Dagelan Penggerebegan Teroris

Ada banyak kejanggalan dalam operasi penggerebegan teroris di Solo hari ini. Ada apa sebenarnya?

Beberapa hari terakhir masyarakat kembali dikejutkan oleh operasi penangkapan dan penembakan teroris. Pekan lalu, belasan orang ditangkap di kawasan Pejaten, yang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari markas Badan Intelijen Negara (BIN). Rabu siang lalu (12/5) sekelompok orang ditangkap di Cikampek, Jawa Barat, dan menewaskan dua orang di antara mereka. Beberapa jam kemudian, tiga tersangka teroris juga diterjang timah panas polisi dan tewas saat turun dari taksi di keramaian jalan Sutoyo Siswomihardjo, kawasan Cililitan, Jakarta Selatan.

Lewat corong media massa, polisi mengatakan bahwa mereka adalah tersangka teroris. Awalnya polisi baru mengatakan bahwa mereka terlibat dalam kasus teroris Aceh yang ditangkap dan didor dua bulan lalu. Belakangan, polisi mengatakan bahwa mereka juga terlibat kasus bom Marriott dan bom Kedubes Australia. Bahkan kabarnya salah seorang tersangka yang ditembak polisi adalah Umar Patek, salah satu pelaku Bom Bali I, yang sempat diberitakan tewas di Filipina.

Hari ini, Kamis (13/5) polisi ternyata sudah langsung bergerak ke Solo, termasuk komandan lapangan Densus 88 Kombes Muhammad Syafei yang sampai kemarin sore masih berada di Cikampek. Sang Kombes juga sempat memberikan clue kepada tim liputan kami bahwa, “Akan ada gunung meletus di Solo.” Di Solo polisi ternyata menangkap tiga orang tersangka, entah di mana ditangkapnya, kemudian menyerbu sebuah rumah bengkel. Di tempat inilah polisi menemukan sepucuk M-16, pistol, peluru, dan buku-buku jihad (!)… Hmmm… Sigap nian polisi kita.

Namun ada yang menarik dalam penggerebegan teroris di Solo kali ini. Sebab, sebelum penggerebegan itu, polisi sempat menggelar brieffing terlebih dahulu dan persiapan-persiapan seperlunya di sebuah rumah makan. Di tempat itu pula –di pinggir jalan— mereka baru memakai rompi anti peluru setelah melempar-lemparkannya sebentar di antara mereka, memasang sabuk, penutup kepala, senjata api dan persiapan-persiapan lain. Beberapa warga yang melintas sempat menonton mereka show of force, dan terkagum-kagum heran melihat semua persiapan itu. “Wah, iki Densus 88 yo, Mas, edan tenan…,” kata seorang warga.

Acara persiapan pra penyerbuan yang sangat terbuka seperti ini tentu saja jarang terlihat pada penggerebegan sebelumnya. Pada penyerbuan-penyerbuan sebelumnya, biasanya polisi sudah memakai pakaian tempur lengkap dan masuk ke lokasi di malam hari atau pagi buta. Sementara pada acara persiapan tadi pagi, matahari sudah mulai hangat di tengkuk. Saat itu sebenarnya beberapa wartawan cetak dan elektronik sudah mulai berdatangan ke rumah makan itu. Sayang mereka tidak berani mengambil momentum bersejarah ini…

Nah, setelah semua anggota lapangan memakai peralatan rapi, mereka lalu masuk ke mobil dan langsung bergerak. Hanya bergerak sebentar tiba-tiba mobil-mobil Densus 88 itu berhenti. Para anggota lapangan pun bergerak mengepung sekitar lokasi dan kemudian memasuki rumah yang dipakai menjadi bengkel itu. Para wartawan yang mengikuti mereka sampai tergopoh-gopoh karena terkejut. Mereka tidak mengira rumah sasaran sedekat itu. Tahukah anda, berapa jaraknya dari rumah makan tadi? Hanya 200 meter, dan terlihat jelas dari restoran tadi!!

Maka drama penggerebegan yang tidak lucu itu pun terjadi. Para wartawan bisa mendekat ke TKP bahkan sampai ke pintu rumah bengkel tadi. Para anggota Densus 88 itu pun bisa diambil gambarnya dalam jarak dekat. Mereka sama-sekali tidak berusaha menghalangi atau melarang, mereka juga tidak mengusir para wartawan. Para petugas membiarkan para cameraman televisi mengambil gambar hingga di pintu rumah itu, dan bisa mengambil gambar ketika anggota densus 88 berada di salah satu ruangan.

Dalam rekaman para cameraman televisi, Lazuardi reporter/cameraman Metro TV dan Ecep S Yasa, dari TV-One tampak diberi privilege untuk mengambil gambar terlebih dahulu dari wartawan lain. Meskipun demikian mereka juga sempat disuruh keluar terlebih dahulu, “Nanti dulu-nanti dulu, belum siap,” kata seorang anggota Densus 88. Para wartawan sempat bertanya-tanya, apanya yang belum siap. Namun ketika boleh masuk, para wartawan melihat bahwa barang bukti sudah tersusun rapi di lantai.

Yang sangat menarik, bagi wartawan yang sudah biasa meliput penangkapan teroris, tampak jelas dari bahasa tubuh mereka, bahwa para anggota Densus 88 itu tidak menunjukkan tanda-tanda stres yang menyebabkan adrenalin melonjak. Mereka tampak lebih santai dari pada ketika mereka menggerebeg tersangka teroris sebelumnya. Bahkan mereka menunjukkan kegembiraan yang janggal ketika saling mengacungkan jempol, tos dan sebagainya, setelah operasi dinyatakan berhasil.

Perilaku yang aneh juga tampak ketika para perwira Densus 88 termasuk komandan lapangan mereka, Kombes Muhammad Syafei datang ke rumah bengkel itu dan mau diambil gambarnya oleh para wartawan, bahkan dalam posisi close-up. Padahal selama ini dia dikenal paling alergi dengan kamera wartawan. Tak segan-segan ia menyuruh wartawan mematikan camera atau menghapus gambar yang ada dirinya.

Kejanggalan pun semakin lengkap ketika beberapa warga mengakui bahwa sebenarnya sehari sebelumnya rumah bengkel itu sudah didatangi sejumlah orang bertampang tegap, yang menurut warga adalah polisi…. “Ya mirip mereka-mereka itu, mas…,” kata mereka.

Lalu, apa artinya semua ini?

Sumber : Catatan Pak Hanibal Wijayanta (Executive Producer AnTV)

Salah seorang yang diduga teroris dikeluarkan dari mobil untuk dipindahkan ke dalam pesawat dengan wajah ditutupi kain hitam. ketiga tersangka ini diterbangkan dari Lanud Adi Sumarmo, Solo.

Salah seorang yang diduga teroris dinaikkan ke dalam pesawat untuk dibawa ke Jakarta. 3 Tersangka ini adalah Joko Purwanto, Hamid Agung Wibowo dan Erwin Suratman.

Sumber foto : detikFoto.

26 Komentar

  1. Sangmane berkata:

    memang ada banyak sekali dagelan di negara ini gan …

    dagelan paling banyak tentunya diperagakan oleh POLRI …
    yang notabene adalah aparat penegak keadilan di negeri ini.

    POLISI menahan Susno karena merusak institusi.
    Siapa yang benar Susno atau KAPOLRI ?
    Kalo Susno benar : berarti bener2 POLISI adalah MAFIA HUKUM.
    Kalo Susno salah, KAPOLRI benar, ternyata SUSNO adalah MAFIA HUKUM. SUSNO adalah POLISI jadi tetap saja POLISI adalah MAFIA HUKUM.

    wakakaka … dagelan ala POLISI Indonesia benar2 menggelikan

  2. Kakaakin berkata:

    Rekayasa apalagi ini???

    1. agus berkata:

      moga-moga teroris membunuh keluargamu, sdh nyata2 terjadi saling tembak menembak yg mengakibtkan keduah belah pihak meninggal masih juga dibilang rekayasa , apa sih maunya masyarakat ????

  3. alamendah berkata:

    (maaf) izin mengamankan KETIGA dulu. Boleh kan?!
    Akang yang satu ini hebat pisan. Selalu aja tau yang beginian. Saya sendiri malah gak begitu paham karena ada kesibukan pekerjaan hingga kurang memperhatikan berita tersebut secara detail

    ———————-
    Kopral Cepot : Masaahnyah mas alam terlalu tekun ngurusin “hewan langka” … klo sy senengnyah berita aneh dan langka 😉

  4. Just Revolution berkata:

    Densus 88 dan SATPOL PP = state terror

  5. Syukur aja mas Densus 88 masih punya musuh yaitu teroris atau yang dianggap teroris (lha ..katanya negara hukum, orang bersalah katanya setelah selesai pengadilan, seharusnya di sidang dulu baru ditembak.. kan begitu ya ?) .. au ah gelap.. kang cepot, aya aya wae yah.. Sebagus apapun dagelannya, yang penting aman, aman ke warnet, aman ke toko buku, aman selingkuhan, dan aman-aman lainnya 🙂 wakakaka

  6. lukman berkata:

    salam kenal,
    info nih ada kontes berhadiah samsung corby dan ipod shuffle di gugling.com

  7. Abdul Aziz berkata:

    Saya setuju sekali dengan Din Syamsuddin bahwa ini semua bukan prestasi Polri. Dari awal pembentukan densus ini kejanggalan sudah terasa betul . Densus 88 ini dibentuk atas desakan, biaya, dan pelatihan AS dan nama 88 itu diambil dari jumlah orang Australia yang mati akibat bom Bali.

    Tidak ada hukum yang membolehkan membunuh seseorang sejahat apa pun dengan semena-mena seperti yang dilakukan Polri itu. Jadi ada benarnya kalau banyak orang yang menyebutnya sama seperti Petrus dulu.

    Terima kasih Kang, infonya menarik sekali.
    Salam

    ———————–
    Kopral Cepot : Hatur tararengkyu dan tetap semangat 😉

    1. Usup Supriyadi berkata:

      Sebelumnya saya haturkan permohonan maaf kepada semuanya, karena dengan ini saya batalkan de Go Blog Competition 2010, dan sebagai gantinya Menulis Puisi “Kepada Usup Supriyadi”

      ***

      ya, memang sudah pantas di bubarkan tuh densus 88, kayak satpol pp juga tuuh kelakuannya .p

      —————————-
      Kopral Cepot : Euleuh-euleuh belum aja rampung idenyah … musti nulis puisi buat mang usup 😆 … kita coba ntar yah
      hatur tararengkyu dan tetep semangat 😉

  8. Rey berkata:

    Dasar!!! Maling teriak maling…BEUUUHH

  9. sedjatee berkata:

    tulisan yang khas kang Cepot..
    selalu menemukan sisi tak lazim dari suatu peristiwa..
    tetap semangat Kang
    menguak kebenaran, menuliskan kejujuran..
    salam sukses…

    sedj

    ——————–
    Kopral Cepot : Hatur tararengkyu dan tetep semanget 😉

  10. majorprad berkata:

    hihihi… mau ngalahin reting ovj kaleeee….
    demi century, jiwa raga kami… 😀

  11. wardoyo berkata:

    Mantap. Selalu tangkas menyambar berita nyeleneh dan berpotensi merusak sejarah kejujuran bangsa.
    Bukan main. Saluut….

  12. matmund berkata:

    Mengungkap yang tersembunyi dan mengungkapkan apa yang disembunyikan……………..
    Musti gitu lw nulis sejarah katanya………….
    hhahahahahah…..
    piss 🙂

  13. BaNi MusTajaB berkata:

    Saya menghaturkan rasa belasungkawa sedalam-dalamnya kepada para keluarga korban dalam tragedi penggerebekan teroris tersebut.

  14. itempoeti berkata:

    tebukti “dagelan” ini ternyata mampu menutup pemberitaan tentang penangkapan susno duaji…

    memang dagelan banget… 😀

  15. Nunu berkata:

    Dunia ini penuh sandiwara … ceritanya mudah berubah
    ada peran wajar dan ada peran ber pura-pura
    (*kok malah nyani ya)

  16. sikapsamin berkata:

    Kasihaaan….,

    Grup-grup lawak pada gulung tikar

    1. kopral cepot berkata:

      Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie siap mendorong kenaikan anggaran Densus 88 Anti-teror dalam RAPBN 2011 dari Rp 9 miliar per tahun (usulan pemerintah), menjadi Rp 60 miliar per tahun. Alasannya, keamanan nasional adalah hal yang sangat strategis sehingga tidak boleh terkendala masalah dana.

      Source: http://arrahmah.com/index.php/news/read/9407/pks-dukung-kenaikan-anggaran-densus-88#ixzz11YdKDf00

      bersiaplah dengan dagelan super heboh untuk realisasikan anggaran 60 M 😦

  17. lucu – aneh – na’if , konon waktu aburizal bakrie waktu menjadi menko perekonomianya kabinet sby yang pertama (kib I) tidak mau lagi menjadi bagianya oleh karena fokus pada bisnis pekerja’an utamanya dan lebih mengutamakan kegiatan sosial -misal santunan amal dlsbg.nya. tetapi sekarang malah menggila lagi maju sebagai calon presidenya partai golkar (sebagai ketua umum secara otomatis) – yang kedua menaikkan anggaran densus 88 anti teror menjadi Rp 60 milyar (dari Rp 9 milyar) , benar yang ronggowarsito (wali ALLAH dari pantai selatan dan seorang pujangga besar CTT : MOHON BUNG KOPRAL , RONGGOWARSITO MENJADI SUATU KAJIAN ARTIKEL – terimakasih)

    mengatakan ” suatu sa’at akan menemui zaman ……..dlsbg.nya dst.nya) . bisa jadi inilah zaman era yang dimaksud beliau ronggowarsito , yaa zaman era sekarang ini . ingat menaikkan anggaran bisa syah2 saja tetapi juga harus ingat itu uang rakyat dan bukan uang milik satu golongan mas. yang ketiga ada suatu phenomena yang sa’at ini terjadi timbulnya huru-hara (selain dari pada pengaruh global) kekecewa’an yang melanda sebagaian ummat muslim karena merasa belum tersalurkan aspirasinya sehingga saluran2 buntu yang banyak berkeliaran dan ditemuinya , sehingga timbullah huru-hara itu tadi dan kekecewa’an yang tidak tersalurkan hanya boleh (syah) dengan PIAGAM JAKARTA !!!!

    ( salam hormat bung kopral dari saya Q -ta Hyppocrates ).

  18. saking banyaknya ( tak terhingga jumlahnya ) melebihi dari jumlah bintang2 dilangit ( mungkin dan bisa jadi ) , KOLABURATOR banyak bekeliaran dinegeri ini tempat yang kita tinggali. ajaibnya jumlah yang sedemikian besar jatuhnya pada leader2 ketua sehingga tidak aneh lagi massa mengambang ( floating mass ) muncul sebagai golongan kelompok mayoritas. sehingga istilah mayoritas tunggal pada era zaman orde – baru dimana hm soeharto bisa memanfa’atkanya disamping beliaunya juga menciptakan juga apa yang namanya floating mass atau masa mengambang.

    keuntungan untuk memanfa’atkan floating mass atau massa mengambang ini juga sudah jelas2 menguntungkan bagi yang berkuasa. ringkasnya kolaburator lebih membahayakan bagi KELANGSUNGAN PENDIDIKAN POLITIK dari negeri ini ( yang kita tempat tinggali ) apalagi seorang kolaburator itu figur dari seorang …………..( MALU RASA HATI INI UNTUK MENGUTARAKANYA )………. salam …( hanya seuntai komentar untuk menanggapi tanggapan sebelumnya )…….sekali lagi ….. salam ………

Tinggalkan Balasan ke sikapsamin Batalkan balasan