarkan kepada maksud anti-gerilja lebih tinggi daripada sigerilja, dengan lain-lain daya upaya,  supaya akhirnya tercapai perubahan pikiran mereka.
  • Gerilja harus dipisah dari rakyat. Gerilja harus dihadapi dengan senjata-senjatanya sendiri. Inilah pokok pegangan anti-gerilja.

Bersambung ………

*****

*Catatan : Strategi perang anti-gerilya diterapkan Jenderal A.H. Nasution dalam  operasi pagar betis yang didukung oleh “para ulama” di Jawa Barat seperti dalam tulisan disini.

23 Komentar

  1. nirwan berkata:

    buku yang bagus memang. Nasution on the way 🙂

    ————
    Kopral Cepot : emang bagus 🙂

  2. anak nakal berkata:

    hmm, tahu ga kenapa tukang bagi permen dan indomie incar jabar min 50% dan fokus bekasi, karena ini DEKAT DKI BUNG!BUFFER PUSAT BUNG!dan in basis terkuat islam penyokong NKRI

  3. anak nakal berkata:

    perang gerilya?gerilya darat doank?bagaimana konsep u wilayah darat dan laut?kiprah bagi nelayan?kenapa ga ada kepedulian?coba bagaimana proses pendaratan tentara sekutu nica, belanda, portugis, prancis, jepang, inggris, dan lain2 di nuswantara?ga ada konsep maritim yg kuat waktu itu?bukankah udara laut adalah salah satu juga peralatan logistik di tanah AIR?bukannya dua ini juga pendobrak penjangkau jarak?

  4. andinoeg berkata:

    MERDEKA ATAU MATI!!

  5. Martha Andival berkata:

    “Yang paling penting ialah menawan hati dan pikiran anggota-anggota gerilja sendiri, terutama yang telah tertawan. Dengan sikap yang baik-adil, dengan menyadarkan kepada maksud anti-gerilja lebih tinggi daripada sigerilja, dengan lain-lain daya upaya, supaya akhirnya tercapai perubahan pikiran mereka.”

    seandainya boleh berandai-andai, ada ya pejabat sekarang seperti ini. Hanya ada (tidak lebih hitungan jari), pejabat daerah seperti ini. tApi mereka jauh dari pandangan pusat. Saat ini, pejabat yg mencoba bermain bijak dan adil akan “tergerus” oleh kepentingan. Sedih…

    Maunya : Pokok-pokok gelrilya ini dibaca dan dipanpang besar-besar di kantor-kantor besar pemerintahan di seluruh Indonesia 🙂

    ———–
    Kopral Cepot : Pragmatisme tlah menggerus Idealisme … jargonyah sekarang ” Jaga diri dan keluarga dari siksa dunia a.k.a miskin” maka jangankan yg panjang-panjang, 5 sila yang pendek ajah ngak hapal 🙂

  6. Mantap, Kopral Cepot!…
    Menambah pengetahuan Denuzz nih… 🙂
    Pak Nas emang keren euy…

    Tapi bukunya beneran ya dipake di west point?…

    Salam sayang dari BURUNG HANTU… Cuit… Cuit… Cuit…

    ———-
    Kopral Cepot : Ktanyah sih begitu jd bahan ajar di west point … Hatur tararengkyu… Cuit… Cuit 🙂

  7. Pak Wandi berkata:

    Nyang saya bingungken sampai sekarang, sebenarnya peristiwa G30S/PKI itu apa juga dimuat di bukunya pak AH mas n ceapa dalang utama sebenarnya?

    ————-
    Kopral Cepot : Walaaah sy ngak tau mas … krn dalangnya kebanyakan 🙂

    1. Pak Wandi berkata:

      Ngak tahu apa tidak tahu mas? 😆 Jangan ngaku tahu lho kalawo ngak tahu 😆

  8. My Blog berkata:

    izin nyimak dulu…
    and slam knl semuanya

  9. Indonesia bisa! berkata:

    wow..
    smangat indonesia pokoke.. 😉

  10. achoey el haris berkata:

    Jendral Sudirman memang cerdas
    Beliau mujahid yg tangguh
    Gerilya strategi paling pas dilakukan dengan kekuatan yang memang tak berimbang

  11. omagus berkata:

    Jendral Sudirman adalah jendral penggerilya paling saya kagumi..!
    Mari panjatkan do’a untuk beliau..!

  12. Republican Wasp berkata:

    Kalau kata Mao Zedong, perang gerilya itu seperti masuk ke dalam air yang penuh ikan. Kita harus berada di antara ikan alias mengambil hati rakyat agar mereka mau membantu sehingga pada gilirannya, kita bisa membatasi ruang gerak musuh & akhirnya benar-benar melenyapkan musuh

  13. bri berkata:

    kang apa kbr…?

  14. diana berkata:

    Iya, ada kisah, saat pasukan TNI menyerang DTII dengan anti gerilnya yaitu: Intel TNI menyamar sebagai tentara DI/TII dengan seragam islam, lalu merampok rakyat dam memperkosa gadis gadis desa. Setelah itu melalui RRI di siarkan bahwa pelaku perampokan adalah DI/TII, akhirnya rakyat tidak lagi simpati / mendukung DI /TII. Itulah sedikit kisah ANti-Gerilya milik Nasution dan kawilarang yang BUSUK

  15. dokteralif berkata:

    rakyat dan tentara adalah satu.

  16. yyy berkata:

    Sejarah membuktikan bahwa Ahmad bin Abdullah adalah pemimpin perang terbaik yang diakui lawan dan akwan. Kekuatan strateginnya mengalahkan negara adidaya Persia dan Roma.

Tinggalkan Komentar