Paham Kekuasaan Sunda

Oleh : JAKOB SUMARDJO

kursi-kekuasaan

KEKUASAAN kurang lebih berarti kemampuan, kesanggupan, kekuatan, kewenangan untuk menentukan. Kekuasaan meliputi wilayah keluarga, kampung, negara, lembaga. Dalam pengertian kebudayaan, wilayah-wilayah kekuasaan tadi menampakkan pola-pola yang sama. Pengaturan kekuasaan dalam keluarga, dalam kampung, dalam kerajaan sama. Itulah pola kekuasaan yang menampakkan dirinya dalam berbagai hasil budaya Sunda. Namun, kebudayaan sebagai cara hidup kelompok itu berubah terus. Apa yang akan diuraikan di sini berdasarkan artefak-artefak budaya yang sudah ada, jadi agak kesejarahan, dalam arti “telah terjadi”.

 

Sumber dari pemahaman ini berasal dari cerita pantun, perkampungan Sunda, kampung adat, dan silat Sunda. Paham ini tersembunyi di balik yang tampak (tangible), sehingga memerlukan pemecahan simbol-simbolnya. Masyarakat Sunda sendiri dengan tidak disadari berlaku berdasarkan paham Sundanya, sehingga kurang berjarak untuk melihat realitas dirinya. Salah seorang mahasiswa pascasarjana di Bandung yang berasal dari Jawa Timur, pada suatu hari menyatakan pada saya, bahwa dia senang tinggal di Bandung karena orangnya ramah, baik, lembut hati. Masyarakat Sunda itu berkarakter halus, bukan kasar. Kalau harus “kasar”, tetap “halus”. Tidak keras tapi lembut. Tidak agresif tapi “diam”.

Pada dasarnya, sikap hidupnya agak ganda dalam arti positif, yakni paradoksal. Menyatu-memisah, menerima-mempertahankan, asli-berubah, mandiri-tergantung, pemilik-pemakai, tiga tapi satu dan satu tapi tiga. Genealogi dari sikap ini adalah budaya purbanya yang huma atau ladang. Hidup berladang itu menetap-pindah, produktif-konsumtif, bebas-tergantung, terbuka tertutup. Paham kekuasaannya juga berkarakter demikian itu.

Simbol kekuasaan Sunda dengan jelas sekali tergambar pada cerita pantun. Pangeran Pajajaran, misalnya Mundinglaya Dikusumah, ke mana pun pergi selalu diiringi oleh pengawal setianya, Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung. Dalam pengembaraan Pangeran Pajajaran, dia digambarkan “diam dan pasif” tetapi sangat dihormati dan dipatuhi keputusannya. Dalam hal ini Mundinglaya lebih banyak diam, sedangkan yang aktif Gelap Nyawang sebagai pemikir dan pengatur strategi perjalanan (eksekutif) dan Kidang Pananjung sebagai penyelesai persoalan. Namanya juga Kidang Pananjung yang selalu ada paling depan.

Inilah tritangtu Sunda. Pangeran Pajajaran yang memiliki kekuasaan, namun tidak aktif menjalankan kekuasaannya. Ia menyerahkannya kepada Gelap Nyawang untuk bekerja dan Kidang Pananjung yang bertanggung jawab terhadap keselamatan, keamanan, dan kesatuan ketiganya. Ini berbeda dengan cerita wayang Jawa. Arjuna punya tiga pengiring seperti Mundinglaya, namun segala sesuatu dipecahkan sendiri oleh Arjuna. Ketiga pengiringnya hanya bertugas menguatkan dan menghibur majikannya. Arjuna adalah pemilik, pelaksana, dan penjaga dirinya sendiri.

Pola pengaturan kekuasaan semacam itu ternyata juga ada pada pantun Sunda sendiri. Pantun Sunda dimulai dengan tugas raja Pajajaran kepada putranya agar mengembara menemukan sebuah negara. Di negara yang ditemukannya itu ia menetap dan berkuasa dengan cara mengawini putri setempat. Karena kecantikan putri tersebut, banyak raja di sekitarnya yang juga ingin memilikinya. Terjadi perang antara raja-raja perebut putri dengan abang putri tersebut (yang biasanya dipakai sebagai judul lakon pantun). Para raja dapat dibunuh oleh abang putri yang menjadi istri Pangeran Pajajaran. Atas permintaan putri, para raja dihidupkan kembali dan bersumpah mengabdi kepada Pangeran Pajajaran.

Tampak bahwa pemegang mandat kekuasaan, Pangeran Pajajaran, justru diam namun berwibawa. Sedang yang aktif menyelesaikan persoalan negara adalah abang putri atau penguasa setempat. Dan bekas-bekas musuh pangeran akhirnya menjadi pelindung dan penjaga kekuasaan pangeran. Kekuasaan Sunda yang sejati itu adanya di Pakuan Pajajaran. Rajanya tidak beranjak dari kratonnya. Yang bergerak ke luar keraton justru putra-putranya (memperluas wilayah kekuasaan). Dan pada gilirannya, para Pangeran Pajajaran itu juga bersikap seperti ayahanda mereka di Pakuan. Pangeran-pangeran itu pasif di pusat negaranya yang baru. Yang aktif menjalankan kekuasaan justru raja setempat yang sudah menjadi keluarga Pajajaran. Sedangkan para pelindung (para anggota kerajaan) adalah raja-raja asing yang non-Sunda.

Dengan demikian, kekuasaan itu dimiliki-tidak dimiliki karena yang memiliki kekuasaan tidak menjalankan kekuasaan, sedang yang menjalankan kekuasaan tidak memiliki kekuasaan yang dijalankannya. Pihak kekuasaan ketiga adalah mereka yang bertugas menjaga kesatuan dan keamanan serta perlindungan pemilik dan pelaksana kekuasaan.

Kekuasaan, dalam paham ini, masuk kategori “perempuan” bukan “lelaki”. Perempuan itu yang memiliki, sedangkan lelaki yang menjalankan kepemilikan itu. Perempuan itu adanya di dalam rumah, bukan di luar rumah. Yang bergerak aktif di luar rumah itu lelaki. Kekuasaan sejati, yakni pemilik kekuasaan atau mandat kekuasaan surga adalah Raja Pajajaran dan putra-putranya yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Sedang yang menjalankan kekuasaan bukan Raja Pajajaran atau putra-putranya di daerah, tetapi penguasa setempat atas nama Pajajaran. Sedangkan para pelindung kekuasaan boleh orang di luar pemilik dan pelaku kekuasaan.

Pola tripartit demikian itu rupanya bersumber pada pola pemerintahan kampung-kampung Sunda. Kampung telah ada terlebih dahulu dari pada lembaga negara yang bernama kerajaan. Dalam kampung-kampung Sunda tua, seperti di Kanekes-Baduy atau di Ciptagelar-Sukabumi selatan, kekuasaan kampung terbagi menjadi pemilik kekuasaan (kampung adat yang paling tua), pelaksana kekuasaan, dan penjaga kekuasaan kampung.

Kampung pemilik adat biasaya ada di bagian “dalam” dekat bukit dan hutan kampung, kampung pelaksana kekuasaan ada di tengah, dan kampung penjaga kekuasaan ada di luar. Dalam kampung adat Kanekes, masing-masing lembaga kekuasaan itu dipegang oleh Cikeusik (dalam, tua, adat), kemudian Cikertawana (eksekutif), dan Cibeo (pelindung batas).

Dalam kampung adat yang lebih modern, yakni di Ciptagelar, tripartit itu tetap dijalankan dalam bentuk kampung buhun (pemilik dan penjaga adat buhun Sunda), kampung nagara (pemerintahan modern nasional), dan kampung sarak (kampung yang mengurus kepentingan Islam). Dalam pola pikir ini, adat Sunda diletakkan sebagai pihak “dalam”, “pemilik sejati”, dan Islam berada di “luar” yakni batas wilayah kampung. Pemerintahan nasional ada di tengah.

Ternyata pola tripartit yang sama masih berlaku di banyak perkampungan Sunda di Jawa Barat seperti terjadi di Ciptagelar. Kampung Sunda di Darmaraja dekat Situraja, misalnya, membagi kesatuan tiga kampung dalam Kampung Cipaku yang mengurus kabuyutan kampung (Raja Haji Putih), Kampung Paku Alam mengurus pemerintahan nasional-modern (lurah), dan Kampung Karang Pakuan yang letaknya dekat jalan raya Darmaraja, merupakan kampung Islam di mana masjid kampung berada.

Di sinilah sikap terbuka-tertutup, tetap-berubah, menjalankan mekanismenya. Ketegangan budaya sering terjadi antara peran adat dan peran Islam. Sementara satu pihak menekankan adat buhun Sunda sebagai pemilik kekuasaan, di pihak lain Islam sebagai pemilik kekuasaan. Peran pelaku kekuasaan tetap lembaga pemerintahan nasional yang disetujui keduanya. Bagi mereka yang menjunjung tinggi kesundaan bersikap bahwa pemilik adalah Sunda (buhun, adat), sedang bagi yang menjunjung tinggi Islam bersikap “Islam itulah Sunda”, gerakan revivalisme Sunda, saya kira, berdasarkan pikiran siapa yang seharusnya dinilai sebagai “dalam” dan siapa yang dinilai sebagai “luar”. Seperti kita baca dalam kasus pantun Sunda, kategori “luar” itu mengandung arti “asing” juga.

Pola tripartit kekuasaan Sunda ini, dalam perjalanan sejarahnya menunjukkan sikap “tetap” sekaligus “berubah”. Hal ini tampak dari penyebutan ketiga lembaga kekuasaan tersebut. Pada awalnya adalah pemilik kekuasaan, pelaksana kekuasaan, dan penjaga kekuasaan. Lalu di masa kerajaan menjadi sebutan resi, ratu, rama. Resi adalah pemilik kekuasaan yang tak bergerak, ratu adalah pelaksana yang bergerak aktif, dan rama yang merupakan rakyat (kepala kampung) yang menjaga ketertiban kampung masing-masing. Pada zaman perkembangan Islam rupanya menjadi pesantren (dalam), menak (bupati-bupati di Priangan), dan rakyat Sunda di kampung-kampung.

Terjemahannya dalam masyarakat modern Sunda, rupanya pola tripartit ini masih berlaku, yakni sebagai pemilik kekuasaan adalah rakyat Sunda (demokrasi), pelaksana kekuasaan gubernur-bupati, dan penjaga kekuasaan adalah panglima wilayah. Kategorinya; dalam, tengah, luar. Dalam dan tengah adalah Sunda, sedangkan pihak luar boleh asing (mirip para ponggawa dalam carita pantun).

Dengan demikian dasar paham kekuasaan Sunda itu lebih maternal dari pada paternal. Lebih mengasuh, rohani, adat, pikiran daripada sekadar memerintah. Sikap ini juga tercermin dalam silat Sunda yang lebih menyimpan kekuatan dari pada menggunakan kekuatan itu. Silat Sunda itu bageakeun baik untuk dirinya maupun “musuhnya”. Diri sendiri selamat dan yang menyerangnya juga selamat. Yang pertama dilakukan adalah gerak menghindar sekaligus disertai gerak menyerang. Bukan untuk mematikan, tetapi untuk membuat lawan tidak berdaya lagi. Inilah sebabnya pawang pembetul tulang banyak terdapat di kampung-kampung Sunda. Jadi, sikap terhadap kekuatan lebih menyimpan, defensif, daripada menggunakannya dan agresif. Ini tidak berarti bahwa para jawara silat Sunda kurang “berani”, justru sudah melampaui keberanian dan hanya menggunakan kekuatan tersebut apabila lawan memang sudah tak mau dibageakeun. Kekuasaan dan kekuatan itu tak boleh digunakan semena-mena, tetapi demi kesejahteraan bersama, baik dalam maupun luar.

Dalam zaman yang semakin menasional dan mengglobal ini, sikap feminin semacam itu memang dapat mengancam kesundaan. Sikap asli yang purba ini ditantang kearifannya dengan gelombang “kuasa laki-laki” yang agresif. Memang tidak mudah. Namun, pemahaman yang lebih mendalam tentang sikap hidup masyarakat Sunda ini perlu dilakukan, sehingga dapat dikenali “kedalaman sejatinya” yang kokoh namun lentur, tetap namun berubah. Feminin tidak berarti lemah, tetapi halus. Yang halus itu bisa kuat. Suatu kekuatan, kekuasaan, yang kokoh namun halus, arif, tinggi. ***

Sumber: Pikiran Rakyat, Selasa, 01 Januari 2007.

30 Komentar

  1. masblankon berkata:

    Khazanah kesundaan sangat luar biasa …

  2. semoga tulisan-tulisan seperti ini bisa menghidupkan kembali kasundaan yang ada di dalam diri kita.

  3. durarings berkata:

    dedeh lamun urang teu ngamumule teh insya allah mu eta ajaran nerap di nagara urang meureun jadi sunda sawawa teh “leles jejer liat tali “kitu meren istilahnamah nya kang …punten pami leupat

  4. Mandalajati Niskala berkata:

    Ass~Sampurasun.

    Wah hebat Mang Sumardjo; “Hampura Mandalajati Niskala temelar”.

    Den Kopral, masblankon, Mahendrattunggadewa, durarings, Fikraiistreets Punkciwareng Slalu Depressed, dan buat semuanya.
    Dengerin ya anak~anak manis….!

    Betul kata Mang Sumardjo: “Salah seorang mahasiswa pascasarjana di Bandung yang berasal dari Jawa Timur, pada suatu hari menyatakan pada saya, bahwa dia senang tinggal di Bandung karena orangnya ramah, baik, lembut hati. Masyarakat Sunda itu berkarakter halus, bukan kasar. Kalau harus ‘kasar’, tetap ‘halus’. Tidak keras tapi lembut. Tidak agresif tapi ‘diam’. Pada dasarnya, sikap hidupnya agak ganda dalam arti positif, yakni paradoksal. Menyatu-memisah, menerima-mempertahankan, asli-berubah, mandiri-tergantung, pemilik-pemakai, tiga tapi satu dan satu tapi tiga. Genealogi dari sikap ini adalah budaya purbanya yang huma atau ladang. Hidup berladang itu menetap-pindah, produktif-konsumtif, bebas-tergantung, terbuka tertutup. Paham kekuasaannya juga berkarakter demikian itu”.

    Unik ya?

    LENGKAP & LENGKAPI DONG MANG SUMARDJO, AGAR MENJEMBATANI PENCERHAN BERFIKIR BAGI KITA SEMUA:
    Menyatu~Memisah, Menerima~Mempertahankan, Asli~Berubah, Mandiri~Tergantung, Pemilik~Pemakai, Tiga Tapi Satu~Satu Tapi Tiga, Kiri~Kanan, Hitam~Putih, Gelap~Terang, Bawah~Atas, Barat~Timur, Utara~Selatan, Bumi~Langit, Siang~Malam, Perempuan~Laki, Hawa~Adam, Budak Angon~Budak Janggotan, Sunda~Sunah, Insoen~Dia, Makkhluk~Khalik, dst.

    Mungkin hanya dengan melakukan tafakur disertai ketulusan hati, AKAN DAPAT MEMBONGKAR RAHASIA BESAR.

    Keberadaan dua sisi yang berbeda memberi makna filsafat sbb:
    ::Kesempurnaan memiliki amanah yang sangat fitrah yaitu TIDAK BOLEH ADA YANG HARUS MUSNAH HANYA KARENA PERBEDAAN.
    ::Kesempurnaan adalah KESETIMBANGAN DUA SISI YANG BERBEDA.
    ::Kesempurnaan adalah putaran alam yang selalu TAMPIL BERGANTIAN.
    ::Kesempurnaan adalah KEADILAN YANG HARUS MENYENTUH DUA SISI YANG BERBEDA SEHINGGA SEOLAH HILANG PERBEDAAN ITU
    ::Kesempurnaan adalah KESEJAHTERAAN YANG HARUS MENYENTUH DUA SISI YANG BERBEDA SEHINGGA SEOLAH HILANG PERBEDAAN ITU
    ::Dan seterusnya, dan seterusnya, Dan…, seterusnyaaaaaaa……!

    Bisa diambil sedikit kesimpulan:
    ::KESEMPURNAAN adalah KESETIMBANGAN.
    ::KESETIMBANGAN adalah BEBAN TITIK TENGAH.

    Unik ya?

    TIDAK ADA YANG MAMPU BERADA DI TITIK TENGAH KECUALI SANGGUP MENYANGGA DUA BEBAN YANG BERLAWANAN.

    Wah lama~lama RAHASIA PERADABAN BARU BISA TERBONGKAR DENGAN SENDIRINYA.

    Ooooooohhhhh rahasianya adalah: “TITIK TENGAH”.

    Titik Tengah dalam pemahaman Filsafat Spiritual Sunda biasa disebut:
    ::Titik Puseur Tripel Zero
    ::Titik Puseur Heru Calasa (Hercules)
    ::Titik Puseur Wahyu Cakra Ningrat
    ::Titik Puseur Lebak Zero
    ::Titik Puseur Kawah Candradimuka
    ::Titik Puseur Pamiangan
    ::Titik Puseur Pamidangan
    ::Titik Puseur Suralaya
    ::Titik Puseur Parahyangan
    ::Titik Puseur Filsafat
    ::Titik Puseur Spiritual
    ::Titik Puseur Lauh Jinawi refleksi dari Lauh Mahfud
    ::Titik Puseur Sastra Jendra
    ::Titik Puseur Hayu Ningrat
    ::Titik Puseur Pangruwating Diyu, dst.
    ::Titik Puseur Birit Leuwi
    ::Titik Puseur Lebak Cawene
    ::Titik Puseur Budak Angon
    ::Titik Puseur Budak Janggotan
    ::Heheh…. ‘boa~boa’ Titik Puseur Ratu Lida? (dibalik ah Mang)

    ‘BOA~BOA’ sebagai Titik Puseur:
    ::IBUKOTA DUNIA
    ::IBUKOTA SANG KHALIFAH
    ::IBUKOTA SANG MAHA RAJA
    ::IBUKOTA SANG KAISAR dan sebagainya (‘Boa~Boa’ ya…!)

    Heheh jangan menuduh saya ya, sebab saya hanya mengatakan ‘BOA~BOA’.

    Boleh dong saya mengatakan bahwa Sunda BUKAN ETNIS.
    Sekali lagi SUNDA BUKAN ETNIS tapi NAMA TATANAN KEBUMIAN.
    Horeeeeee Sunda bukan etnis……!!!

    Masa lupa? Dulu kan ada istilah Sunda Besar dan Sunda Kecil.
    Kata Et~Nis kan berasal dari kata Et~Nusa yang artinya Pulau.
    Et~Nis adalah manusia yang hidup di suatu Pulau atau Et~Nusa.

    Et~Nusa Bali melahirkan Etnis Bali.
    Et~Nusa Lombok melahirkan Etnis Lombok
    Et~Nusa Flores melahirkan Etnis Flores
    Et~Nusa Timor melahirkan Etnis Timor
    Et~Nusa Madura melahirkan Etnis Madura
    Et~Nusa Buton melahirkan Etnis Buton, dan seterusnya.

    Pada pulau yang besar maka akan menurunkan Suku contoh:
    Etnis Sumatra Suku Aceh
    Etnis Sumatra Suku Batak
    Etnis Sumatra Suku Padang
    Etnis Sumatra Suku Palembang, dst
    Etnis Kalimantan Suku Dayak, dst
    Etnis Sulawesi Suku Manado
    Etnis Sulawesi Suku Makasar, dst
    Etnis Papua Suku Asmat, dst
    Etnis Jawa Suku Jawa Timur
    Etnis Jawa Suku Jawa Tengah
    Etnis Jawa Suku Jawa Barat atau dikenal dengan Suku Parahyangan.

    TIDAK ADA ETNIS SUNDA SEBAB TIDAK ADA PULAU SUNDA
    Sunda adalah nama tatanan Planet Bumi.
    Bisa disebut sebagai Planet Sunda.

    Tidak ada Pulau Sunda, yang ada Planet Sunda atau Planet Terang Benderang, bisa disebut juga Planet Surga, YANG MELAHIRKAN BANGSA SURGA ATAU BANGSA SUNDA.

    SUNDA ADALAH POTENSI SEBUAH BANGSA BESAR ATAU BANGSA AWAL & BUKAN ETNIS. Ada kepastian bahwa BANGSA AWAL itu pertama kali muncul TI TITIK PUSAT BUMI ATAU DI PUSAT PARAHYANGAN.

    Perhatikan kata yang merunut ini
    SUNDA (Bumi Terang Benderang)
    SUNDAY (Hari Tetang Benderang)
    SUNDAYA (Perwujudan Terang Benderang)
    SUNDAYAN (Tempat Terang Benderang)
    SUNDAYANA (Tatanan Terang Benderang)

    Perhatikan juga Kata Pitutur Filsafat Sunda sbb:
    ::Bandung Bandar Karang Pamiangan.
    Nungtung Ngalawung, ngajadikeun Bandung Bundeur Kuring Pamidangan.
    Bandung Banda Indung, Banda Wasa, Bundeur Kareuma Dunya::

    Tolong dong bagian Mang Sumardjo menjelaskan kata Pitutur Filsafat tersebut.

    Sudah ah ga akan diterusin terlalu panjang komentarnya.

    Buat Den Kopral, masblankon, Mahendrattunggadewa, durarings, Fikraiistreets Punkciwareng Slalu Depressed, dan buat semuanya, MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN, NAMANYA JUGA ‘BOA~BOA’. Silahkan deh para akhli untuk melakukan penelitian.

    Hidup Den Kopral Cepot…!

    Cag amit pun:
    MANDALAJATI NISKALA

    1. Mandalajati Niskala berkata:

      Yey salah bukan TI TITIK PUSAT PUMI tapi TI TITIK PUSAT BUMI

      1. Sukana Muda berkata:

        Sampurasun.

        Hong…!
        Mandalajati Niskala ada disini
        Guru, Buku Saku SUNDA MEMBEDAH ZAMAN cetak ulang dong.

        Wah asyik Kopral Cepot semarak bener materinya.

        Aya beja nu baheula, kecap anu malasipah:
        █▀▀▀░█░░█░█▀▀█░█▀▀▄░█▀▀█
        ▀▀▀█░█░░█░█░░█░█░░█░█▄▄█
        ▀▀▀▀░▀▀▀▀░▀░░▀░▀▀▀░░▀░░▀
        Sok sanajan sima sia sima Maung
        Sima aing mah Insoen~Dia
        Sok sanajan kuku Maung nu nalikung.
        Sora Maung nu ngagerung
        Nafsu Maung nu ngaberung
        Leumpeuh KU KANYAAH INDUNG
        Lumpuh KU PAYUNG NU AGUNG
        Sunda Sunda Sunda
        Indung sagala Manusa
        Montong lalawora.

        Okey lah sukses buat Kopral Cepot
        Buat Guruku Mandalajati Niskala, BEDAH ZAMAN BIAR TERSINGKAP.

        Cag sampurasun

    2. Dewi Carulang Wangi berkata:

      Ass.Wr.Wb.
      Sampurasun

      RUPANYA MANDALAJATI NISKALA TURUN GUNUNG.

      Amit pun kepada Juragan Kopral Cepot juga Pak Jakob Sumardjo.
      Saya membaca cuplikan tulisan di banyak situs yang berhubungan dengan buah fikiran Mandalajati Niskala.

      Rada kaget karena selalu diawali dengan kata:
      MANDALAJATI NISKALA
      Seorang Filsuf Sunda Abad 21
      Menjelaskan Dalam Buku
      SANG PEMBAHARU DUNIA DI ABAD 21, namun bukunya sulit sekali saya temukan.

      Setelah saya membaca berulang-ulang di banyak situs mengenai Filsafat SASTRA JENDRA HAYU NINGRAT PANGRUWATING DIYU YANG ADA KAITANNYA DENGAN BAHASA IBU, juga topik lainnya, saya menjadi lebih penasaran & ingin sekali bertanya langsung kepada Mandalajati Niskala.

      Dalam pikiran saya Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu yang dijelaskan oleh Mandalajati Niskala sangat ORIGINAL dan berbeda dengan para akhli lainnya yang membahas SERBA KLISE.

      Pertanyaan saya:
      Apa sebenarnya Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu itu?

      Mohon kiranya Mandalajati Niskala sudi untuk menjawabnya.

      Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada Mandalajati Niskala juga kepada Juragan Kopral Cepot.

      Wassalam
      Dewi C.W.

    3. Sukana Muda berkata:

      Oooooh….. jadi umat manusia semuanya DI SEBUT MANUSIA SUNDA.
      Paingan dulu ‘Ema Paraji’ (Dukun Beranak) kalau ada bayi yang lahir dipermukaan bumi manapun, suka mengatakan begini:
      “Si Jabangbayi ke luar dari guha garba ke alam Panyundaan”.

      SEKARANG BARU MENGERTI BAHWA SUNDA ADALAH MILIK SEMUA UMAT MANUSIA & orang Jabar adalah ETNIS JAWA SUKU PARAHYANGAN.
      Edaaaaaaaaaaaaaan baru kebuka…….!

      ‘BOA~BOA’ PENJELASAN DI ATAS BENER TUH.

      Memang hebat Bapak Kopral Cepot punya Blog, ditimbrung sama orang~orang aneh. Entar saya angkat jadi Jendral Bintang Tujuh. Heheh……..!

      Edaaaaaaaaaaaaaan…………!

  5. Helmia berkata:

    Dewi Carulang Wangi
    Sukana Muda

  6. Helmia berkata:

    Dewi Carulang Wangi
    Sukana Muda

    Maaf belum ngomong udah kepencet.
    Salut buat Kopral Cepot.

    Aku keturunan Bengkulu tapi udah lama tinggal di Sumedang (Jatinangor), sejak kecil. 25 tahun di Sumedang aku merasa jadi orang Sunda & aku sangat mencintai Sunda.

    Aku selalu penasaran & tidak puas mendengar penjelasan dari teman-teman mengenai Sunda.
    Penjelasan dari Mandalajati Niskala seperti di atas membuat ganjalan hatiku hilang dan aku menjadi tenang.

    Aku yakin sekarang bahwa aku ini adalah:
    MANUSIA SUNDA, ETNIS SUMATRA, SUKU BENGKULU.

    Aku Manusia Sunda berarti aku Orang Sunda.
    Terima kasih Mandalajati Niskala.
    Terima kasih Kopral Cepot.
    Terima kasih Dewi Carulang Wangi.
    Terima kasih Sukana Muda.
    Terima kasih buat semua.

  7. MSF berkata:

    wah
    wah
    dan wah
    manusia Sunda, etnis Sumatra, suku Bengkulu atau Pariangan dll.
    tinggal di Sunda-nesia (?), fantastis.

    Sebelumnya saya mohon maaf kpd kopral cepot.
    Sebagai blog SS yang banyak bicara tentang sejarah, tolong dong
    dibuatkan sedikit sejarah dari “Mandalajati Niskala”. Siapa dia sebenarnya?
    Terkesan beliau itu “nabi”-nya manusia sunda
    filsuf sunda abad 21; pembaharu dunia di abad 21.
    orang yang mengerti akan SASTRA JENDRA HAYU NINGRAT PANGRUWATING DIYU.
    dan pengikut serta murid-muridnya banyak yang berkunjung di blog ini.
    tolong ya kang kopral, pls.

    saya, abdi tea jelma teu boga
    wassalam

  8. Sukana Muda berkata:

    SAMPURASUN

    Buat Kopral Cepot dan MSF, sedikit penjelasan
    mengenai Mandalajati Niskala yang saya ketahui.

    Diawal-awal saya sendiri merasa aneh bertemu dengan Figur Mandalajati Niskala, karena beliau banyak membongkar hal-hal yang bersifat filsafat, yang semua penjelasannya sangat original bukan teksbook. BELIAU MEMBONGKAR SELURUH RAHASIA FILSAFAT SUNDA. Mandalajati Niskala tidak ingin memenjarakan cara berfikir manusia, tetapi lebih memberikan stimulasi berfikir menuju nilai-nilai hakekat.

    Beliau adalah seseorang yang gemar tirakat seperti puasa Daud dan lain-lain. Mandalajati Niskala juga adalah seorang ‘AKHLI TAFAKUR’, oleh sebab itu setiap memecahkan persoalan selalu dilaluinya dengan tafakur.

    Di tahun 2010 saya sempat ngobrol dengan beliau, ketika beliau memberikan buku saku kepada saya dengan judul buku: SUNDA MEMBEDAH ZAMAN, yang beliau tulis. Sejak saat itu saya sering sekali bertemu dengan beliau dan saya meminta agar beliau mau mengajarkan kepada saya mengenai Filsafat Sunda. Saat itulah saya panggil beliau sebagai guru.

    Dalam pandangan saya Mandalajati Niskala adalah ‘MANUSIA GLOBAL’ yang mengarahkan pandangannya bagi kepentingan Global.

    Saya sempat bertanya kepada beliau apakah beliau berminat menjadi pemimpin Sunda di masa datang?
    Jawaban beliau kurang lebih sebagai berikut:
    “Wallohi, saya bukan tipikal seseorang yang haus kekuasaan. Saya seseorang yang mengabdikan diri bagi kepentingan ilmu. Saya adalah seseorang yang sangat yakin bahwa suatu saat kebenaran akan muncul. Saya adalah seseorang yang mengagumi Para Rasul sebab dia adalah manusia istimewa dalam perlindungan Sang Pencipta. Saya juga sangat mengagumi Prabu Siliwangi, karena beliaupun sebagai manusia istiwewa. Prabu Siliwangi adalah ‘Sang Khalifah yang menguasai ilmu ‘Revolusi Atom’, ‘Transmutasi’, ‘Tapak Hyang’ dll. Itulah yang menyebabkan saya mengagumi beliau dan saya tidak berminat menjadi pemimpin apapun. Cukuplah saya memimpin diri saya sendiri dan beribadah membuka alam pikiran”.
    Kurang lebih seperti itu yang beliau kemukakan kepada saya.

    Ada dua kalimat yang membuat saya kaget karena beliau meminta pendapat kepada saya, tapi sebenarnya memberikan teka-teki yang sangat mencengangkan sbb:
    1)”BAGAIMANA PENDAPATMU JIKA SYEH SITI JENAR ADALAH PRABU SILIWANGI”?
    2)”JANGAN TERJEBAK UNTUK CEPAT MENJAWAB, LEBIH BAIK BERTAFAKUR. JIKA TELAH MENDAPATKAN HASIL TAFAKUR, LEBIH BAIK JANGAN RIBUT NANTI BISA TIMBUL FITNAH”.

    Kurang lebih dua tahun saya sendiri merasa kehilangan beliau dan sangat bergembira beliau mau secara langsung memberikan komentar di Blog Kopral Cepot ini.

    Saya sendiri tidak terlalu banyak mengenal beliau, tetapi sedikit saya bisa memberikan gambaran kondisi 2 tahun lalu sbb:
    Beliau tidak memiliki rumah, hanya memiliki 1 stel pakaian hitam-hitam yang dipakai tiap hari, terkadang dicuci setelah agak kering dipakai kembali.
    Usia beliau sekarang sekitar/maksimal 60th
    Tinggi badan sekitar 170cm
    Kulit Sawo Matang. Badan beliau nampak sangat sehat, kekar & tidak gemuk.
    Beliau pernah menjadi ketua DKM selama 10th.
    Beliau mengajarkan nilai kesatriaan dan sangat membenci anarkisme dalam bentuk apapun.
    Itu yang bisa saya sampaikan kepada Kopral Cepot dan MSF.
    Mohon maaf kepada Ki Guru saya menyampaikan gambaran tsb.

    Kopral Cepot, MSF gambaran Mandalajati Niskala sendiri tertuang dalam syair beliau yang berjudul Sahabat Alam sbb:

    SAHABAT ALAM
    Mandalajati Niskala, th 2000

    Penaku adalah akar-akar dari hutan yang terbakar.
    Penaku adalah jiwa, yang tintanya darah-darah dari hati yang suci mengalir.
    Penaku adalah filsafat dan ilmu, yang tintanya alam semesta global.

    Alam tak bertapal batas membentang DITERKAM DADA.
    Tebaran bintang berenang menantang untuk disapa.
    Bulan mengiringi satelit, dan bumi ini sangat kecil.
    Disana cakap, dusta dan pengkhianatan direka.
    Akalku dipaksa meninkari kebenaran.
    Tentu aku tak mau.
    Bahkan dari dulu aku tak setuju.
    Aku ini manusia di zaman batu.
    Buta kaidah-kaidah mufakat.
    Buta warta.
    Buta buku reka-reka.
    Tapi, mungkin saja ku dapat bongkar rahasia dalam rentang yang terlewat
    Dalam perjalanan masa yang panjang kedepan.
    Dan kunamakan diriku Pujangga Gelombang Baru.

    Lucu kiranya !
    Kabarku semacam pepohonan.
    Tanah-tanah pijakan yang menghampar.
    Api yang membakar tergenggam bumi.
    Air yang mengalir.
    Lautan lepas
    Angin semilir.
    Taufan yang menghempas menghujat.
    Gunung yang menjulang menghujam.
    Halilintar yang mengincar nyawa-nyawa.
    Gelombang lautan yang terbang menerkam,
    Semuaya menelan nafas-nafas daratan.
    Memberikan pelajaran pada berita dusta.

    Tanda-tanda alam memberi isyarat.
    Gempa dan gerhana meloncat-loncat.
    Khatulistiwa yang panas smakin membara.
    Kutub yang bersalju kehilangan beku.
    Nafas yang mendesah dalam tubuh-tubuh mahluk terantuk.
    Ruh yang menyatu memberilan sinyal.
    Jiwa yang terkontak dari zat yang berakal rusak kehilangan fitrah.
    Yang serakah dan mencengkram, tertera.
    Yang susah dan kelaparan tengadah pasrah, terasa.
    Yang tertekan dan bersabar.
    Yang teraniyaya dan ikhlas.
    Yang air matanya dapat mengundang kekuatan jagat.
    Mengng…getarkan dadaku sampai ke ujung maut.

    Alam ini tak akan kehabisan cerita bagi pujangga.
    Aku tumpahkan berita ini dalam karya.
    Aku ini sepertinya pujangga bebal.
    Mulutnya lancang.
    Nyelonong menerobos lorong kosong.
    Kosong dari sahabat pena dan canda-ria.
    Membingungkan.
    Aku atau siapa ?

    Biarlah mulut orang apa bicara.
    Mata biarlah merdeka menatap.
    Walau ternyata, nanar tak hilang jua.
    Telinga mengiang dari reka berita dusta.
    Aku tak tahu semua itu.

    Aku tahu bukan dari cara wajahku meraba.
    Semua punya detak-detak jiwa.
    Dia akan meloncat dari tubuhnya.
    Berita itu yang kugenggam.
    Jika aku tak mampu.
    Kumohon Tuhan menolongku.

    Penaku adalah cahaya dalam gelap gulita,
    yang tintanya gelombang jagat dari Sidratul Muntaha.
    Penaku adalah malam yang tenang,
    yang tintanya embun jatuh menyejukan rumput-rumput yang muram dan kusut.
    Penaku adalah telaga harapan,
    yang tintanya air yang bening bagi orang-orang yang bersuci.
    Penaku adalah udara segar,
    yang tintanya angin sepoy-sepoy basah bagi musyafir yang kelelahan.
    Penaku adalah jihad, yang tintanya darah-darah semerbak bergerak tenang.
    Penaku adalah do’a setajam pedang, yang berkelabat bagi para penghianat.
    Penaku adalah cita-citaku, dan Tuhan di ujung sana menatap rindu.

    Bandung,
    Mandalajati Niskala
    50 Puisi Filsafat Gelombang Baru
    __________________________

    Demikian gambaran Mandalajti Niskala, semoga memberikan manfaat bagi semua. Amin.

    1. Kopral Cepot berkata:

      Hatur nuhun ka Kang Sukana Muda nu tos masihan gambaran umum perkawis saha “Mandalajati Niskala”…

      Rohangan blog ieu janten rohangan terbuka kanggo pandangan sareng pemikiran nu nyandak kana kamashlahatan urang sadayana.

      Sekiranya berkenan untuk memberikan pandangan pemikiran yang lebih utuh dan komprehensip tentang SOENDA dari siapapun bil khusus dari Mandalajati Niskala bisa dikirim ke email : scepot@ymail.com untuk di publish di blog ini.

      Sakali deui hatur nuhun pisan.

  9. MSF berkata:

    Hatur nuhun ka Kang Sukana Muda nu tos masihan gambaran umum perkawis saha “Mandalajati Niskala”… (hasil kopas)
    dan

    Sampurasun
    yang menurut saya mungkin bersumber dari “ampura insun”
    dahulu sering diucapkan di istana Soenda.
    masuk ke bahasa berikutnya :menjadi “ampun”
    “Ampun patik
    Sembah patik harap diampun”.
    tepatnya bahasa koeno istana/kraton Malayu tempo doeloe.

    Senang saya ketemu sama muridnya bapak Mandalajati Niskala.
    (murid merupakan natijah dari wirid yang berterusan, katanya sih)
    lebih seneng lagi kalau bisa ketemu beliau langsung. (tamak eui)
    sayang belum sampai ketikanya.

    Meski pun begitu, jika tidak menjadi beban bagi anda;
    Tolong sampaikan salam saya kepada beliau.

    Salam kopral cepot
    yang berhasil menghadirkan beliau.

    .

  10. ada sesuatu yang baru dari bpk/ibu/sdr/sdri atau eyang/buyut/canggah atau apapun juga (kakek/nenek atau aki/nin) ” Mandalajati Niskala ” amat sangat ditunggu tulisan2nya / artikel2nya / wejangan2nya / nasehat2nya atau ” ajaran2nya ” , mempelajari hal yang baru dari beliaunya ( Mandalajati Niskala ) adalah ” menambah wawasan ” bagi diri saya yang ” fakir ” untuk study banding dari yang telah saya baca dan pelajari .

    untuk komentar beliau ( Mandalajati Niskala ) di blog sejarahnya bung kopral atau murid2nya ( mungkin ) telah saya ikuti dengan seksama . salam hormat saya bagi beliau ( Mandalajati Niskala ) dan yang paling penting adalah ” kita semuanya ( komunitas ” edan ” sejarah ) menunggu tulisan , artikel atau apapun dari aki/nin ( dlsbg.nya ) Mandalajati Niskala “……….. S A L A M …

    ( ingin belajar sejarah saja dan hanya ingin benar2 belajar sejarah yang benar ).

  11. Sukana Muda berkata:

    Teriring salam hormat untuk
    Kopral Cepot, MSF dan ra Wa LIang Mieng, demikian juga kepada Pak Jakob Sumardjo yang mengangkat tulisan Paham Kekuasaan Sunda, semoga tidak marah karena ruang komentarnya dipakai untuk mengomentari teman anda yang bernama Mandalajati Niskala.
    Saya menyaksikan Pak Jakob sangat akrab ngobrol dengan Mandalajati Niskala pada saat peluncuran buku Prabu Siliwang di GIM Bandung.

    Mungkin bukan hanya saya yang merasa kaget menyimak buah fikiran Mandalajati Niskala. Kita semua termasuk Kopral Cepot, MSF dan ra Wa LIang Mieng sama merasa aneh, karena beliau selalu menstimulasi kearah berfikir logis, original dan baharu menuju kebenaran hakekat.

    Selama satu tahun saya banyak mencatat hipotesa filsafat yang disampaikan Mandalajati Niskala, namun beliau melarang untuk mempublis sebab khawatir dapat menimbulkan polemik
    Saya sendiri bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kita diberikan kemampuan untuk mengapresiasi buah pikiran Mandalajati Niskala.

    Banyak kalangan menyebut MANDALAJATI NISKALA Seorang Filsuf Sunda Abad 21, ini disebabkan beredarnya tulisan yang diambil dari cuplikan buku
    “SANG PEMBAHARU DUNIA DI ABAD 21”.

    Saya sendiri menunggu terbitnya buku tersebut. Mungkin ada sesuatu pertimbangan sehingga buku tersebut sampai kini belum diluncurkan.

    Ini saya copykan salah satu cuplikan buku “SANG PEMBAHARU DUNIA DI ABAD 21” yang saya baca di internet.
    Mandalajati Niskala mengupas mengenai HAKEKAT DIRI sbb:
    ________________________________________________

    Salah seorang peneliti Sunda yang sedang menulis buku
    “SANG PEMBAHARU DUNIA DI ABAD 21, bertanya kepada Mandalajati Niskala:
    “Apa yang anda ketahui satu saja RAHASIA PENTING mengenai apa DIRI itu? Darimana dan mau kemana?

    Jawaban Mandalajati Niskala:
    “Saya katakan dengan sesungguhnya bahwa pertanyaan ini satu-satunya pertanyaan yang sangat penting dibanding dari ratusan pertanyaan yang anda lontarkan kepada saya selama anda menyusun buku ini.
    Memang pertanyaan ini sepertinya bukan pertanyaan yang istimewa karena kata “DIRI” bukan kata asing dan sering diucapkan, terlebih kita beranggapan diri dimiliki oleh setiap manusia, sehingga mudah dijawab terutama oleh para akhli.
    Kesimpulan para Akhli yang berstandar akademis mengatakan BAHWA DIRI ADALAH UNSUR DALAM DARI TUBUH MANUSIA.

    Pernyataan semacam ini hingga abad 21 tidak berubah dan tak ada yang sanggup menyangkalnya. Para Akademis Dunia Barat maupun Dunia Timur banyak mengeluarkan teori dan argumentasi bahwa diri adalah unsur dalam dari tubuh manusia. Argumentasi dan teori mereka bertebaran dalam ribuan buku tebal. Kesimpulan akademis telah melahirkan argumentasi Rasional yaitu argumentasi yang muncul berdasarkan “Nilai Rasio” atau nilai rata-rata pemahaman Dunia Pendidikan.

    Saya yakin Andapun sama punya jawaban rasional seperti di atas.
    Tentu anda akan kaget jika mendengar jawaban saya yang kebalikan dari teori mereka. Sebelum saya menjawab pertanyaan anda, saya ingin mengajak siapapun untuk menjadi cerdas dan itu dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana.

    Coba kita mulai belajar melacak dengan memunculkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kata DIRI, JIWA dan BADAN, agar kita dapat memahami apa DIRI itu sebenarnya.

    Beberapa contoh pertanyaan saya susun seperti hal dibawah ini:
    1)Apa bedanya antara MEMBERSIHKAN BADAN, MEMBERSIHKAN JIWA dan MEMBERSIHKAN DIRI?
    2)Apa bedanya KEKUATAN BADAN, KEKUATAN JIWA dan KEKUATAN DIRI?
    3)Kenapa ada istilah KESADARAN JIWA dan KESADARAN DIRI sedangkan istilah KESADARAN BADAN tidak ada?
    4)Kenapa ada istilah SEORANG DIRI tetapi tidak ada istilah SEORANG BADAN dan SEORANG JIWA?
    5)Kenapa ada istilah DIRI PRIBADI sedangkan istilah BADAN PRIBADI tidak ada, demikian pula istilah JIWA PRIBADI menjadi rancu?
    6)Kenapa ada istilah KETETAPAN DIRI dan KETETAPAN JIWA tetapi tidak ada istilah KETETAPAN BADAN?
    7)Kenapa ada istilah BERAT BADAN tetapi tidak ada istilah BERAT JIWA dan BERAT DIRI?
    8)Kenapa ada istilah BELA DIRI sedangkan istilah BELA JIWA dan BELA BADAN tidak ada?
    9)Kenapa ada istilah TAHU DIRI tetapi tidak ada istilah TAHU BADAN dan TAHU JIWA?
    10)Kenapa ada istilah JATI DIRI sedangkan istilah JATI BADAN dan JATI JIWA tidak ada?
    11)Apa bedanya antara kata BER~BADAN, BER~JIWA dan BER~DIRI?
    12)Kenapa ada istilah BER~DIRI DENGAN SEN~DIRI~NYA tetapi tidak ada istilah BER~BADAN DENGAN SE~BADAN~NYA dan BER~JIWA DENGAN SE~JIWA~NYA?
    13)Kenapa ada istilah ANGGOTA BADAN tetapi tidak ada istilah ANGGOTA JIWA dan ANGGOTA DIRI?

    Beribu pertanyaan seperti di atas bisa anda munculkan kemudian anda renungkan. Saya jamin anda akan menjadi faham dan cerdas dengan sendirinya, apalagi jika anda hubungkan dengan kata yang lainnya seperti; SUKMA, RAGA, HATI, PERASAAN, dsb.

    Kembali kepada pemahaman Akhli Filsafat, Ahli Budaya, Akhli Spiritual, Akhli Agama, Para Ulama, Para Kyai dan masyarakat umum BAHWA DIRI ADALAH UNSUR DALAM DARI TUBUH MANUSIA.

    Mulculnya pemahaman para akhli seperti ini dapat saya maklumi karena mereka semua adalah kaum akademis yang menggunakan standar kebenaran akademis.

    Saya berani mengetasnamakan Sunda, bahwa pemikiran di atas adalah SALAH.
    Dalam Filsafat Sunda yang saya gali, saya temukan kesimpulan yang berbeda dengan pemahaman umum dalam dunia ilmu pengetahuan.
    Setelah saya konfirmasi dengan cara tenggelam dalam “ALAM DIRI”, menemukan kesimpulan BAHWA DIRI ADALAH UNSUR LUAR DARI TUBUH MANUSIA.

    Pendapat saya yang bertentangan 180 Derajat ini, tentu menjadi sebuah resiko yang sangat berat karena harus bertubrukan dengan Pendapat Para Akhli di tataran akademik.

    Saya katakan dengan sadar ‘Demi Alloh. Demi Alloh. Demi Alloh’ saya bersaksi bahwa diri adalah UNSUR LUAR dari tubuh manusia yang masuk menyeruak, kemudian bersemayam di alam bawah sadar. ‘DIRI ADALAH ENERGI GAIB YANG TIDAK BISA TERPISAHKAN DENGAN SANG MAHA TUNGGAL’. ‘DIRI MENYERUAK KE TIAP TUBUH MANUSIA UNTUK DIKENALI SIAPA DIA SEBENARNYA’. ‘KETAHUILAH JIKA DIRI TELAH DIKENALI MAKA DIRI ITU DISERAHTERIKAN KEPADA KITA DAN HILANGLAH APA YANG DINAMAKAN ALAM BAWAH SADAR PADA SETIAP DIRI MANUSIA’.

    Perbedaan pandangan antara saya dengan seluruh para akhli di permukaan Bumi tentu akan dipandang SANGAT EKSTRIM. Ini sangat beresiko, karena akan menghancurkan teori ilmu pengetahuan mengenai KEBERADAAN DIRI.
    Aneh sekali bahwa yang lebih memahami mengenai diri adalah Dazal, namun sengaja diselewengkan oleh Dazal agar manusia sesat, kemudian Dazal menebarkan kesesatan tersebut pada dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan ‘DI UFUK BARAT’ maupun ‘DI UFUK TIMUR’.

    Sebenarnya sampai saat ini DAZAL SANGAT MEMAHAMI bahwa DIRI adalah unsur luar yang masuk menyeruak pada seluruh tubuh manusia. DIRI merupakan ENERGI KEMANUNGGALAN DARI TUHAN SANG MAHA TUNGGAL. Oleh karena pemahaman tersebut DAZAL MENJADI SANGAT MUDAH MENGAKSES ILMU PENGETAHUAN.

    Salah satu ilmu yang Dia pahami secara fasih adalah Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu. Ilmu ini dibongkar dan dipraktekan hingga dia menjadi SAKTI. Dengan kesaktiannya itu Dia menjadi manusia “Abadi” dan mampu melakukan apapun yang dia kehendaki dari dulu hingga kini.

    Dia merancang tafsir-tafsir ilmu dan menyusupkannya pada dunia pendidikan agar manusia tersesat. Dia tidak menginginkan manusia mamahami rahasia ini. Dazal dengan sangat hebatnya menyusun berbagai cerita kebohongan yang disusupkan pada Dunia Ilmu Pengetahuan, bahwa cerita Dazal yang paling hebat agar dapat bersembunyi dengan tenang, yaitu MENGHEMBUSKAN ISU bahwa Dazal akan muncul di akhir jaman, PADAHAL DIA TELAH EKSIS MENCENGKRAM DAN MERUSAK MANUSIA BERATUS-RATUS TAHUN LAMANYA HINGGA KINI.

    Ketahuilah bahwa Dazal bukan akan datang tapi Dazal akan berakhir, karena manusia saat ini ke depan akan banyak yang memahami bahwa DIRI merupakan unsur luar dari tubuh manusia YANG DATANG MERUPAKAN SIBGHOTALLOH DARI TUHAN SANG MAHA TUNGGAL.

    Sang Maha Tunggal keberadaannya lebih dekat dari pada urat leher siapapun, karena Sang Maha Tunggal MELIPUT SELURUH JAGAT RAYA dan kita semua berada TENGGELAM “Berenang-renang” DALAM LIPUTANNYA.
    Inilah Filsafat Sunda yang sangat menakjubkan.

    Perlu saya sampaikan agar kita memahami bahwa Sunda tidak bertubrukan dengan Islam, saya temukan beberapa Firman Allohurabbul’alamin dalam Al Qur’an yang bisa dijadikan pijakan untuk bertafakur, mudah-mudahan semua menjadi faham bahwa DIRI adalah “UNSUR KETUHANAN” yang masuk ke dalam tubuh manusia untuk dikenali dan diserah~terimakan dari Sang Maha Tunggal sebagai JATI DIRI, sbb:
    1)Bila hamba-hambaku bertanya tentang aku katakan aku lebih dekat (Al Baqarah 2:186)
    2)Lebih dekat aku daripada urat leher (Al Qaf 50:16)
    3)Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kami disegenap penjuru dan pada nafasmu sendiri (Fushshilat 41:53)
    4)Dzat Allah meliputi segala sesuatu (Fushshilat 41:54)
    5)Dia (Allah) Bersamamu dimanapun kamu berada (Al Hadid 57:4)
    6)Kami telah mengutus seorang utusan dalam nafasmu (AT-TAUBAH 9:128)
    7)Di dalam nafasmu apakah engkau tidak memperhatikan (Adzdzaariyaat 51:21)
    8)Tuhan menempatkan DIRI antara manusia dengan qolbunya (Al Anfaal 8:24)
    9)Aku menciptakan manusia dengan cara yang sempurna (At Tin 95:4)
    Jawaban mengenai APA DIRI ITU. DARIMANA & MAU KEMANA (Sangkan Paraning Dumadi), akan saya jelaskan secara rinci dan tuntas pada sebuah buku YANG JIKA SANG EMPUNYA MENGIJINKAN akan saya luncurkan di akhir 2012”.
    (dicopy dari: ahmadsamantho.wordpress.com)
    ____________________________________

    Maha Besar Tuhan yang telah membimbing Mandalajati Niskala kepada berfikir hakekat & semoga kitapun mendapat bimbingan Tuhan kepada berfikir hakekat. Amin.

    Demikian Kopral Cepot, MSF dan ra Wa LIang Mieng.
    Mohon maaf kepada Jakob Sumardjo dan ‘MN’ atas penjelasan saya ini.

    Terima kasih

    1. Ruhdiyat Ayyubi Ahmad berkata:

      Assalamu ‘alaykum wr.wb.
      “ISLAM” (Al-Quran) — sebagaimana yang difahami dan diamalkan oleh NABI BESAR MUHAMMAD SAW. — dan pemikiran serta pengamalan Orang “SUNDA” yang benar-benar “SUNDA” adalah bagaikan ‘KERIS MANJING WARANGKA”. Salam kenal dan persahabatan untuk semuanya, terutama “dulur sa-DIRI- “Mandalajati Niskala. Wassalam Ki Langlang Buana Kusuma.

  12. MSF berkata:

    Menarik disebabkan keluasan dan keterampilan penggunaan bahasa;
    BAHWA DIRI ADALAH UNSUR LUAR DARI TUBUH MANUSIA.
    BAHWA DIRI ADALAH UNSUR DALAM DARI TUBUH MANUSIA.
    Tapi, tidak menunjukan perbedaan
    hanya menunjukan arah di DALAM dan di LUAR. ATAS dan BAWAH.
    DEPAN dan BELAKANG

    DIRI merupakan ENERGI KEMANUNGGALAN DARI TUHAN SANG MAHA TUNGGAL.
    kalau benar begitu dan memang begitu
    Alangkah banyaknya orang yang telah merobah “energi” asal tersebut atau menyia-nyiakannya. (na’uzubillah)
    wassalam

  13. Sukana Muda berkata:

    MSF betul sekali.
    Memang rupanya bahasa menjadi kunci rahasia untuk membongkar segala ilmu pengetahuan, sebab SELURUH ILMU PENGETAHUAN DIANTARKAN OLEH BAHASA.

    Dalam banyak kesempatan ‘MN’ menjelaskan kepada siapapun bahwa BAHASA menempati runut fitrah ke 2 setelah SANG PENCIPTA, yaitu: TUHAN SANG MAHA PENCIPTA ~ KALAM ~ ALAM.

    Kalam akan berhubungan dgn BAHASA & MAKNANYA.
    Itulah yang menyebabkan Adam dapat menggungguli Para Malaikat dan Jin gara~gara ilmu bahasa.

    ‘MN’ sering mengungkapkan bahwa bahasa itu ‘unlimited’
    Sang Pencipta menyebutnya sebagai ‘ASMAAKULAHA’
    dalam filsafat Sunda disebut SASTRA JENDRA.
    BARANG SIAPA YANG MENGUASAI ILMU BAHASA DIA AKAN MAMAHAMI MAKNA & HAKEKAT SEGALA SESUATU. Seperti itu pandangan Mandalajati Niskala.

    Semoga ‘MN’ sudi memberi penjelasan kepada kita semua.

    Mohon maaf jika saya berlebihan.

    Terima kasih.

  14. saya ingin terus membaca dan mempelajarinya , untuk mendapatkan bukunya

    yang dicetak dalam jumlah terbatas bisa diperoleh dimana. mohon konfirmasinya.

  15. Mandalajati Niskala berkata:

    Ass~Sampurasun

    Salam hormat serta kemulyaan
    ditujukan kepada Kang Jakob Sumardjo, Kang Sukana, Den Kopral Cepot, MSF, ra Wa LIang Mieng, Dewi Carulang Wangi, Dewi Helmia & semuanya

    Betapa gembira saya bisa bersilaturrahmi walau hanya di dunia maya.
    Selayaknya saya bersyukur kepada Sang Maha Pencipta karena kini saudara saya semakin hari semakin bertambah.
    Semoga Sang Maha Pencipta membimbing langsung kepada hati kita semua untuk menemukan kebenaran yang telah ditetapkan~NYA.

    ‘BISA JADI’; kebenaran Sang Maha Pencipta menyeruak di lubuh hati siapapun, dan terkadang membuat bimbang karena kebenaran yang datang ‘SEPERTINYA’ bertentangan dengan keadaan normal serta pemahaman ril masa kini.

    ‘MUNGKIN’; kita harus diam tepekur dalam nafas mutmainah untuk mengkonfirmasi kembali kepada Sang Maha Pencipta sambil menanti argumentasi logis yang disodorkan melalui alam. Sehingga selanjutnya kebenaran yang hakiki tersebut memiliki argumentasi kuat dan tidak distigma sebagai fitnah yang menyesatkan.

    ‘SEPERTINYA’ menjadi tugas kita untuk menyusun argumentasi tsb sehingga kebenaran Sang Maha Pencipta yang bersifat fitrah dan hakiki, akan terpagari oleh argumentasi yang kokoh dan logis.

    ‘APAKAH’; prinsipnya siapapun ‘pada hakekatnya’ mendapat tugas ‘MENYUSUN JEMBATAN PEMAHAMAN’ menuju kebenaran Sang Maha Pencipta, agar manusia tidak lagi terbelenggu dalam memahami kebenaran?

    Dalam pandangan saya yang boleh tidak sama dengan yang lain, BAHWA KEBENARAN TIDAK MEMBUTUHKAN REFERENSI TEKSBOOK YANG CENDERUNG MEMENJARAKAN SESEORANG, SEBAB ALAM DENGAN KETENTUAN SANG MAHA PENCIPTA TELAH MENYAJIKAN ARGUMENTASI KEBENARAN YANG SANGAT LENGKAP DAN PERMANEN.

    Dalam hal ilmu dan hakekat kebenaran, siapapun layak saya hargai, kerena setiap orang memiliki kecerdasan menuju hakekat kebenaran, yang suatu saat dapat tereksplorasi.

    Mohon maaf, tidak layak saya menggurui siapapun, karena saya yakin setiap DIRI akan menjadi guru bagi PRIBADINYA, & itu lebih fitrah.

    Salam sejahtera bagi saudara semua teriring rasa syukur.
    Terima kasih.

    Cag Sun Wass~Sampurasun
    MANDALAJATI NISKALA CAKRA.

    Catatan:
    Mohon maaf buku Sang Pembaharu Dunia Di Abad 21,
    ditangguhkan peluncurannya menunggu saat yang tepat.

  16. Mandalajati Niskala berkata:

    Mohon maaf saya punya 2 email.
    Barusan salah menulis email sehingga logo Mandalajati Niskala ada 2.

  17. Mandalajati Niskala berkata:

    Kepada para sahabat:
    Kang Jakob Sumardjo, Kang Sukana, Den Kopral Cepot, MSF, ra Wa LIang Mieng, Dewi Carulang Wangi, Dewi Helmia & semuanya

    SELAMAT HARI RAYA KURBAN, teriring Takbir, Tahmid dan Tahlil dengan hati tulus mutmainah.
    Maha Suci Rabb Yang Maha Rahim

    Rasa tulus menuju kesempurnaan pribadi bisa jadi menorehkan kisah elegi yang dramatis.
    Ketika ayahanda Ibrahim mencucurkan air mata kesedihan mendengar ucapan dahsyat dari seorang anak saleh; Ismail dalam menghadapi ujian pengorbanan dan kepasrahan diri:
    “Wahai Ayahanda lakukan apa yang diperintahkan kepadamu. Insyaalloh Ayah akan mendapatkanku termasuk golongan orang yang sabar”.

    Hamba yang teramat mulia MENGHADAPI UJIAN KEPASRAHAN UNTUK TULUS BERKORBAN HINGGA TINGKAT KEMATIAN.

    Ismail menorehkan sejarah kemanusiaan yang indah untuk dikenang sepanjang masa.
    SEJARAH IDUL KURBAN YANG MENAKJUBKAN.

    Selamat Idul Qurban 1433 H.
    Mohon maaf lahir batin.

    Semoga peristiwa Ismail menjadi hikmah dan pelajaran bagi kita semua. Amin.

    Bandung, 25 Oktober 2012
    Mandalajati Niskala.

  18. Didi Wahyudi berkata:

    Subhanallah..

  19. Awong berkata:

    Sampurasun..?

    Bagja temenan abdi saupami tiasa tepang sareng Abah Cakra,

    kamana nya jalanna?

    Baktos,

  20. Rahmat Ali Ridho berkata:

    Assalamu’alaikum Rampes… SALAM BAKTOS TUR RAHAYU, BUAT ABAH CAKRA WALUYA WIRAPATI SURAMANGGALA (MANDALAJATI NISKALA), DAN SA-HU-DA-RA SEMUANYA. Al-hamdulillah saya bisa menyimak & mempelajarinya walau baru sedikit yg saya fahami. Terimakasih yg tak terkira sulit terucapkan rasanyapun tak mewakilinya, saya hanya bisa mengucap SUBHANALLOH YA ALLOH ENGKAU MAHA KAYA ATAS SEGALA PERBENDAHARAAN ILMU. WOW…!!! ”SUNDA WIWITAN” karna Rasa, Suka, Senang & takjub Bisa BERTEMU DENGAN SANG PEMBAHARU DUNIA ABAD 21 . (tdk mimpi). SALAM RAHAYU-RAHAYU-RAHAYU.

  21. esa berkata:

    Bagus sae eca artikelna, pokokna mah saha bae nu gaduh elmu luhur jeng sajabina tur wani ngalawan sagala rupi bntuk pnjajahan fisik n non fisik(ipoleksosbudhankamkum,dll) di seantero alam dunya nu dilalakonkeun ku bangsa2 bule jeung ‘inguan2na’,ku sim kuring aing abdi dukung, nu teu kitu eta musuh n ‘musuh’ nu mareuman ‘cahya sunda’. Di antosan deui artikel2 lianna nu sarae. Haturnuhan

  22. Knek berkata:

    Asalamualaikum.. Mantep euy.. Tentrem kana ati.. Tp praktekna pohara pisan kawalahanana.. 🙂

Tinggalkan Komentar