NEGARA ISLAM ; PENELUSURAN ISTILAH

Kata “Negara” –sama dengan “staat” dalam bahasa Jerman atau “state” dalam bahasa Inggris – mempunyai dua arti. Pertama,bulan-bintang1 negara adalah masyarakat atau wilayah yang mempunyai kesatuan politis. Kedua, negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah itu. Sementara itu dalam ilmu politik, istilah “negara” adalah agency (alat) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dan dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.

Dari beberapa pengertian, ringkasnya negara adalah suatu wilayah yang terdiri dari penduduk yang diperintah untuk mencapai satu kedaulatan.

Dalam khazanah kajian Islam, istilah negara bisa bermakna daulah, khilafah, hukumah, imamah dan kesultanan.

1. Daulah

Istilah daulah berasal dari bahasa Arab dari asal kata; dala – yadulu – daulah = bergilir, beredar, dan berputar. Kata ini dapat diartikan kelompok sosial yang menetap pada suatu wilayah tertentu dan terorganisir oleh suatu pemerintahan yang mengatur kepentingan dan kemashlahatan.

Menurut sejarah, istilah ini pertama kali digunakan dalam politik Islam ketika kekhalifahan dinasti ‘Abbasiyyah meraih tampuk kekuasaan pada pertengahan abad ke delapan. Pada masa tersebut, kata daulat diartikan dengan kemenangan, giliran untuk meneruskan kekuasaan dan dinasti. Atau jika sebelum masa ‘Abbasiyyah pernah ada daulah Umayyah atau “giliran keluarga Umayyah” maka selanjutnya adalah “giliran keluarga Bani Abbas” (daulah Abbasiyah).

M.Dien Syamsudin menyebutkan bahwa berpangkal pada penisbatan dengan kekuasaan ‘Abbasiyyah serta kemudian Ustmaniyyah, maka kata daulah mengalami transformasi makna menjadi “negara” atau “kekuasaan negara”. Sehingga, tegas Syamsuddin untuk menunjukan konsep negara atau negara-bangsa, pemikiran politik Islam mengajukan kata daulah, seperti terdapat dalam istilah din wa daulah untuk “ agama dan negara”.

2. Khilafah

Istilah Khilafah mengandung arti “perwakilan”, “pergantian”, atau “jabatan Khalifah”. Istilah ini berasal dari kata Arab “Khalf” yang berarti “wakil”, “pengganti”, “penguasa”.

Dalam sejarah Islam, istilah ini pertama kali digunakan ketika Abu Bakar menjadi khalifah pertama setelah Nabi Muhammad. Dalam pidato inagurasinya Abu Bakar menyebut dirinya sebagai “Khalifah Rasul Allah” dalam pengertian “pengganti Rasulullah”. Karena itu istilah ini, sangat erat kaitannya dengan tugas-tugas kenabian yaitu meneruskan misi-misi Rasul.

3. Hukumah

Adapun istilah hukumah bermakna “pemerintahan”. Dalam bahasa persia dibaca dengan sebutan hukumet. Istilah ini tidak sama dengan istilah “daulah”. Selain itu, hukumah juga berbeda dengan konsep khilafah dan imamah. Sebab kedua konsep ini lebih berhubungan dengan format politik dan kekuasaan, sedangkan hukumah lebih berhubungan dengan sistem pemerintahan.

Menurut Said Agil, konsep negara seperti hakimiyah merupakan produk dari pemahaman yang sangat harfiah terhadap al-Qur’an. Konsepsi tersebut menuntut adanya suatu pemerintahan Ilahi, yang dalam format kelembagaan negara akan berbentuk negara teokrasi.

4. Imamah

Di samping istilah di atas, term Imamah juga sering dipergunakan dalam menyebutkan negara dalam kajian keislaman. Pada dasarnya, teori imamah lebih banyak dikembangkan di lingkungan Syi’ah, ketimbang di lingkungan Sunni. Imamah berarti pemimpin religio-politik (religious-political leaderships) seluruh komunitas muslim, dengan tugas yang telah diembankan Allah kepadanya, yaitu memimpin komunitas tersebut untuk memenuhi perintah-perintah-Nya.

5. Kesultanan

Adapun istilah kesultanan dapat diartikan “wewenang”, “kekuasaan” “pengatur” atau “pemerintahan”. Di Indonesia, istilah ini lazim digunakan oleh raja Islam yang memerintah di Nusantara. Ketika seorang raja di nobatkan menjadi pimpinan kerajaan Islam, maka laqab sultan dipakai belakangan namanya. Gelar sultan mirip dipakai oleh nam-nama penguasa Dinasti Ayyub yang berjaya di Timur Tengah sepanjang abad XII.

Dari uraian di atas, tampak bahwa istilah negara dalam Islam memiliki beragam corak. Menurut sejarah, hampir semua istilah tersebut pernah dipraktekan oleh umat Islam. Karena itu, asumsi yang mengatakan tidak ada “Negara Islam” tampaknya perlu dipertanyakan.

4 Komentar

  1. Usup Supriyadi berkata:

    aneh juga kalau ada orang Islam mengatakan bahwa Islam tidak mengenal istilah “negara”. Kalau tidak salah ada buku dari beberapa dosen UIN yang menyatakan hal senada, bahwa Negara Islam itu tidak ada, atau bahkan hanya ilusi belaka.

    Wah, wah, wah.

  2. Jgn menyerang orang karena iri ; dengki agar relasi dan rejeki terus bersemi dalam hidup ini.

  3. RIRI NOVIANTI berkata:

    Stop crying because of your past failures The continuous sadness of the failures in the past will only make you miserable

Tinggalkan Komentar