Benang Kusut Gerakan Dakwah di Indonesia (bagian-1)

Ini adalah tulisan lawas saya sekitar 5 tahun yang lalu, sebuah tulisan yang tersimpan di flashdisk dan tak pernah dibaca kembali. Mungkin dan sangat mungkin ini tulisan yang sudah angus termakan usia, tulisan dengan analisa yang dangkal dari sang pembelajar yang malas belajar. Tulisan disaat belajar mendefinisikan ruang dan waktu meski dibuat sambil lalu. Tulisan yang hanya dibaca oleh beberapa kawan dan dengan komen “tersenyum-senyum sajah”. Saya tidak hendak mengedit tulisan ini dengan pandangan saya hari ini, karena bagi saya menulis seperti melukis apa yang sudah tertulis biarlah apa adanya dengan situasi alam pikiran, perasaan dan langkah pada zamannya. Saya sajikan tulisan ini di serbasejarah dalam rangka tahun baru 1 Muharam 1431 H dalam mengingat jejak belajar menulis sejak esde sampe sekarang. Moga pula tulisan ini ada mamfaatnya bagi yang mau membaca. MENULIS ADALAH MELUKIS, Lukisan ini buat saya tersenyum mengenang lima tahun lalu 😉

Benang Kusut Gerakan Dakwah di Indonesia

Dakwah dalam termonologi sejarah Islam adalah gerakan yang tertua, sejak Adam a.s diciptakan dan menerima amanah Ilahi menjadi Khalifah fil Ardhi, starting point gerakan dakwah mulai digerakan dan ditujukan kepada bani Adam. Misi pengembanan dakwah merupakan misi utama para nabi dan rosul. Nabi Muhammad SAW Rosul terakhir pilihan Allah telah berhasil menyempurnakan misi dakwah para Rosul sebelumnya, Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin menerobos dimensi kehidupan manusia secara individu maupun sosial untuk hanya menerima Allah Al-Kholiq yang diibadahi dengan menjadikan al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh sebagai pedoman hidup manusia. Islam telah menembus batas-batas wilayah, budaya, adat istiadat untuk hanya menerima Syari’at Islam yang menyelamatkan hidup dan kehidupan dhohir bathin di dunia dan akherat.

Sejarah Dakwah Islam di Indonesia memberikan perubahan yang luar biasa bagi peradaban manusia Indonesia. Kiprah para wali – Wali Songo di tanah Indonesia yang berhasil mendirikan kekuasaan Islam di Jawa (Kerajaan Islam Demak), Sumatera (Kerajaan Samudera Pasai), Maluku, Ternate, Tidore dan lain-lain menjadi bukti adanya akar Ideologis dari setiap gerakan dakwah di masa lalu untuk terbagunnya sosio politik Islam. Kiprah gerakan dakwah tidak pernah berhenti oleh jaman dalam situasi dan kondisi apapun juga. Sejak Belanda datang untuk menjajah negeri ini sampai hengkang yang selanjutnya di ambil alih oleh Fasisme Jepang juga pada masa Revolusi Nasional, spirit yang menyala dari setiap pembela Allah dan Rosul-Nya terus terwariskan dari generasi ke generasi menggelora di dalam dada menjadi aksi tiada henti sampai Fatah dan Falah di dapatkan.

Beragam macam dan corak gerakan dakwah yang ada di Indonesia sampai saat ini menghasilkan apresiasi yang beragam. Disatu sisi macam dan corak dakwah membentuk suatu “pelangi” indah yang membawa kepada kemasyalahatan umat Islam, ada kegairahan dalam mengenal, memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Umat Islam dibuat “melek” terhadap tawaran-tawaran dakwah yang dijalankan baik secara gerak organisasi maupun individu-individu aktifis dakwah. Dakwah menjadi “santapan” empuk yang mengisi lorong-lorong akal yang awalnya dangkal, relung-relung ruhani yang awalnya gersang dan gerak jasmani yang awalnya rigid – kaku untuk beramal. Dengan adanya ragam dan corak dakwah, manusia seakan diisi oleh sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menjalani hidup dan kehidupan dunia secara hakiki.

Disisi yang lain macam dan corak dakwah membentuk “benang kusut” yang tiada ujung pangkal. Dakwah seyogyanya membuahkan yang “Hak” terlihat benarnya dan yang “Bathil” terbukti salahnya. Dakwah seyogyanya menghasilkan keseragaman pola pikir, pola sikap dan pola tindak umat Islam secara sinergis membentuk Ummatan Wahidathan. Tapi apa yang terjadi “benang kusut” gerakan dakwah berbuah kontra-produktif dari tujuan Allah SWT yang memerintahkan kepada Ummat Islam untuk tampil sebagai “Pelaku Dakwah”.

Akhirnya semakin lama “pelangi” yang indah di langit biru bersentuhan dengan “benang kusut” di padang gersang yang semerawut. Warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, ungu dan abu-abu (Mejikuhibiniu) tak terlihat secara indah tetapi berubah menjadi samar dalam “bola kusut warna pelangi dakwah”. Dakwah yang menyerukan kebenaran bertempur dengan dakwah yang menyerukan kesesatan. Lalu siapa yang menjadi pemenang ????

Secara teoritik, Drs. H. Syukriadi Sambas M.Si., Dosen IAIN Sunan Gunung Jati membagi dakwah dalam katagori pelaku terdiri dari (a) Dakwah Allah, (b) Dakwah Nabi, (c) Dakwah Umat Nabi, (d) Dakwah Kafir dan (e) Dakwah Syaitan.

Dakwah Allah adalah dakwah ilahiyah yang bersifat tanajuli dengan pesan dakwah berupa shirath mustaqim dan tujuan dakwah adalah dar as-salam. Dakwah nabi dan rosul adalah membawa pesan informasi Ilahiyah kepada ummat manusia agar hanya beribadah kepada Allah SWT, dakwah umat nabi dan rosul menyampaikan pesan al-Islam sebagai ajaran Ilahi yang mengatur tata kehidupan umat manusia yang menjamin keselamatan hidup di dunia dan akherat. Sementara dakwah kafir dan dakwah syetan adalah segala macam bentuk ajakan untuk menyimpangkan manusia dari kewajiban melaksanakan Islam secara kaffah .

Problemnya adalah perseteruan dakwah umat nabi dan dakwah kafir atau dakwah syetan bisa menggunakan “al-Islam” sebagai pesan dan alat untuk mencapai maksud dan tujuan masing-masing. Orang-orang kafir dari kubu zionisme, komunisme ataupun salibisme yang merupakan musuh umat Islam sepanjang jaman, bisa “memanfaatkan” umat Islam untuk menghancurkan Islam itu sendiri dan konyolnya umat Islam “tertentu” dengan “santai” melaksanakan program-progam mereka sebagai sebuah kewajiban .

Indonesia sebagai bangsa dengan mayoritas umat Islam, adalah sasaran empuk dari zionisme, komunisme ataupun salibisme yang berselingkuh dengan Nasionalisme, Sukuisme dan Ashobiyyah-isme dalam melaksanakan proyek internasional untuk menghantam gerakan Islam, dan mencabut fikrah islamiyah dari tatanan kehidupan. Beragam bentuk dan pola mereka gunakan yang didukung oleh SDM dan dana yang sungguh luar biasa. Disinilah pertarungan sesungguhnya terjadi.

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (Qs. Al-Baqarah :120)

“Akan datang di satu masa, dimana kalian dikerumuni dari berbagai arah, bagaikan segerombolan orang-orang yang rakus yang berkerumun berebut disekitar hidangan. Diantara para sahabat bertanya keheranan : “ Apakah karena diwaktu itu kita berjumlah sedikit, ya Rasululloh? Rasul menjawab : “Bukan, bahkan jumlah kalian waktu itu banyak. Akan tetapi kalian laksana buih terapung-apung. Pada waktu itu rasa takut di hati lawanmu telah dicabut oleh Allah, dan dalam jiwamu tertanam penyakit al-wahnu” Apa itu Alwahnu?” Tanya sahabat. Jawab Rosululloh : “cinta yang berlebih-lebihan terhadap dunia dan takut yang berlebih-lebihan terhadap mati”. (Hadist Rosululloh)

Sekilas Potret Gerakan-gerakan Dakwah di Indonesia

Gerakan Dakwah Inkar Sunnah

Muncul di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Mereka menamakan pengajiannya dengan sebutan Kelompok Qur’ani (kelompok pengikut Al-Qur’an). Pengajian tersebut dipimpin oleh H. Abdurrahman yang ramai diselenggarakan dimana-mana di Jakarta. Salah satunya di Masjid Asy-Syifa RS Cipto Mangunkusumo yang menyatu dengan Fakultas Kedokteran UI.

Penyelidikan Hartono Ahmad Jaiz menyebutkan ada tokoh orang Indonesia yang mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk pengajian tersebut, dia bernama Lukman Saad, orang Padang Panjang Sumatera Barat lulusan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan penerbitan. Dengan perusahaan penerbitannya itu Lukman Saad mencetak buku-buku yang berisi ajaran sesat Inkar Sunnah diantaranya karangan Nazwar Syamsu dan Dalimi Lubis.

Tokoh lain dari Inkar Sunnah adalah Marinus Taka. Hartono menyebutkan bahwa Marinus Taka adalah seorang keturunan indo-Jerman yang tinggal di daerah Depok Lama yang merupakan perkampungan Kristen khusus peranakan Belanda.

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 16 Ramadhan 1403 H/ 27 Juni 1983 memutuskan bahwa Inkar Sunnah sebagai ajaran sesat karena tidak memepercayai hadist Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hokum syari’at Islam. Selanjutnya Kajaksaan Agung RI pada tanggal 7 September 1985 memutuskan pelarangan buku karangan Nazwar Syamsu dan Dalimi Lubis untuk beredar di seluruh Indonesia.

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)

Lembaga ini didirikan oleh Mendiang Nurhasan Ubaidah Lubis, pada awalnya bernama Darul Hadist, pada tahun 1951. karena ajaranya meresahkan masyarakat Jawa Timur maka Darul Hadist dilarang oleh PAKEM (Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat). Darul Hadist berganti menjadi Islam Jama’ah dan di tahun 1971 Jaksa Agung RI melarang aliran sesat Islam Jama’ah ini. Karena dilarang diseluruh Indonesia, Nurhasan mencari taktik baru yaitu berlindung kepada Letjen Ali Moertopo (Wakil Kepala Bakin dan staf OPSUS Presiden Soeharto). Lalu Islam Jama’ah menyatakan diri masuk dalam GOLKAR dengan nama Lemkari (Lembaga Karyawan Dakwah Islam).

Lemkari selanjutnya dibekukan oleh Gubernur Jawa Timur Soelarso pada tahun 1988. Namun kemudian pada Musyawarah Besar Lemkari di Asrama Pondok Gede Jakarta, November 1990, Lemkari diganti nama menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) atas anjuran Mendagri Rudini agar tidak rancu dengan nama Lembaga Karatedo Republik Indonesia.

Sampai tahun 1972 Lemkari sudah mendirikan masjid 1500 buah di 19 Propinsi dan beberapa pondok pesantren besar lagi megah. Sekarang LDII sudah mempunyai Dewan Pimpinan Daerah (DPD) sebanyak 26 propinsi. (Kesesatan Ajaran Islam Jama’ah diantaranya kita bisa baca di buku Hartono Ahmad Jaiz : Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, 2001).

Gerakan Syiah Di Indonesia

Sejak tumbangnya Syah Reza Pahlevi yaitu meletusnya Revolusi Iran pada tahun 1979 yang dipimpin oleh tokoh spiritual Ayatullah Khomaeni sejak itu pula paham Syi’ah merembes ke berbagai Negara. Gema jihad melawan “kemungkaran” dari Iran lantas menembus hampir di seluruh dunia. Gerakan ini mendapat respons positif berupa terbentuknya solidaritas muslim dunia secara moral mendukung gerakan itu.

Beberapa lama kemudian di tahun 1980-an muncul kelompok-kelompok yang dinilai oleh beberapa pihak mengarah ke gerakan Syi’ah. Barangkali ini yang disebut Ekspor Revolusi yang begitu di khawatirkan.

Perkembangan Syi’ah atau yang mengatasnamakan madzhab Ahlul Bait di Indonesia memang cukup pesat. Sejumlah lembaga yang berbentuk pesantren maupun yayasan didirikan di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan luar Jawa. Dan membanjirnya buku-buku tentang Syi’ah yang sengaja diterbitkan oleh para penerbit yang memang berindikasi Syi’ah atau lewat media massa, ceramah-ceramah agama dan lewat pendidikan dan pengkaderan di pesantren-pesantren, di majelis-majelis taklim.

Gerak mereka tidak seragam ada yang begitu agresif dalam mendakwahkan Syi’ahnya ada juga yang lebih lambat. Ada yang terasa demikian frontal ada juga yang terkesan amat sensitive. Namun demikian semuanya menuju kepada titik yang sama, Syi’ah. Besar sekali memang dana yang dibutuhkan untuk mempropagandakan dan memperkenalkan Syi’ah tujuannya adalah memperkenalkan Syi’ah di panggung politik Dunia (juga Indonesia) dan yang terpenting “mendesakan” kepada dunia Islam untuk mengakui keberadaan Syi’ah sebagai salah satu aliran yang sah di dunia Islam. Hasilnya, tanpa disadari kita yang beraqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah digiring untuk mengikuti dan mendukung kebathilan yang ada pada ajaran Syi’ah itu.

Untuk meng-counter perkembangan Syi’ah memang sangat susah, dikarenakan Syi’ah mempunyai ajaran yang bernama Taqiyah. Dengan konsep taqiyah mereka dengan mudah memutar balikan fakta untuk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya. Orang-orang Syi’ah dalam mempertahankan konsep tersebut sering mengetengahkan sebuah riwayat yang dinisbahkan kepada Imam Abu Ja’far Ash-Shadiq as. berkata : “ Taqiyah adalah agamaku dan agama bapak-bapaku. Seseorang tidak dianggap beragama bila tidak bertaqiyah. (selajutnya tentang apa bagaimana Syi’ah bisa terbantu dengan membaca buku Kumpulan Makalah Seminar Nasional Tentang Syi’ah : Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI, Jakarta, 2002).

Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam

Titik tolak pembaharuan pemikiran Islam masa Orde Baru, bermula dari pidato Nurcholish Madjid di awal tahun 1970. M. Dawam Rahardjo memberikan keterangan, tak sedikitpun Cak Nur – berniat bikin heboh. Bahkan ceramahnya itu hanya “kebetulan” saja: ia menggantikan Dr. Alfian. Dan Cak Nur tidak menyangka, bahwa pemikirannya akan sejauh itu dampaknya. Pemikirannya yang terkenal dengan slogan “Islam Yes. Partai Islam No”. sebuah seruan deislamisasi partai politik, melalui program yang disebut “sekulerisasi”.

Agaknya, situasi politiklah yang melatar-belakangi berbagai reaksi yang muncul. Waktu itu, masih diperjuangkan rehabilitasi Masyumi, disamping yang lainnya seperti PSI dan Murba. Dan posisi HMI (tempat Cak Nur saat itu berada- Ketua HMI), sebagai salah satu pendukung Sekretariat Bersama Golongan Karya (Golkar), menjadi krusial menjelang Pemilu. Kecenderungan pimpinan HMI pada waktu itu mengambil sikap independen, tidak hanya kepada partai-partai Islam, tetapi juga terhadap semua partai. Dan orang melihat sikap HMI itu sangat menguntungkan Golkar. Karena itulah, maka ceramah Cak Nur tersebut menjadi sangat politis .

Apakah karena kebetulan seaspirasi dengan Cak Nur tentang : “Islam Yes, Partai Islam No”. ataukah pengaruh pemikiran Cak Nur dan kawan-kawan yang jelas pemerintah Orde Baru melakukan “deideologi” partai Islam, dan kemudian diganti dengan Pancasila sebagai satu-satunya asas seluruh orsospol .

Budhi Munawar-Rachman menjelaskan bahwa ada tiga kelompok besar pemikir neo-modernis Islam di Indonesia yaitu (1). Islam Rasional dengan tokohnya Harun Nasution dan Djohan Effendi dengan membawa pandangan-pandangan Mu’tazilah (2) Islam Peradaban yang diantara tokohnya Cak Nur dan Kuntowijoyo dan (3) Islam Transformatif dengan tokohnya Adi Sasono, M. Dawam Rahadjo.

Gerak pembaharuan pemikiran Islam pada tahun 1970-an dilaksanakan oleh pemikir-pemikir individual yaitu pemikir yang tidak terlalu terikat oleh organisasi seperti NU, Muhammadiyah, SI dan lainnya. Dahulu ketika melempar isu pembaharuan islam pada tahun 1970-an, Cak Nur relatif single fighter, tetapi sepuluh atau duapuluh tahun kemudian- pada decade 1980-an apalagi 1990-an- Cak Nur sudah tidak lagi sendirian.

Gagasan-gagasan Cak Nur dan kawan-kawan di rentang akhir tahun 1980-an dan sepanjang tahun 1990-an banyak dipublikasikan dalam buku-buku yang diterbitkan secara luas diantaranya oleh Mizan, Jurnal Ulumul Qur’an dan Islamika juga Paramadina sendiri. Buah Pemikiran Cak Nur dan sahabat-sahabatnya banyak menimbulkan kontroversi di kalangan umat Islam, diantara yang menghangat adalah perseteruan konsep-konsep pemikiran Islam melalui tulisan antara Ulumul Qur’an dengan Media Dakwah yang diterbitkan oleh Dewan Dakwah Islamiyah. Turut andil pula lembaga-lembaga kajian yang menghasilkan kader-kader muda lewat Paramadina (diantaranya).

Di tahun 2000-an pemikiran Islam diramaikan oleh kader muda Islam diantaranya Ulil Absar ‘Abdala sebagai “Cak Nur Muda” yang menggagas Islam Liberal. Model pemikiran Islam Liberal-nya Ulil tidak jauh berbeda dengan pembinanya Nurcholis Madjid.

Urban Sufism

Ada fenomena baru khususnya dimulai sekitar akhir tahun 1990-an, yaitu adanya beberapa tempat pengajian yang ramai dikunjungi umat Islam, seperti kajian spriritual yang diselenggarakan oleh Tazkya Sejati (pusat kajian tasawuf yang dipimpin oleh Dr. Jalaludin Rakhmat), IIMaN (pusat pengembangan tasawuf positif yang didirikan oleh Haidar Bagir), Paramadina (yayasan yang menekuni pengkajian persoalan Islam, termasuk tasawuf, yang dipimpin oleh Dr. Murcholish Madjid) dan kegiatan ceramah Manajemen Qoblu (MQ) yang dilakukan oleh KH. Abdullah Gymnastiar.

Anggota dari lembaga-lembaga tersebut adalah mereka yang sering disebut sebagai “sufi” perkotaan (Urban Sufism). Ekspresi spiritual yang ditampilkan oleh “sufi-sufi” kota ini berbeda dengan sufi-sufi konvensional (ortodoks). “sufi” baru itu bukanlah orang yang “ngegembel” yang kehidupan sehari-harinya hanya diisi dengan beribadah dan mengasingkan diri. Justru sebaliknya “sufi” kota ini berasal dari strata sosial kelas menengah dan atas (meski kelas bawah juga turut mengikutinya) dan kalangan professional di berbagai bidang yang sangat rasional.

Dr. Komaruddin Hidayat mengsinyalir adanya lima kecenderungan masyarakat kota terhadap Sufism yaitu :

  1. Adanya upaya pencarian makna hidup searching for meaningful life.
  2. Untuk sekedar perdebatan intelektual dan peningkatan wawasan intellectual exercise and enrichment.
  3. Menjadikan aspek spiritualitas sebagai katarsis atau obat dan problem psikologis pshyicological escape.
  4. Sarana mengikuti trend dan perkembangan wacana religious justification.
  5. Sikap “mengekploitasi” agama untuk kepentingan dan keuntungan ekonomi Economic Interest.

Point 5, adanya economic interest, yang menurut Yudi Latief diistilahkan sebagai ”komersialisasi pengalaman religius” ditemukan dilingkungan kita saat ini. Berkembangnya pengikut latihan-latihan “Riyadhah” Sufism yang berorientasi instan kesalehan, larisnya para pedagang spiritual (religious intrepreneurs) yang menjajakan “do’a-do’a” penenang (mulai dari “do’a politik”, “do’a kesembuhan penyakit” sampai “do’a sukses capres” dll), serta digandrunginya bintang-bintang “budaya pop” dan kiyai “ngepop” sebagai penceramah agama merupakan sesuatu yang kongkret dari bentuk konsumerisasi pengalaman-pengalaman spiritual .

Geliat Dakwah Lulusan Timur Tengah

“Mungkin” dikarenakan peran Menteri Agama Prof. Dr. H. Abdul Mukti Ali (1971-1978) banyak mahasiswa Islam Indonesia merasakan belajar di luar negeri dengan beasiswa dari pemerintah Orde Baru. Sebagian dari mereka memilih sekolah di negeri paman Sam untuk mengambil S-2 atau S-3 produknya Cak Nur Cs, sebagian lagi memilih sekolah di Timur Tengah dan produknya Ustadz-ustadz Pulan Lc. Yang memilih Timur Tengah rata-rata lulusan Aliyah (setingkat SMA) atau yang memiliki backgraund pesantren atau lulusan IAIN (pra syarat pokok adalah kemampuan Bahasa Arab).

Pengiriman pelajar ke Timur Tengah sebenarnya sudah mulai saat M. Natsir menjadi Perdana Menteri pertama RI 1950-an dengan mengeluarkan rekomendasi pada sejumlah mahasiswa untuk belajar ke luar negeri khususnya di Timur Tengah, pelajar pertama Indonesia yaitu Hasan Langgulung alumnus pertama Pesantren Persis Bangil untuk belajar di Universitas Al-Azhar.

Diantara universitas di Timur Tengah yang dijadikan tempat belajar oleh mahasiswa Indonesia adalah : (1) Universitas Islam al-Madinah Al-Munawarrah, Arab Saudi, (2) Universitas Ibnu Saud, Riyadh, Arab Saudi dan (3) Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir.

Prof.Dr. Azyumardi Azra mengutip hasil penelitian Mona Abaza tentang mahasiswa Indonesia di Timur Tengah khususnya di Al-Azhar. Menurutnya mahasiswa Indonesia di Timur Tengah terbagi pada dua kelompok secara umum yaitu mahasiswa sebelum tahun 1970-an yang cenderung memiliki pemikiran “Islam Liberal” seperti Hassan Hanafi atau Zaki Najib Mahmud dan mahasiswa setelah tahun 1970-an pemikirannya bernada “Islam Fundamentalis”. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh situasi kondisi Timur Tengah itu sendiri dari semangat liberalisme berubah kepada arus fundamentalisme .

Annis Matta Lc (salah seorang lulusan Timur Tengah), menyatakan bahwa semangat pemikiran Al-Ikhwanul Al-Muslimun telah merasuk di perguruan tinggi-perguruan tinggi di Saudi Arabia sejak tahun 1980-an, perpustakan untuk pemikiran Islam semuanya diisi oleh buku-buku yang dikarang para tokoh IM, maka menurutnya secara otomatis pemikiran Al-Ikhwanul Al-Muslimin terbawa oleh para mahasiswa yang belajar disana .

Sepulangnya belajar di luar negeri, bila lulusan Barat (AS) membawa “oleh-oleh” Islam Ilmiah (Pembaharuan Pemikiran Islam) sedangkan lulusan Timur Tengah membawa “oleh-oleh” Islam Harakah (Islam pergerakan-khususnya Al-Ikhwanul Al-Muslimun).

Tercatat beberapa nama diantaranya Ustadz Abu Ridha Lc, Ustadz Rahmat Abdullah Lc, Ustadz Hilmi Lc., Ustadz Saeful Islam Mubaraq Lc., dll, yang getol mendakwahkan pemikiran-pemikiran Al-Ikhwanul Al-Muslimin dengan membentuk gerakan dakwah Tarbiyah.

Geliat dakwah lulusan Timur Tengah ini mendapat respon luar biasa di kampus-kampus seperti UI, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, UNPAD, UGM , dll di antara tahun 1980-1998 yang kemudian bermetamorfosis menjadi PK selanjutnya PKS (lihat selanjutnya PKS sebuah Fenomena)

Bintang Vs Kohesivitas

Ada “drama” yang enigmatic dalam sepak bola Piala Eropa 2004. Semula, siapa yang menyangka tim-tim besar dengan nama besar seperti Jerman, Italia, atau Spanyol tersingkir di babak pertama. Siapa pula yang menyangka Republik Ceko bakal membuat prestasi yang mengagumkan dengan menjuarai Grup D dan menjadi satu-satunya tim peraih nilai sempurna (9), setelah mengalahkan Latvia 2-1, menghantam “tim Oranye” Belanda 3-2, dan menyingkirkan “Panser” Jerman 2-1. Pecinta bola bundar dibuat terkaget-kaget manakala Inggris dengan segudang “Bintang” dikalahkan tragis oleh Portugal dan Prancis yang “di-raja-i” Zanadine Zidane dibuat “menangis” oleh “Dewa” Yunani 0-1. Piala Eropa 2004 telah memberikan “Ibrah”-pelajaran dimana taburan “bintang” bisa dikalahkan oleh kemampuan tim yang memiliki “kolektivitas” dan “kohesivitas” dalam bertanding.

Tuntas sudah episode “Piala Eropa 2004” dan pemenangnya adalah …… tidak hendak menganalisis sepak bola lebih detail, kita “lompat” kembali pada keadaan gerakan dakwah kontemporer di Indonesia. Banyak “bintang” lapangan dakwah bertengger di podium mimbar, secara linier “audien” mendengarkan, ketika “bintang” lapang bergerak secara linier “audien” mengikuti, ketika “bintang” lapang melompat ke politik partai, secara linier pula “audien” larut dan terjun dalam pesta kampanye dengan mengibarkan bendera-nya.

Meminjam istilah Yudi latif tentang pola komunikasi yang bersifat linier-vertikal (satu arah), dimana para dai berbicara — hadirin mendengarkan, dai berpikir —– hadirin dipikirkan, dai memilih —- hadirin menuruti, dai mengatur —- hadirin manut, dan sebagainya. Agaknya memang demikianlah fenomena gerakan dakwah sekarang ini. Tak heran jika forum dakwah seringkali tak mampu mengembangkan minat-minat yang eksploratif serta kreativitas berpikir kritis. Forum dakwah tidak menorehkan hasil sumber daya yang mampu mengembangkan potensinya agar lebih “dinamis” dan “kreatif” pada tataran akal-intelektual, sikap dan amal, tanpa meninggalkan kedisiplinan dalam berjuang.

Adanya “bintang” dalam lapangan dakwah mungkin sebuah kebutuhan yang patut ada dalam gerakan dakwah tetapi “kolektivitas” dan “kohesivitas” gerakan dakwah bakal lebih mampu mendorong pada transformasi cultural maupun structural yang dikehendaki.

Berdakwah dengan Kesalehan Diri dan Sosial

Dalam sebuah iklan lotion pemutih seorang laki-laki dengan tatapan terpana memandang perempuan yang energik dan terlontar secara tanpa sadar ucapan: ”bersihhh…putihhh…” . Entah latah atau mengikuti trend atau memang sepantasnya demikian, yang jelas kata “putih” dan “bersih” menjadi barang dagangan yang laku keras baik secara ekonomi “material” maupun secara psikologis “immaterial”.

Tengoklah sejenak dalam panggung politik pasca reformasi, kata “putih” dan “bersih” menjadi barang dagangan yang laku dijual mengalahkan kata “busuk” dan “hitam”. Para caleg menolak dikatakan “Politisi busuk”, para capres dan cawapres menyanggah “kampanye hitam”. Semua menunjukan dirinya “putih” dan “bersih”.

“Dagangan” dalam dakwah memang beragam, tetapi trend dakwah di akhir tahun 1990-an sampai sekarang menunjukan tanda-tanda yang sama dengan “menjual” kesalehan diri dan kesalehan sosial. Sosok K.H. Abdullah Gymnastiar (AA Gym) adalah fenomena yang mengedepankan “kesalehan diri” sebagai daya tarik ”market dakwah”, masyarakat dibuat terpesona dan tanpa sadar mengucapkan : “bersihhh….putihhhh” sampai-sampai kalangan selebritis menempatkan AA Gym sebagai laki-laki ”metroseksual” pada urutan teratas.

Kesolehan sosial ditunjukan pula oleh beberapa gerakan dakwah semisal Tarbiyah (PKS) yang terlihat pada setiap event local maupun nasional dalam demontrasi maupun kampanye melakukan “show” dengan lautan “jilbab putih dan bersih”. Kelompok dakwah ini mudah dikenali dari sudut penampilan personal. Para Akhwat terlihat dari jilbab yang panjang dan para Ikhwan-nya terlihat pakaian yang umumnya menggunakan stelan “koko”, berjanggut tipis dan berparas “bersih”. Trend baru para aktifis dakwah ini telah mewarnai lingkungan masyarakat dakwah terkhusus masyarakat kampus.

Akankah pola menjual “kucing dalam karung” masih menghiasi setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini termasuk dalam dakwah. Dahulu “karung-nya” “hitam” dan “bau busuk” tapi sekarang “karung-nya” “putih” dan “bersih” tetapi sama-sama saja yang dijual tetap “KUCING”. (entah kucing “mesir” atau “Persia”) Agaknya kita harus lebih cerdas.

Ada pendapat yang sebenarnya kontroversial tetapi patut direnungkan, datang dari Ted Peters, pengarang buku Fear, Faith, and The Future , “ krisis akan mencuat ke pergumulan histories saat peradaban kita benar-benar memasuki era pasca Industri. Saat itu keasyikan kita untuk mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa akan amat memungkinkan pengkomoditian agama (comoditized religion). Agama tidak lebih sebagai komoditas yang siap diperjualbelikan di pasar komersial, ide-ide yang kadang-kadang membungkus ambisi-ambisi manusia, seperti saat mereka mendirikan tempat-tempat perbelanjaan dimana setiap orang bebas memilih apa yang menjadi obsesi dan selera sesaat”. Lebih lanjut Ted Peters menyebutkan, “ religi media massa kini mungkin menjadi sinyal religi konsumeris esok hari” .

“Jamaah” Islam Liberal

Ketika Cak Nur sudah menjelang uzur, ketika Gus Dur sudah banyak “mendengkur” meski kedua-duanya masih pandai “bertutur”. maka awal tahun 2000-an seakan tak pernah henti-henti “Islam Nyeleneh” kembali ber-reinkarnasi pada generasi “milennium” yaitu Ulil Abshar Cs, daur ulang pemikiran Islam Cak Nur cs berbuah “Jamaah” Islam Liberal.

Sejak kelahirannya pada tahun 1999, “jamaah” Islam Liberal bertujuan untuk menjadi counter terhadap gerakan Islam garis keras yang sering terjun ke lapangan untuk menjadi motor terdepan dalam ‘amar ma’ruf nahy al-munkar seperti FPI, Laskar Jihad, Majelis Mujahidin dan lain-lain. Pada bulan Maret 2002, mereka resmi mendirikan Jaringan Islam Liberal (JIL) dengan tokoh sentralnya adalah “Intelektual Muda NU” Ulil Abshar Abdalla. Tujuan pokok “Jamaah” ini adalah pertama, untuk mengimbangi wacana pemikiran Islam garis keras yang banyak muncul terutama soal pelaksanaan syari’at Islam. Kedua, ingin memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat masalah penerapan syari’at dalam perspektif yang lebih beragam.

Menurut Ulil ada tiga misi yang diemban “Jamaah” Islam Liberal yaitu :

  • Pertama,mengembangkan penafsiran Islam yang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang mereka anut, serta menyebarkannya kepada seluas mungkin khalayak.
  • Kedua, mengusahakan terbukanya ruang dialog yang bebas dari konservatisme. Mereka yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang “sehat”.
  • Ketiga, mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi.

Selanjutnya Ulil menyebutkan ada tiga kaidah yang hendak dilakukan oleh JIL yaitu : pertama, membuka ruang diskusi, meningkatkan daya kritis masyarakat dan memberikan alternatif pandangan yang berbeda. Kedua, ingin merangsang penerbitan buku yang bagus dan yang berbeda. Ketiga, dalam jangka panjang ingin membangunsemacam lembaga pendidikan yang sesuai dengan visi JIL mengenai Islam. Layaknya sebagai “Jamaah”, JIL membuat kegiatan-kegiatan halaqah, diskusi, seminar, talk show dan lain-lain.

Secara terang-terangan Ulil mengakui bahwa pandangan yang dianutnya adalah pandangan Mu’tazilah meskipun dia mengelak menolak wahyu, bagi dia wahyu “berguna” dalam memperkaya wawasan akal manusia karena setiap wahyu membawa suatu wawasan tertentu mengenai “yang baik” dan “yang jahat”.

Jamaah Islam Liberal yang dihuni umumnya oleh anak muda NU mendapatkan keuntungan karena 1). berlindung dibawah “payung” Gus Dur (“nabinya” anak muda NU) 2). bersahabat dengan para Indonesianis (misionaris Barat- Neo Snouck Hurgroje) yang berjasa dalam membentuk pemikiran anak muda NU yang ndeso (anak kampung) yang menjadi santri kota seperti Herbert Feith, R.William Liddle, Sidney Jones, Greg Barton dll yang datang ke Indonesia untuk “mencekok” pemikiran orientalis Islam. 3). “akrab” dengan pemikiran Islam kontemporer Timur Tengah terutama pandangan Mu’tazilah yang dibawa ke Indonesia oleh Harun Nasution cs. Sehingga 3 faktor keuntungan itu akan sangat mudah mendapatkan berbagai fasilitas dari funding internasional sehingga dengan leluasa melaksanakan programnya dengan tidak pakai modal sendiri .

Agaknya memang “Jamaah” Islam Liberal ingin “meloncat” dari tradisi NU dan tradisi kebanyakan umat Islam di Indonesia yaitu “trilogi” Ahlussunnah Wal al-Jamaah (Syari’at pola Mazhab Syafii, Teologi Pola al-Asy’ari dan berakhlaq pola al-Ghazali) sehingga jamaah yang dipimpin Ulil ini mendapat reaksi keras dari sebagian umat Islam Indonesia. Bagi negara dengan adanya kelompok muda JIL seolah mendapat tenaga bantuan untuk “bahu-membahu” menghadapi kelompok Islam Fundamentalis, yang gencar mengsosialisasikan isu-isu formalistic, seperti Negara Islam dan Syari’at Islam .

Buku : Madu dan atau Racun

Buku adalah “gudang ilmu” suatu idiom yang tidak bisa disangkal akan keberadaan buku. Layaknya sebagai “gudang ilmu” tentu beragam ilmu disuguhkan dalam mungkin telah jutaan atau milyaran jenis buku. Bila idiom itu kita persempit kepada buku-buku Islam maka disitulah adanya “gudang ilmu Islam”, beragam kajian tentang Islam tampak menghiasi sampul-sampul buku yang menarik peminatnya untuk membaca.

Mulai tahun 1990-an (-penghujung tahun 1980-an) aliran deras buku-buku Islam menghiasi etalase-etalase “Gramedia” “Gunung Agung” “Palasari” sampai “Wagino” di pinggir trotoar masjid salman. “Buku Islam Laku Keras” tulisan Suara Hidayatullah pada edisi khusus Mei 2001, penerbit-penerbit Islam yang mempunyai kontribusi besar bagi dakwah diantaranya Gema Insani Press (GIP) Toha Putra, Pustaka Rizki Putra, Darul Falah, Pustaka Progresif, DES, Pustaka Azzam, Al-Izzah, Al-Qowwam, Pustaka Bandung, CV. Bulan Bintang, Asy-Syamil Press, Dipenogoro, Robbani Press, Media Dakwah, Pustaka Misykat, dll yang membidik tema-tema dakwah. Diluar itu ada penerbit yang menekankan pada khazanah pemikiran Islam seperti Mizan, yang getol menerbitkan kajian tasawuf seperti Pustaka Hidayah tak ketinggalan MQ Press yang secara ekslusif mencetak “tulisan-tulisan” AA Gym.

Beragamnya tema-tema buku Islam bisa merepresentasiakan khalayak masyarakat pembacanya, juga secara sederhana buku adalah dai bagi ”audien/mad’u pembaca”. Buku menjadi salah-satu faktor yang menghantarkan pada keberhasilan dakwah dalam beragam corak dan warna dakwah, selebihnya buku adalah salah satu bentuk economic interest atau “eksploitasi” agama untuk kepentingan ekonomi.

Apapun motif-nya, masyarakat pembaca telah “dimanjakan” dengan sajian-sajian pandangan pemikiran Islam yang tidak di peroleh dari podium-podium mimbar ceramahan, buku-buku memberikan kedalaman ilmu agama yang tidak ditemukan pada pengajian rutinan, hebatnya buku lebih banyak memperlihatkan sebagai “madu” daripada “racun”.

Buku apakah “madu” atau “racun” agaknya kembali kita dituntut untuk cerdas, siapa yang menyangka kebusukan zionisme yang berkantung tebal, “menyamar” menjadi buku yang bersampul “manis”.

Dunia Maya : berselancar di “situs” Islam

Sudah menjadi rahasia umum, selama ini internet dibanjiri oleh situs-situs maksiat, seperti situs judi dan situs porno, shingga kerap muncul apriori di kalangan Muslimin terhadap teknologi informasi ini.

Untung tidak semua bersikap demikian, ada yang lebih “bijak” dengan tidak menjauhi, tetapi justru mengisinya dengan risalah amar ma’ruf nahi munkar, sehingga kemudian lahir situs-situs Islam yang sengaja mewarnai dunia internet dengan sajian-sajian da’wahnya, dalam berbagai bahasa dan warna.

Beberapa tahun belakangan situs dakwah berbahasa Indonesia sudah bertengger di dunia maya. Kebanyakan dirilis oleh ormas Islam yang sudah dikenal dan lembaga-lembaga dakwah yang terkenal seperti http://www.Muhammadiyah.or.id, http://www.kisdi.com, http://www.hidayatullah.org. sejumlah harakah dakwah yang berafiliasi ke Timur Tengah, seperti Hizbut Tahrir, juga tak ketinggalan kiprahnya dengan situs http://www.alislam.or.id. Banyak kajian yang ditampilan dalam situs-situs Islam antara lain kajian Islam, Konsultasi, Tokoh Islam, Sejarah Islam dll. Sejak wabah portal di dunia maya beberapa tahun silam, muncul pula situs-situs yang mengklaim sebagai portal islam, yakni ww.sajadah.net, dan http://www.myquran.com. Masih banyak lagi situs-situs Islam yang menawarkan informasi yang beragam tentang Islam masing-masing punya keunikan tersendiri.

Semoga semuanya diabdikan untuk dakwah menegakan panji-panji Islam.

bersambung ke bagian dua nyah (pencet ajach)…

Referensi bisa diklik disini…

41 Komentar

  1. Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia berkata:

    Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain mempercepat kebangkitan KAUM MUSLIM, memulihkan kejayaan KAUM MUSLIM, melindungi KAUM MUSLIM dari kesesatan dan memberi KAUM MUSLIM tempat yang mulia di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.

    Lebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada KAUM MUSLIM : yang hidup maupun yang mati, di dunia maupun di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

    Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
    A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
    Bismillahirrahmaanirrahiim
    Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
    Arrahmaanirrahiim
    Maaliki yaumiddiin,
    Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
    Ihdinashirratal mustaqiim,
    Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
    Aamiin
    Bismillaahirrahmaanirrahiim
    Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
    Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ajma’iin.
    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya semuanya.
    Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin. Shalaatan tunjinaa bihaa min jamii’il-ahwaali wal aafaat. Wa taqdhii lanaa bihaa jamii’al-haajaat. Wa tuthahhiruna bihaa min jamii’is-sayyi-aat. Wa tarfa’unaa bihaa ‘indaka a’lad-darajaat. Wa tuballighuna bihaa aqshal-ghaayaati min jamii’ilkhairaati fil hayaati wa ba’dal mamaat.
    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan umatnya, shalawat yang dengannya kami selamat dari semua ketakutan dan bencana, dan Engkau sucikan kami dari semua kejahatan, Engkau angkat kami ke derajat yang tinggi di sisiMu, dan Engkau sampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dalam hidup maupun sesudah mati.
    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa nuuril anwaar. Wa sirril asraar. Wa tiryaqil-aghyaar. Wa miftaahil baabil yasaar. Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-mukhtaari wa aalihil-ath-haari wa ash-haabihil akhyaar. ‘Adada ni’amillaahi wa afdhaalih.
    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkah atas cahaya di antara segala cahaya, rahasia di antara segala rahasia, penetral duka, dan pembuka pintu kemudahan, junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karuniaNya.
    Allaahumma shalli shalatan kaamilah. Wa sallim salaaman taamman ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-ladzii tanhallu bihil-‘uqad. Wa tanfariju bihil-kuruub. Wa tuqdhaa bihil hawaa-iju wa tunaalu bihir-raghaa-ibu wa husnul-khawaatim. Wa yustasqal-ghamaamu biwajhihil-kariim. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi fii kulli lamhatin wa nafasin bi’adadi kulli ma’luumin laka.
    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan salaam yang sempurna pula, kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, yang dengan beliau itu Engkau lenyapkan kesusahan, Engkau tunaikan segala kebutuhan, dan diperoleh segala keinginan dan akhir hidup yang baik, serta diberi minum dari awan berkat wajahMu yang mulia. Juga kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dalam setiap kejapan mata dan tarikan nafas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.
    Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadinil-habiibil-mahbuub. Syaafil ‘ilali wa mufarrijil-kuruub. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi wa baarik wa sallim.
    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, kekasih dan yang dikasihi, (dengan izin Allah) penyembuh penyakit dan pelepas kesusahan, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-awwaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-aakhirin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fin-nabiyyiin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-mursaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil mala-il a’laa ilaa yaumid-diin. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin.
    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang terdahulu. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang kemudian. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para nabi. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para rasul. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para arwah hingga hari kemudian, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
    Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa ruuhi Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad fil arwaahi, wa ‘alaa jasadihil fil ajsaadi, wa ‘alaa qabrihi fil qubuuri. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ajma’iin.
    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada ruh junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di alam ruh, dan kepada jasadnya di alam jasad, dan kepada kuburnya di alam kubur. Dan kepada keluarga, sahabat dan umatnya semua.
    Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ‘adada in’aamillaahi wa ifdhaalih.
    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya sebanyak jumlah nikmat Allah dan karuniaNya.
    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.
    Ya Allaah, berilah shalawat serta keselamatan dan keberkahan, untuk junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad SAW dan saudara-saudaranya dari para Nabi dan Rasul, dan istri-istri mereka semua, keluarga mereka, turunan-turunan mereka, dan sahabat-sahabat dari semua Nabi dan Rasul, termasuk Sahabat-Sahabatnya Nabi Muhammad semua dan semua yang terkait dengan Nabi Muhammad SAW.
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar ra-uufirrahiim
    Laa ilaaha illallah, subhaanal ghafuurirrahim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal kariimil hakiim
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci raja yang maha suci
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha bijaksana
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha penyayang
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha bijaksana
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil wafiyy
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal lathiifil khabiir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ma’buud
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuuril waduud
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal wakiilil kafiil
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuat lagi maha memenuhi
    Tiada tuhan selain Allaah, yang maha halus lagi maha mengetahui
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi yang disembah
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha pencinta
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penolong lagi maha pelindung
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar raqiibil hafiizh
    Laa ilaaha illallaah, subhaanad daa-imil qaa-im
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal muhyil mumiit
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil qayyuum
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaaliqil baari’
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengawasi lagi maha memelihara
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi mengurus ciptaannya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menghidupkan lagi mematikan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus ciptaannya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi menjadikan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliyyil ‘azhiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil ahad
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal mu’minil muhaimin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal habiibisy syahiid
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal haliimil kariim
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi lagi maha besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi tunggal
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memberi keamanan lagi maha memelihara
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhanyang maha mencintai lagi maha menyaksikan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyantun lagi maha mulia
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil qadiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil aakhir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanazh zhaahiril baathin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril muta-‘aal
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadhil haajat
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang pertama lagi terdahulu
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang awal dan yang akhir
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang nyata lagi yang rahasia
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha tinggi
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memenuhi semua keperluan
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘arsyil ‘azhim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanir rahiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbiyal a’laa
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal burhaanis sulthaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il bashiir
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menguasai singgasana yang besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pemurah lagi maha penyayang
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki bukti kekuasaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lagi maha melihat
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil qahhaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil hakiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ghaffaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar ramaanid dayaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril akbar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi maha mengalahkan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha bijaksana
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha pengampun
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha besar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil ‘allaam
    Laa ilaaha illallaah, subhaanasy syaafil kaafi
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil baaqii
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ahad
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ardhi was samaawaati
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha memeriksa
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menyembuhkan lagi mencukupi
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha kekal
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi esa
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuurisy syakuur
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil ‘aliim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil mulki wal alakuut
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ‘izzati wal ‘azhamah
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil haibati wal qudrah
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha membalas
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha mengetahui
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kerajaan bumi dan langit
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai keagungan dan kebesaran
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil kibriyaa-i wal jabaruut
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘azhiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aalimil ghaiib
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hamidil majiid
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hakiimil qadiim
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kebesaran dan kekuasaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menegtahui hal ghaib
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha terpuji lagi maha mulia
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan ang maha bijaksana lagi maha terdahulu
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadiris sattaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il ‘aliim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil ‘azhiim
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamis salaam
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikin nashiir
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuasa lagi maha mnutupi kesalahan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lgi maha mengetahui
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha besar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha damai
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha raja lagi maha penolong
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyir rahmaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qariibil hasanaat
    Laa ilaaha illallaah, subhaana waliyyil hasanaat
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shabuuris sattaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaana khaaliqin nuur
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha pengasih
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha dekat kebaikannya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha menguasai kebaikan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha penyabar lagi menutupi kesalahan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan menciptakan cahaya
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil mu’jiz
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal faadhilisy syakuur
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil qadim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil jalaalil mubiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaalishil mukhlish
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha mengalahkan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha utama lagi maha berterima kasih
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha terdahulu
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya keluhuran lagi maha menjelaskan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha murni lagi memurnikan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanash shaadiqil wa’di
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal haqqil mubiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil quwwatil matiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil ‘aziiz
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil ladzii laa yamuut
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang benar janjinya
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha benar lagi maha menjelaskan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya kekuatan lagi maha kokoh.
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha hidup lagi tidak mati
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamil ghuyuub
    Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘uuyuub
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘aalamiin
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanis sattaar
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui yang ghaib
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan maha menutupi semua cacat
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki ampunan lagi dimintai pertolongan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan semesta alam
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha menutupi
    Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahiimil ghaffaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil wahhaab
    Laa ilaaha illallaah, subhaana qaadiril muqtadir
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ghufraanil haliim
    Laa ilaaha illallaah, subhaana malikil mulk
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyayang lagi maha pengampun
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha pemurah
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yangmaha kuasa lagi maha memberi kekuasaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki semua kerajaan
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal baari-il mushawwir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
    Laa ilaaha illallaah, subhaanallaahi ‘amma yashifun
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal jabbaaril mutakabbir
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal qudduusis shubbuuh
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi memberi bentuk
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha perkasa
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha membangga
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dari apa yang dianggap oleh orang kafir
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dalam sosok dan sifat
    Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil malaa-ikati war ruuh
    Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil aalaa-I wanna’maa-i
    Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikil maqshuud
    Laa ilaaha illallaah, subhaana hannaanil mannaan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan para malaikat dan ruh
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan pemilik tanda-tanda tinggi dan nikmat
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan raja yang menjadi tujuan
    Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih dan pemberi
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina aadamu ‘alaihis salaam shafiyyullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina nuuhun ‘alaihis salaam najiyyulaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina ibraahiimu ‘alaihis salaam khaliilullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina ismaa-‘iilu ‘alaihis salaam dzabiihullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina muusaa ‘alaihis salaam kaliimullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam khaliifatullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam ruuhullaah
    Laa ilaaha illallaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana
    muhammadur rasuulullaah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Aadam AS pilihan Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Nuuh AS diselamatkan Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ibraahiim AS teman dekat Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ismaa-‘iil AS yang disembelih Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Muusaa AS yang diajak bicara oleh Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Daawuudu AS khalifah Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina ‘Iisaa AS ruh Allaah
    Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam utusan Allaah
    Allaahummarhamnaa bibarakati tauraati sayyidina muusaa ‘alaihis salaam wa injiili sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam wa zabuuri sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam wa furqaani sayyidina wa nabiyyina wa maulaana muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam, birahmatika yaa arhamar raahimiin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.
    Ya Allaah, kasihilah kami dengan berkah Taurat Sayyidina Muusaa AS, Injil Sayyidina ‘Iisaa AS, Zabuur Sayyidina Daawuud AS dan al-Furqaan / al-Qur-an sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam utusan Allaah, dengan kasihmu, yang maha penyayang. Dan segala puji bagi Allaah, tuhan semesta.
    ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.
    Ya Allaah bukakanlah bagiku hikmah-Mu dan limpahkanlah padaku keberkahan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang
    RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.
    Ya Rabb, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.
    RABBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHAIRUL WAARITSIN.
    Ya Allaah janganlah engkau tinggalkan aku seorang diri dan engkau sebaik-baik dzat yang mewarisi. (QS. Al-Anbiya-i’: 89).
    Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
    Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
    اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
    “Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
    “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.
    “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).
    Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
    Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.
    Ya Allaah, percepatlah kebangkitan KAUM MUSLIM. Pulihkanlah kejayaan KAUM MUSLIM, Lindungilah KAUM MUSLIM dari kesesatan dan berilah KAUM MUSLIM tempat mulia di akhirat.
    Ya Allaah, jadikanlah INDONESIA DAN DUNIA MUSLIM tetap dimiliki KAUM MUSLIM, Jadikanlah INDONESIA DAN DUNIA MUSLIM baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Jadikanlah DUNIA NON MUSLIM dimiliki KAUM MUSLIM. Jadkanlah musuh Islam ditaklukan KAUM MUSLIM.
    Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
    Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu keselamatan dalam agama, dunia, akhirat, kesejahteraan/kesehatan jasmani, bertambah ilmu pengetahuan, rezeki yang berkat, diterima taubat sebelum mati, dapat rahmat ketika mati dan dapat ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami pada waktu sekarat dan selamatkanlah kami dari api neraka serta kami mohon kemaafan ketika dihisab.
    Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
    Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu akhir yang baik dan berlindung dari akhir yang buruk.
    Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
    Ya Allaah, sesungguhnya kami mohon keridhaan-Mu dan sorga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.
    Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.
    Ya Allaah, jauhkanlah bencana, wabah, kekejian, kekerasan dan cobaan – yang terlihat maupun tersamar – dari negeri kami khususnya dan dari dunia Muslim umumnya.
    Allaahumma ahlikil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.
    Ya Allaah, hancurkalah musuhmu, musuh agamamu, yaitu orang kafir, bid’ah dan musyrik.
    Allaahumma syatttit syamlahum wa faariq jam-‘ahum, wazalzil aqdaamahum.
    Ya Allaah, cerai beraikanlah persatuan mereka, goyahkanlah keyakinan mereka.
    Allaahumma adkhilnii mudkhala shidqiw wa-akhrijnii mukhraja shidqiw waj-‘al lii milladunka sulthaanan nashiiraa.
    Ya Allaah, masukkanlah kami melalui jalan yang benar, keluarkanlah kami melalui jalan yang benar, dan berilah aku kekuasaan yang menolong.

    YA ALLAAH, IZINKANLAH SEGALA NAMA DAN GELAR SAYYIDINA WA NABIYYINA WA MAULAANAA MUHAMMAD SHALLALLAAHU’ALAIHI WA AALIHI WA SHABIHI WA UMMATIHI WA BARAKA WAS SALLAM MEWUJUDKAN BERKAH KE SEANTERO SEMESTA – KHUSUSNYA BAGI KAMI, KELUARGA KAMI DAN KAUM MUSLIM.

    YA ALLAAH, BERILAH KAMI DAN PEMILIK / ADMIN SITUS INI – SERBASEJARAH.WORDPRESS.COM – BARAKAH-MU MELALUI PERANTARAAN BERBAGAI TULISAN DALAM SITUS ” SERBASEJARAH.WORDPRESS.COM”.

    —— doa khusus untuk PARA NABI, PARA KELUARGANYA, PARA SAHABATNYA, SEMUA YANG BERJASA PADA (PARA) NABI, PARA SALAF AL-SHAALIH, PARA WALI, PARA HABAIB, PARA IMAM, PARA ULAMA DAN SEMUA YANG BERJASA PADA ISLAM. Semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.

    ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
    ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
    ———————

    Ya Allaah, dengan hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy dan shalawat, salam dan berkah semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam, kami mohon segala hal yang terbaik, segala hal yang terindah bagi semesta – khususnya kami, keluarga kami dan seluruh kaum Muslim.
    Ya Allaah, dengan segala hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy dan shalawat, salam, berkah semoga selalu tercurah kepada Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam, kabulkanlah yaa Allaah segala doaku.
    Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
    Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksaan neraka serta masukanlah kami ke surga bersama orang-orang baik.
    Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
    Tuhan kami, perkenankanlah do’a-do’a kami, karena sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Shalawat, salam dan berkah semoga dilimpahkan kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad s.a.w, atas keluarganya, sahabatnya dan umatnya semuanya.
    HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
    Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
    Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

    Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

    Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia

  2. Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia berkata:

    Karya tulis tahun 2004. Semoga bermanfaat. Aamiin yaa Allaah.

    Lebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada KAUM MUSLIM : yang hidup maupun yang mati, di dunia maupun di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

    Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

    A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

    Bismillahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
    Arrahmaanirrahiim
    Maaliki yaumiddiin,
    Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
    Ihdinashirratal mustaqiim,
    Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

    Aamiin

    UMAT ISLAM: UMAT YANG TERKEPUNG

    PENDAHULUAN

    Sejak awal kehadiran manusia, tuhan menuntun manusia untuk tetap pada jalan lurus (al-shirath al-mustaqim) yaitu jalan yang diridhai, mengingat sejak awal telah tercipta permusuhan antara insan dan setan. Setan telah bersumpah akan menyelewengkan manusia dari jalan tuhan karena merasa “tersaingi” oleh manusia yang notabene adalah makhluk terakhir muncul. Padahal penciptaan segala makhluk adalah kuasa tuhan, bukan kehendak makhluk.

    Adapun bentuk tuntunan tersebut adalah mengutus para nabi dengan berbekal wahyu, bahkan manusia pertama adalah nabi yaitu Adam. Adam adalah juga manusia pertama yang telah mengalami sendiri permusuhan setan yang notabene adalah “salah alamat”, kalau jengkel silakan kepada tuhan jangan kepada insan. Beliau – mengingat belum berpengalaman hidup – sempat terjebak manuver setan, makhluk yang jauh lebih “senior” dalam umur dan pengalaman.

    Pengalaman pahit tersebut merupakan pelajaran mahal baginya, beliau bertekad tidak akan terjebak lagi – demikian pula keturunananya. Setelah “dilantik” menjadi nabi, beliau bagai tak kenal lelah selama hidupnya menjaga keturunannya dari jebakan setan.

    Namun manusia berikutnya yang terjebak justru anaknya sendiri – agaknya ada hikmah dibalik itu – yang dikenal dalam sumber Islam bernama Qabil.

    Dalam beberapa sumber disebut bahwa sebelum Adam dijebak, tuhan telah memberi tahu kepadanya bahwa dari keturunannya kelak menjadi manusia termulia karena dia adalah nabi terakhir. Hal tersebut ditegaskan lagi setelah beliau terjebak, bahwa keturunannya tersebut kelak akan mengalahkan kuasa setan terhadap manusia. Bahkan disebut pula namanya, yaitu Muhammad.

    Sejak itu, Adam – yang sempat merasa terpukul akibat manuver setan – kembali menjadi optimis bahwa kelak akhirnya setan dikalahkan, dikalahkan oleh keturunannya pula. Dia menunggu kehadiran sosok tersebut dengan sabar yang ternyata menjadi penantian yang sangat panjang – lebih panjang dari umurnya. Adam wafat dalam usia sekitar 1000 tahun tanpa sempat bertemu dengan “sang juru selamat”.

    Sejak Adam, setiap nabi yang tampil selalu diberi tahu oleh tuhan dan harus disampaikan kepada umatnya bahwa kelak akan muncul nabi terakhir pembawa agama terakhir. Jika sempat bertemu dia hendaklah ikuti dia. Begitulah berlangsung dari waktu ke waktu.

    Walaupun para nabi yang tersebut dalam al-Qur-an hanya 25 nama, sesungguhnya jumlah nabi lebih banyak dari itu. Dalam al-Qur-an disebut bahwa setiap kaum diutus nabi dan tidak semua nama nabi tersebut diberitahu kepada umat manusia, hadits menyebut ada 124.000 nabi. Manusia dipersilakan menyelidiki sendiri siapakah nama nabi selain 25 orang tersebut.

    Sikap umat yang didatangi nabi tersebut beragam: ada yang percaya dan ada yang menyangkal. Ini juga tidak terlepas dari manuver setan mengingat setan tahu pula sejak awal bahwa tuhan akan menciptakan manusia yang paling mulia dari segala makhluk. Mungkin ini pula yang turut menjadi faktor kebenciannya terhadap manusia.

    Golongan yang percaya kepada ramalan tersebut menunggu dengan penuh harap tetapi jumlah mereka sedikit. Yang menolak sebagian atau seluruh ajaran yang dibawa para nabi tersebut mencoba menghapus atau mengubah pesan tersebut. Para elit umat – terutama elit keagamaan – berperan besar mengkhianati amanat nabinya. Pesan “jika bertemu dia ikutilah dia” diubah menjadi “jika bertemu dia habisi dia”. Habisi riwayatnya, habisi agamanya dan tentu saja habisi umatnya.

    Ketika sosok yang dimaksud tersebut datang, golongan yang percaya segera mengikutinya dan yang menyangkal mencoba menghabisinya. Hal tersebut terbukti sejak awal, nabi terakhir yaitu Muhammad dengan agama terakhir yaitu Islam nyaris tiada henti menghadapi berbagai usaha menumpasnya. Dan terjadilah hal tersebut berlangsung hingga akhir dunia.

    KEHADIRAN ISLAM

    Dari penjelasan di atas, nyatalah bahwa kehadiran Muhammad dengan Islam bukanlah “paket” tuhan yang begitu saja jatuh dari langit, tetapi adalah lanjutan dari karya para nabi sebelumnya. Dengan demikian antara para nabi sesungguhnya tidak ada perselisihan, yang berselisih justru umatnya – selisih dengan seumat maupun selisih dengan lain umat. Ini dijelaskan dalam al-Qur-an bahwa kelak manusia akan berselisih setelah mendapat penjelasan, bukan hanya selisih pakai mulut tetapi juga dengan senjata.

    Islam lahir di Arabia pada abad-7 tetapi bukan hanya untuk bangsa Arab dan abad-7, agama terakhir tersebut “dirancang” untuk segala zaman dan tempat. Dengan demikian, Islam terjaga keasliannya walaupun berbagai usaha dilaksanakan untuk mencemarinya. Walaupun kelak terbukti bahwa pemahaman dan pengamalan Islam ada yang tercemar oleh faham-faham lain, tetapi sumber utamanya yaitu kitab suci al-Qur-an tetap terjaga keasliannya – ini dijamin tuhan sendiri. Adapun hadits Nabi Muhammad, walaupun tidak ada jaminan keasliannya tetapi nyaris seluruhnya diketahui mana yang asli mana yang palsu. Berbeda dengan semua agama sebelum Islam, sumber utamanya yaitu wahyu / kitab suci telah tercampur dengan tulisan atau perkataan lain. Karena agama-agama tersebut tidak dirancang tahan lama.

    Dengan demikian, Islam lahir ketika di kolong langit ini telah ada agama-agama lain dengan umat dan kitabnya. Sebagai contoh, di wilayah Romawi mayoritas beragama Nashrani, di wilayah Persia mayoritas beragama Zaratushtra atau dalam Islam dikenal istilah “Majusi”, di India mayoritas beragama Hindu dan Budha, di Cina mayoritas beragama Konghucu. Selain itu terdapat umat Yahudi, umat ini terserak sebagai minoritas dari pantai Atlantik hingga pantai Pasifik – mirip dengan agama Manu atau Manichaen, agama yang lahir di Persia.

    Khusus di Arabia, sejak sekitar tahun 2000 BC hadir agama yang dikenal dengan “Hanif”, agama Nabi Ibrahim. Agama tersebut adalah “leluhur” agama Yahudi, Nashrani dan Islam. Dan Ibrahim sendiri adalah leluhur para pembawa agama tersebut di atas yaitu Musa, al-Masih dan Muhammad. Perlu diketahui bahwa Yahudi dan Nashrani juga sempat hadir di Arabia. Sebagaimana tersebut di atas, berbagai agama tersebut telah telah berkurang atau bahkan mungkin hilang keasliannya. Hal ini tentu saja sulit diakui oleh mayoritas umatnya.

    Kesulitan untuk mengakui terbukti dari kesigapan mereka menolak Islam. Penolakan pertama justru berasal dari keluarga nabi sendiri, sosok Abu Lahab adalah contoh yang paling dekat hubungannya dengan nabi karena dia adalah sang paman. Dia termasuk yang terdepan menentang Islam.

    Selain itu, penolakan terhadap Islam juga berdasar keterbiasaan dengan agamanya. Terutama kelompok keagamaan, mereka sudah merasa nyaman menjadi tokoh agama tersebut: dipandang atau dihormati masyarakat. Pindah agama membuat mereka berubah dari ahli agama menjadi awam agama: harus belajar lagi dari awal. Dan masih ada sebab-sebab lainnya.

    Riwayat nabi memperkenalkan Islam penuh dengan berbagai detail yang mengerikan: dari perlakuan kejam terhadap kaum Muslim hingga peperangan berulang kali, yang jelas minta korban harta dan nyawa. Barulah pada tahun 632 – tahun wafat Muhammad – Islam mendapat level terhormat di Arabia.

    Secara menyeluruh selama berabad-abad, kaum Muslim membagi umat beragama menjadi 2 kelompok yaitu umat samawi atau ahlul kitab atau kitabi – mencakup Yahudi, Nashrani dan Islam – serta umat non samawi atau non kitabi – mencakup antara lain Hindu dan Budha. Kini ada pendapat – walau masih terdapat kontroversi – yang memasukkan agama Hindu dan Budha termasuk kitabi karena juga memiliki kitab suci, dengan demikian penilaian bahwa Hindu dan Budha termasuk non kitabi terkesan kurang adil atau kurang berdasar. Penilaian tersebut sedikit banyak mempengaruhi cara memperlakukan berbagai umat non Muslim. Dalam banyak kasus, agaknya kaum Yahudi dan Nashrani mendapat perlakuan relatif sedikit lebih istimewa. Mungkin pembagian yang lebih tepat untuk kaum Muslim untuk kini dan seterusnya adalah agama serumpun dan agama non serumpun di mana Yahudi dan Nashrani adalah termasuk serumpun karena berasal dari “moyang” yang sama yaitu Ibrahim.

    Seiring dengan perluasan “langkah” Islam, meluas pula tantangan terhadap agama ini. Di kota Makkah, kaum Muslim dilawan oleh penyembah berhala yang merasa masih menganut agama Hanif. Di Madinah, lawan bertambah dengan tantangan kaum Yahudi. Dari tetangga Arabia bertambah lagi dengan Bizantium (Romawi Timur) yang Nashrani dan Persia Sassanida yang Majusi, yaitu tantangan yang berdasar rasa cemas jika Islam melangkah keluar batas Arabia. Untuk itu mereka secara rahasia membantu gerakan anti Islam di dalam Arabia sekaligus meredakan permusuhan antara mereka yang telah berlangsung ratusan tahun – minimal sampai kaum Muslim tertumpas.

    Sikap penguasa kedua super power tersebut tidaklah didukung oleh mayoritas rakyatnya. Mereka berabad-abad ditindas oleh penguasa yang nota bene seagama, rakyat begitu lama mendambakan kebebasan. Dan memihak kaum Muslim sampai batas tertentu agaknya merupakan pilihan menarik.

    Demikianlah, ketika bentrokan terbuka antara kaum Muslim dengan koalisi goyah Bizantium-Persia sungguh terjadi, rakyat di wilayah kerajaan tersebut membantu. Ternyata pilihan mereka tepat – dalam banyak kasus, kaum Muslim memperlakukan rakyat dengan begitu manusiawi, khususnya rakyat dibiarkan menganut agamanya. Tanpa dipaksa, mayoritas rakyat kelak memilih Islam.

    Gerak maju perluasan wilayah kaum Muslim mencapai batas maksimal sekitar tahun 732, kaum Muslim menguasai wilayah yang membentang dari pantai Atlantik hingga batas Cina. Selain itu Islam berkembang keluar wilayah taklukan dan juga dalam wilayah taklukan ada yang dihuni mayoritas non Muslim.

    Di tapal batas India dan Cina, kaum Muslim bertemu dengan umat Hindu, Budha dan Konghucu. Walaupun hubungan antara bangsa Arab dengan India dan Cina telah berlangsung sejak pra Islam, agaknya Muhammad belum mengenal persis agama yang dianut kedua bangsa tersebut. Dia hanya tahu bahwa mereka masih non Muslim – bahkan non kitabi – mengingat di Arabia sendiri belum semua menjadi Muslim. Sejak itu selama berabad-abad kaum Muslim mengelompokkan ketiga agama tersebut sama dengan Majusi sebagai agama non kitabi.

    Selain kenal dengan umat lain, perluasan wilayah tersebut juga memperkenalkan peradaban lain, yang dalam beberapa hal lebih canggih dari pada kaum Muslim. Ini merupakan tantangan yang menarik: bagaimana Islam dapat diterima oleh kaum tersebut?

    Kaum Muslim segera mewarisi peradaban pra Islam dengan cara menerima yang sesuai dengan Islam dan menolak yang tak sesuai. Sedapat mungkin peradaban tersebut “diislamkan” kemudian dikembangkan dengan memperkayanya. Bukan jarang usaha tersebut dengan mengajak non Muslim. Sementara itu peradaban yang tidak sesuai dengan Islam tidaklah dilarang untuk dipertahankan oleh non Muslim sejauh tidak mempengaruhi identitas Muslim. Maka tampillah peradaban yang memberi sumbangsih besar bagi martabat kemanusiaan. Warisan Muslim tersebut masih berpengaruh hingga kini walau sangat sedikit yang sadar.

    Walaupun terdapat hubungan harmonis semacam itu, ancaman terhadap keberadaan Islam tetap ada. Hanya menunggu peluang untuk tampil, umumnya saat kaum Muslim sedang lengah atau lemah. Kelak dari semua kelompok anti Islam, ada kelompok yang tampil dominan melawan atau mengganggu kaum Muslim disegala aspek hingga kini. Kelompok yang penulis maksud adalah imperialis Barat. Adapun kelompok lain praktis hanya menjadi antek. Mereka hanya berselisih atau berpecah belah sejauh tidak terkait dengan Islam. Tetapi begitu terkait dengan apa yang disebut “ancaman”, “radikalisme”, “fundamentalisme”, “ekstrimisme” atau “fanatisme” Islam maka mereka satu kata, satu suara, satu gaya dan satu kerja. Karena mereka adalah umat-umat yang telah dipesan oleh nabi mereka untuk menerima Islam, tetapi memperlakukan Islam sebagai “si bungsu yang dinanti bukan untuk dikasihi tetapi dinanti untuk dihabisi” akibat pengaruh para elitnya. Hal inilah yang membuat kaum Muslim sejak awal menjadi umat yang pas dengan judul tulisan ini: terkepung!

    SEKILAS TENTANG IMPERIALISME BARAT

    Imperialisme Barat sesungguhnya telah ada jauh sebelum Islam, bahkan sebelum Masehi. Asal muasalnya adalah negeri yang kita kenal dengan Yunani, yang dinilai sebagai asal muasal peradaban Barat. Bangsa Yunani menilai diri sendiri sebagai bangsa unggul atau mulia – entah atas dasar apa. Memang mereka sempat meraih peradaban canggih, tetapi hal tersebut karena pengaruh peradaban sebelumnya dari Timur semisal Mesir, Mesopotamia, Asiria dan Funisia. Mereka membagi manusia kepada 2 macam yaitu bangsa Yunani dan bangsa barbar (biadab). Bahkan bangsa-bangsa yang telah berjasa memperadabkan Yunani tersebut di atas dinilai pula barbar.

    Faham rasialis tersebut melahirkan faham imperialis: Yunani dianggap sebagai bangsa unggul, karena itu berhak memimpin bangsa lain termasuk dalam bentuk penjajahan. Atas dasar tersebut, Alexander Yang Agung bergerak menaklukan dunia Timur sejauh perbatasan India dan Cina.

    Penaklukan tersebut membuka kesadaran akan keunggulan bangsa-bangsa lain, dia mencoba merukunkan Barat dengan Timur dengan tetap dia di puncak kekuasaan. Hasilnya adalah suatu peradaban campuran yang disebut Hellenisme.

    Pewarisnya yaitu Romawi juga demikian, selain mewarisi peradaban Yunani mereka juga mewarisi peradaban Timur yang sama. Tetapi rasa unggul diri tetap tidak hilang: Romawi menaklukan dunia Timur dari Asia Barat hingga ujung Afrika Utara.

    Sekitar abad-4 agama Nashrani mendapat level terhormat di dunia Romawi, agama tersebut memang lahir di wilayah taklukan Romawi yaitu Palestina. Maka leburlah kenasharanian dengan kebaratan, hal tersebut sadar tidak sadar menimbulkan anggapan bahwa Nashrani terkait dengan imperialisme Barat. Artinya mungkin begini: penyebaran agama Nashrani dilaksanakan dengan cara antara lain imperialisme, karena itu imperialisme dianggap bagian dari Nashrani walaupun jelas bahwa Nashrani adalah agama yang lahir dari Timur, yang tidak ada kaitan apapun dengan imperialisme. Anggapan inilah yang kelak makin memperparah hubungan Barat dengan non Barat dan dampak yang ditimbulkannya masih terasa hingga kini, antara lain juga menampilkan anggapan bahwa “imperialis adalah Barat dan Barat adalah imperialis”. Jika Timur terdapat imperialisme, sering dinilai sebagai meniru atau dimulai oleh Barat: imperialisme Timur adalah reaksi terhadap imperialisme Barat. Contoh kasus ini dalah Jepang, menyaksikan bangsa-bangsa Barat beramai-ramai berebut wilayah jajahan jauh dari negara mereka maka Jepang juga tergoda berbuat serupa. Jepang menilai bahwa dunia Timur adalah hak Jepang dan bukan hak Barat.

    Waktu bergerak terus, imperialisme Barat memiliki “ahli waris” semisal Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Portugis dan Belanda. Perang salib pada abad-11 dan perang kolonial pada abad-16 adalah proyek penaklukan dunia lain oleh imperialisme Barat. Umumnya “diperbagus” dengan semboyan muluk semisal “perdamaian”, “peradaban”, “kemakmuran” dan aduhai masih banyak lagi. Ini masih berlangsung hingga kini. Kasus penyerbuan Iraq oleh koalisi AS-Inggris bulan Maret 2003 juga tidak jauh dari perang kolonial dengan pemakaian semboyan tersebut di atas. Siapa yang berani menentang segera mendapat cap “teroris”, “ekstremis”, “bandit”, “pemberontak” dan berbagai sebutan seram lainnya. Persis kasus konflik Belanda-Indonesia sebelum dan sesudah 1945.

    Umumnya imperialis Barat jarang sukses mengalahkan Timur tanpa keroyokan. Jarang kasus Barat mengalahkan Timur dengan satu lawan satu. Sejarah banyak menyajikan hal tersebut: Cina, Turki, dan terakhir adalah Afghanistan dan Iraq kalah karena dikeroyok. Dan kekalahan AS di Vietnam dan Rusia di Afghanistan adalah contoh perang satu lawan satu.

    Setelah selama berabad-abad menghadapi berbagai macam lawan, imperialis Barat agaknya mendapat kesimpulan: lawan yang paling berat adalah Islam, atau kaum Muslim.

    MENGHIMPUN UNTUK KUAT, KEMUDIAN MENGEPUNG UMAT

    Seakan tidak cukup menghimpun kekuatan sesama Barat, imperialis Barat mencoba pula merangkul non Barat untuk melawan gerakan anti imperialis. Kehancuran Baghdad tahun 1258 oleh serbuan pasukan Mongol pimpinan Hulagu Khan menyerbu Asia Barat tak terlepas dari kesuksesan Barat untuk merangkul non Barat melawan Muslim. Tersebutlah kisah bahwa aset non Muslim banyak yang selamat dari penghancuran karena istri Hulagu Khan adalah agen Barat. Dia yang menetapkan hanya aset Muslim yang dihancurkan semisal masjid, pustaka, istana dan sekolah. Memang, kehancuran Baghdad adalah lembaran sejarah yang sejauh ini paling hitam bagi Muslim.

    Usaha lain Barat untuk melawan Muslim adalah mengirim beberapa utusan ke dunia Timur untuk membentuk front bersama, antara lain musafir asal Italia bernama Marco Polo. Dia pernah menetap di istana Kubilai Khan di Khanbaligh (kini Beijing). Mongol pernah pula mengirim utusan hingga sejauh Inggris. Dengan demikian dunia Muslim dikepung dari barat dan timur, persis pengepungan yang dilaksanakan oleh Persia dan Bizantium pada masa Muhammad.

    Di Indonesia pernah diterapkan cara tersebut. Demak adalah negara Muslim pertama di Jawa, sejak awal Demak harus berhadapan dengan 2 front: Portugis di luar negeri dan negara dari pra Islam di dalam negeri yaitu Majapahit dan Pajajaran. Pernah utusan Majapahit berkunjung ke Malaka – bekas negara Muslim – yang telah ditaklukan Portugis dan juga tercapai perjanjian Portugis-Pajajaran yang mengizinkan Portugis membangun pangkalan di Sunda Kelapa (kini Jakarta).

    Demak berusaha mencegah akibat lebih jauh dengan menaklukan pesisir utara Jawa Barat sejauh Selat Sunda dan pesisir utara Jawa Timur sejauh Pasuruan. Portugis memang gagal bercokol di Jawa tetapi sultan terbunuh dalam konflik intern ketika memimpin gerakan ke timur.

    Di Asia Barat, ketika Perang Dunia-1 (1914-8) berlangsung, Inggris terlibat perang dengan Turki. Turki menguasai Asia Barat sejak abad-16 termasuk Palestina – tanah suci Yahudi, Nashrani dan Islam. Inggris melihat peluang untuk menebus kekalahan Barat dalam perang salib namun merasa ragu akan mampu mengerjakan sendiri. Persekutuannya dengan Perancis dan Rusia dinilai pula tidak cukup untuk mengalahkan Turki. Harus cari sekutu lain tetapi dari Timur atau Muslim.

    Kolonel Thomas Edward Lawrence di tunjuk untuk membentuk persekutuan dengan bangsa Arab. Waktunya tepat, bangsa Arab sedang memendam rasa tidak puas terhadap Turki. Ini tidak mengherankan, sejak abad-18 Turki berangsur-angsur mengalami proses pembusukan dengan kebobrokan di segala bidang. Bangsa Arab dijanjikan akan mendapat kemerdekaan.

    Pembusukan dari dalam ditambah penyerbuan dari luar oleh Inggris, Perancis dan Rusia ditambah bangsa Arab, India dan Gurkha menyebabkan Turki kalah. Melengkapi kekalahan tersebut, Barat sukses menyusupkan anteknya yaitu Mushthafa Kamal Basya alias Attaturk untuk mengobarkan kudeta terhadap sistem khilafah dan mengganti dengan republik. Begitu berkuasa, Attaturk melaksanakan gerakan deislamisasi semisal mengusir khalifah terakhir, larangan jilbab dan surban, menghapus huruf Arab, menutup madrasah dan zawiyah serta menghapus syariat dalam konstitusi.

    Adapun bangsa Arab mendapat “buah” dari persekongkolannya dengan Barat yaitu Palestina, Yordania dan Iraq menjadi mandat Inggris. Suriah dan Libanon menjadi mandat Perancis. Istilah “mandat” hanya penghalus istilah “jajah”. Sementara itu Inggris makin mencengkeram India.

    Kaum Muslim agaknya belum insyaf dari kekeliruannya. Kemajuan Barat sejak awal abad-19 menyebabkan kaum Muslim cenderung kagum atau takut kepada Barat. Bukannya bersatu padu melawan imperialis, tetapi berpecah belah memihak imperialis. Kekeliruan serupa diulangi di awal abad-21, serangan berani mati dengan pesawat ke gedung kembar WTC di New York dan gedung Pentagon pada 11 September 2001 adalah momentum yang tepat dan dimanfaatkan dengan ampuh oleh imperialis Barat untuk melawan Muslim – walaupun secara resmi tidak dimaksud demikian. Karena keunggulan propaganda imperialis, segera tampil “paduan suara” internasional – termasuk kaum Muslim – yang menuduh dan mengutuk gerakan al-Qa-idah dan Thaliban sebagai fihak yang bertanggungjawab. Segera mata dan telinga internasional mengarah ke Afghanistan, negeri terbelakang akibat perang panjang dan kejam dengan imperialis Barat berideologi komunis bernama Uni Soviet. Negeri tersebut dipaksa untuk berperang lagi melawan imperialis Barat berideologi salibis-zionis bernama AS dan Inggris dengan dukungan komunis di Cina dan sisa-sisanya di bekas Uni Soviet.

    Penumpasan terhadap aktivis Muslim di Afghanistan dilanjutkan ke seantero dunia, tidak terkecuali di Asia Tenggara. Di Indonesia, para antek Barat – Muslim maupun non Muslim – mendukung gerakan imperialis dalam kampanye yang disebut “melawan terorisme”. Beberapa aktivis Muslim diintai, dikejar, diculik atau ditangkap. Demi memuaskan selera imperialis, pemerintah Indonesia menzhalimi warganya sendiri. Ini tak mengherankan, sejak merdeka kelompok Islamofobia mendominasi politik, ekonomi dan hankam. Kelompok tersebut telah berperan besar menumpas aktivis Muslim semisal Darul Islam atau membantai kaum Muslim di Tanjung Priok, Lampung dan Aceh. Revolusi 1998 sempat menggoyahkan posisi mereka tetapi tidak lama, mereka tersebar dan menyusup ke berbagai kekuatan kelompok masyarakat yang ada – bahkan masih ada yang tetap bercokol di pemerintahan. Mereka melanjutkan “karya” mereka: melawan kebangkitan Muslim, jika perlu dengan bantuan imperialis melawan bangsanya atau umatnya sendiri.

    PENUTUP

    Pada akhir 1979 bertepatan dengan 1 Muharram 1400 Hijrah atau masuk abad-15 Hijrah dicanangkan sebagai awal kebangkitan Muslim. Mungkin pencanangan ini diilhami oleh awal kebangkitan Barat abad-15 yang dikenal dengan Renaissance, yang mengantar Barat pada kemajuan segala bidang. Jika benar diilhami dari Barat, sepertinya kaum Muslim tidak memasalahkannya karena kebangkitan Barat tersebut juga diilhami oleh kemajuan Muslim pada perioda 700-1400. Prestasi kemanusiaan Muslim banyak mempengaruhi Barat. Tetapi awal kebangkitan Muslim – agaknya mirip pula dengan awal kebangkitan Barat – perlu proses panjang dan kejam untuk meraih posisi puncak. Perang Afghan-Rusia (1979-89), Perang Iran-Iraq atau Perang Teluk I (1980-8), Perang Arab-Israel 1982, Perang Teluk II antara Iraq dengan koalisi pimpinan AS (1990-1), Perang antara Afghan dengan koalisi pimpinan AS (2001), Perang Teluk III yang menumbangkan rezim Shaddam Hussayn (Maret-Mei 2003) serta berbagai konflik yang mengorbankan kaum Muslim di berbagai tempat termasuk Indonesia agaknya membuat sebagian orang pesimis atau skeptis: benarkah kaum abad-15 Hijrah adalah kebangkitan Muslim?

    Jawaban tersebut tentu terpulang kepada kaum Muslim sendiri, apakah syarat-syarat kebangkitan telah terpenuhi? Adapun penulis menilai “belum” mengingat beberapa hal yaitu:

    1. Perpecahan: kaum Muslim terpecah belah nyaris pada segala segi. Dalam hal agama masih terbagi ke dalam berbagai mazhab dan sekta yang memberi peluang konflik intern yang berdarah-darah. Ketika non Muslim sudah menginjak-injak bulan, kaum Muslim masih bertengkar soal penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan. Dalam politik masih terbagi ke dalam berbagai faham yang non Islam bahkan bertentangan dengan Islam semisal sekularisme, kapitalisme, komunisme dan chauvinisme. Di dunia Arab misalnya, ada kecenderungan untuk menonjolkan kearaban dibandingkan keislaman, bahkan lebih menonjolkan kenegaraan dibandingkan kebangsaan. Orang menyebut dahulu asal Iraq, Mesir, Suriah, Saudi, Maroko dan sebagainya kemudian menyebut Arab.
    2. Keterbelakangan: terhitung sejak abad-16 yaitu bertepatan dengan imperialisme Barat, kaum Muslim terlibat perang panjang dan kejam dengan mereka. Perang tersebut meminta korban harta dan nyawa kaum Muslim. Banyak aset umat semisal masjid, madrasah atau pesantren rusak atau hancur. Banyak ulama dan santri yang tewas, hilang atau ditangkap. Peluang untuk membangun praktis tidak ada. Keterbelakangan tersebut terlestarikan setelah merdeka oleh para elit yang tidak amanah terhadap kekayaan dan kekuasaan.
    3. Kelengahan: kaum Muslim terkesan tidak sadar bahwa jika umat manusia dibagi menjadi Muslim dan non Muslim maka sesungguhnya lebih banyak non Muslim ketimbang Muslim. Memang, kaum Muslim (2000) berjumlah sekitar 1.000.000.000 tetapi pada saat bersamaan jumlah umat manusia sekitar 6.000.000.000. Berarti kaum Muslim hanya 1/6 dari jumlah penduduk kolong langit ini. Berarti pula selebihnya adalah non Muslim, yang nota bene jumlah tersebut dapat memiliki potensi sebagai lawan – dan memang ada yang menjadi lawan. Belum lagi yang berpotensi sebagai “musuh dalam selimut” atau “musang berbulu ayam”.
    4. Cinta dunia takut mati: inilah peringatan jitu Muhammad menjelang wafat. Jitu karena sungguh kena untuk kaum Muslim kini. Nikmat dunia yang disodorkan Barat semisal materialisme dan hedonisme memegang peranan penting menciptakan “penyakit” ini. Sadar tidak sadar penyakit ini telah menjangkiti kita.

    Jika ini berkelanjutan, bukan mustahil kebangkitan Muslim hanya mimpi di siang bolong dan tetaplah kaum Muslim menjadi umat terkepung. Wallahua’lam bish shawwab.

  3. Mustofa Toha berkata:

    Umat yg pertengahan, umat yg moderat, lintas Madzhab, purifikasi, tajdid, Islam berkemajuan, dakwah multi aspek,Rahmat bagi Sekalian Alam, Menuju Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Amien.

Tinggalkan Komentar