Riwayat Perjuangan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’

Oleh: Drs. KH. Achmad Masduqi

Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ Lahir

Setelah kaum Wahabi melalui pemberontakan yang mereka lakukan pada tahun 1925 berhasil menguasai seluruh daerah Hejaz, maka mereka mengubah nama negeri Hejaz dengan nama Saudi Arabia. Dengan dukungan sepenuhnya dari raja mereka yang pertama, Ibnu Sa’ud, mereka mengadakan perombakan-perombakan secara radikal terhadap tata cara kehidupan masyarakat. Tata kehidupan keagamaan, mereka sesuaikan dengan tata cara yang dianut oleh golongan Wahabi, yang antara lain adalah ingin melenyapkan semua batu nisan kuburan dan meratakannya dengan tanah.

Keadaan tersebut sangat memprihatinkan bangsa Indonesia yang banyak bermukim di negeri Hejaz, yang menganut paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,dengan memilih salah satu dari empat madzhab. Mereka sangat terkekang dan tidak mempunyai kebebasan lagi dalam menjalankan ibadah sesuai dengan paham yang mereka anut. Hal ini dianggap oleh bangsa Indonesia sebagai suatu persoalan yang besar.

Persoalan tersebut oleh bangsa Indonesia tidak dianggap sebagai persoalan nasional bangsa Arab saja, melainkan dianggap sebagai persoalan internasional, karena menyangkut kepentingan ummat Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu, para tokoh ulama di Jawa Timur menganggap penting untuk membahas persoalan tersebut. Dipelopori oleh alm. KH. Abdul Wahab Hasbullah dan almarhum hadlratus syaikh KH. Hasyim Asy’ari, diadakanlah pertemuan di langgar H. Musa Kertopaten Surabaya. Pada pertemuan tersebut dilahirkan satu organisasi yang diberi nama Comite Hejaz, yang anggotanya terdiri dari para tokoh tua dan para tokoh muda.

Semula Comite Hejaz bermaksud akan mengirimkan utusan ke tanah Hejaz untuk menghadap raja Ibnu Sa’ud. Akan tetapi oleh karena satu dan lain hal pengiriman utusan ditangguhkan, dan sebagai gantinya hanya mengirimkan telegram kepada raja Ibnu Sa’ud.

NUPada tanggal 31 Januari 1926 M. atau 16 Rajab 1345 H, hari Kamis, di lawang Agung Ampel Surabaya, diadakan pertemuan yang disponsori oleh Comite Hejaz sebagai realisasi dari gagasan yang timbul pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, lahirlah organisasi baru yang diberi nama “JAM’IYYAH NAHDLATUL ULAMA” dengan susunan pengurus HB (Hoof Bestuur) sebagai berikut:

    Ra’is Akbar : Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari
    Wakil Ra’is : KH. Said bin Shalih
    Katib Awwal : KH. Abdul Wahab Hasbullah
    Katib Tsani : Mas H. Alwi Abdul Aziz

Kehadiran Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ dimaksudkan sebagai suatu organisasi yang dapat mempertahankan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dari segala macam intervensi (serangan) golongan-golongan Islam di luar Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Indonesia pada khususnya dan di seluruh dunia pada umumnya; dan bukan hanya sekedar untuk menghadapi golongan Wahabi saja sebagaimana Comite Hejaz. Disamping itu juga dimaksudkan sebaga organisasi yang mampu memberikan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang diberikan oleh Pemerintah Penjajah Belanda kepada ummat Islam di Indonesia.

1926-1929

Setelah Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ lahir pada tanggal 31 Januari 1926 M, maka Comite Hejaz dibubarkan. Sedangkan semua tugas Comite Hejaz yang belum dilaksanakan, dilimpahkan seluruhnya kepada Jam’iyyah NU. Alhamdulillah, meskipun Jam’iyyah NU baru saja lahir, ternyata telah mampu melaksanakan tugas-tugas yang berat; baik tugas yang dilimpahkan oleh Comite Hejaz, maupun tugas yang diharapkan oleh ummat Islam kepadanya. Tugas-tugas tersebut antara lain:

  • Pada bulan Februari 1926 M. setelah berhasil menyelenggarakan kongres Al Islam di Bandung yang dihadiri oleh tokoh-tokoh organisasi Islam selain NU, seperti: PSII, Muhammadiyah dan lain-lainnya. Diantara keputusan kongres tersebut adalah mengirimkan dua orang utusan, yaitu: H.Umar Said Tjokroaminoto dari PSII dan KH. Mas Mansur dari Muhammadiyah, ke Muktamar Alam Islam yang diselenggarakan oleh raja Ibnu Saud (raja Saudi Arabia) di Makkah. Disamping itu, Jam’iyyah NU juga mengirimkan utusan yang khusus membawa amanat NU, yaitu: KH. Abdul Wahab Hasbullah dan KH. Ahmad Ghonaim Al Misri. Alhamdulillah kedua utusan ini berhasil dengan baik. Kedua beliau ini pulang dengan membawa surat dari raja Sa’ud ke Indonesia tertanggal 28 Dzul Hijjah 1347 H./ 13 Juni 1928 M., nomor: 2082, yang isinya antara lain menyatakan bahwa raja Ibnu Sa’ud menjanjikan akan membuat satu ketetapan yang menjamin setiap ummat Islam untuk menjalankan Agama Islam menurut paham yang dianutnya.
  • Sesuai dengan yang diharapkan oleh bangsa Indonesia, maka sejak lahir, Jam’iyyah NU telah berani memberikan reaksi secara aktif terhadap rencana pemerintah Penjajah Belanda mengenai:
    1. Ordonansi Perkawinan atau Undang-Undang Perkawinan, yang isinya mengkombinasikan hukum-hukum Islam dengan hukum-hukum yang dibawa Belanda dari Eropa.
    2. Pelimpahan pembagian waris ke Pengadilan Negeri (Nationale Raad) dengan menggunakan ketentuan hukum di luar Islam.
    3. Persoalan pajak rodi, yaitu pajak yang dikenakan kepada warga negara Indonesia yang bermukim di luar negeri.
    4. Dan lain-lainnya.

    Walhasil, meskipun NU tidak pernah menyatakan sebagai Partai Politik, namun yang ditangani adalah soal-soal politik.

    1929-1942

    Pada tanggal 5 September 1929 Jam’iyyah NU mengajukan Anggaran Dasar (Statuten) dan Anggaran Rumah Tangga (Huishoudelijk Reglemen) yang telah disusun kepada Pemerintah Hindia Belanda. Dan pada tanggal 6 Februari 1930 mendapat pengesahan dari Pemerintah Hindia Belanda sebagai organisasi resmi dengan nama: “PERKUMPULAN NAHDLATUL ULAMA” untuk jangka waktu 29 tahun terhitung sejak berdiri, yaitu: 31 Januari 1926.

    Hoofbestuur (Pengurus Besar) Nahdlatul Ulama’ juga berusaha membuat lambang NU dengan jalan meminta kepada para Kyai untuk melakukan istikharah. Dan ternyata Almarhum KH. Ridlwan Abdullah, Bubutan Surabaya berhasil. Dalam mimpi, beliau melihat gambar lambang itu secara lengkap seperti lambang yang sekarang; tanpa mengetahui makna simbol-simbol yang terdapat dalam lambang tersebut satu-persatu.

    Setelah berdiri secara resmi, Nahdlatul Ulama’ mendapat sambutan dari seluruh masyarakat Indonesia yang sebagian besar berhaluan salah satu dari madzhab empat. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat, 4 sampai 5 bulan, sudah terbentuk 35 cabang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yang antara lain:

  • Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ dipimpin oleh para ulama’ yang menjadi guru dari para kyai yang tersebar di seluruh Nusantara, khususnya Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.
  • Kesadaran ummat Islam Indonesia akan keperluan organisasi Islam sebagai tempat menyalurkan aspirasi dan sebagai kekuatan sosial yang tangguh dalam menghadapi tantangan dari luar.
  • Sebagai organisasi sosial yang harus menangani semua kepentingan masyarakat, Nahdlatul Ulama’ memandang sangat perlu untuk membentuk kader-kader yang terdiri dari generasi muda yang sanggup melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambil oleh NU. Untuk itu, pada tanggal 12 Februari 1938, atas prakarsa KH. Abdul Wahid Hasyim selaku konsul Jawa Timur, diselenggarakan konferensi Daerah Jawa Timur yang menelorkan keputusan untuk menyelenggarakan pendidikan formal, yaitu mendirikan madrasah-madrasah, disamping sistem pendidikan pondok pesantren. Madrasah-madrasah yang didirikan itu terdiri dari dua macam, yaitu:

    * Madrasah Umum, yang terdiri dari:

      o Madrasah Awwaliyah, dengan masa belajar 2 tahun.
      o Madrasah Ibtidaiyyah, dengan masa belajar 3 tahun.
      o Madrasah Tsanawiyyah, dengan masa belajar 3 tahun.
      o Madrasah Mu’allimin Wustha, dengan masa belajar 2 tahun.
      o Madrasah Mu’allimin ‘Ulya, dengan masa belajar 3 tahun.

    * Madrasah Kejuruan (Ikhtishashiyyah), yang terdiri dari:

      o Madrasah Qudlat (Hukum).
      o Madrasah Tijarah (Dagang).
      o Madrasah Nijarah (Pertukangan).
      o Madrasah Zira’ah (Pertanian).
      o Madrasah Fuqara’ (untuk orang-orang fakir).
      o Madrasah Khusus.

    Kelahiran Al Majlis Al Islamiy Al A’la (MIAI)

    Pada masa penjajahan Belanda, ummat Islam Indonesia selalu mendapat tekanan-tekanan dari pemerintah penjajah Belanda, disamping penghinaan-penghinaan yang dilakukan oleh golongan di luar Islam kepada agama Islam, Al Qur’an dan Nabi Besar Muhammad saw.. Untuk menghadapi hal tersebut, maka Nahdlatul Ulama’ memandang perlu untuk mempersatukan seluruh potensi ummat Islam di Indonesia.

    Pada tahun 1937 Nahdlatul Ulama’ telah memelopori persatuan ummat Islam di seluruh Indonesia dengan membidani kelahiran dari Al Majlis al Islamiy al A’la Indonesia (MIAI), dengan susunan dewan sebagai berikut:
    Ketua Dewan : KH. Abdul Wahid Hasyim, dari NU
    Wakil Ketua Dewan : W. Wondoamiseno, dari PSII
    Sekretaris (ketua) : H. Fakih Usman, dari Muhammadiyah
    Penulis : S.A. Bahresy, dari PAI
    Bendahara : 1. S. Umar Hubeis, dari Al Irsyad
    2. K.H. Mas Mansur, dari Muhammadiyah
    3. Dr. Sukiman, dari PII

    Adapun tujuan perjuangan yang akan dicapai oleh MIAI antara lain sebagai berikut:

  • Menggabungkan segala perhimpunan ummat Islam Indonesia untuk bekerja bersama-sama.
  • Berusaha mengadakan perdamaian apabila timbul pertikaian di antara golongan ummat Islam Indonesia, baik yang telah tergabung dalam MIAI maupun belum.
  • Merapatkan hubungan antara ummat Islam Indonesia dengan ummat Islam di luar negeri.
  • Berdaya upaya untuk keselamatan agama Islam dan ummatnya.
  • Membangun Konggres Muslimin Indonesia (KMI) sesuai dengan pasal 1 Anggaran Dasar MIAI.
  • 1942-1952 ; Kelahiran Majlis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI)

    Pada masa penjajahan Jepang, MIAI masih diberi hak hidup oleh Pemerintah Penjajah Jepang. Malah suara MIAI tetap diijinkan untuk terbit selama isinya mengenai hal-hal berikut:

    1. Menyadarkan rakyat atas keimanan yang sebenar-benarnya dan berusaha dengan sekuat tenaga bagi kemakmuran bersama.
    2. Penerangan-penerangan dan tafsir Al Qur’an.
    3. Khutbah-khutbah dan pidato-pidato keagamaan yang penting dari para ulama’ atau kyai yang terkenal.
    4. Memberi keterangan kepada rakyat, bagaimana daya upaya Dai Nippon yang sesungguhnya untuk membangunkan Asia Timur Raya.
    5. Memperkenalkan kebudayaan Dai Nippon dengan jalan berangsur-angsur.

    Akan tetapi setelah Letnan Jendral Okazaki selaku Gunseikan pada tanggal 7 Desember 1942 berpidato di hadapan para ulama’ dari seluruh Indonesia yang dipanggil ke istana Gambir Jakarta, yang isinya antara lain: Akan memberikan kedudukan yang baik kepada pemuda-pemuda yang telah dididik secara agama, tanpa membeda-bedakan dengan golongan lain asal saja memiliki kecakapan yang cukup dengan jabatan yang akan dipegangnya, maka sekali lagi Nahdlatul Ulama’ tampil ke depan untuk memelopori kalahiran dari Majlis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI) sebagai organisasi yang dianggap mampu membereskan segala macam persoalan kemasyarakatan; baik yang bersifat sosial maupun yang bersifat politik, agar keinginan untuk menuju Indonesia Merdeka, bebas dari segala macam penjajahan segera dapat dilaksanakan. Dan setelah Masyumi lahir, maka MIAI pun dibubarkan.

    Pembentukan laskar rakyat

    Pemerintah Penjajah Jepang memang mempunyai taktik yang lain dengan Penjajah Belanda terhadap para ulama’ di Indonesia. Dari informasi yang diberikan oleh para senior yang dikirim oleh pemerintah Jepang ke Indonesia jauh sebelum masuk ke Indonesia (mereka menyamar sebagai pedagang kelontong dan lain sebagainya yang keluar masuk kampung), penjajah Jepang telah mengetahui bahwa bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam serta menganut paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, semuanya ta’at, patuh dan tunduk kepada komando yang diberikan oleh para ulama’.

    Oleh karena itu, penjajah Jepang ingin merangkul para ulama’ untuk memukul bangsa Indonesia sendiri. Itulah sebabnya, maka dengan berbagai macam dalih dan alasan, penjajah Jepang meminta kepada para ulama’ agar memerintahkan kepada para pemuda untuk memasuki dinas militer, seperti Peta, Heiho dan lain sebagainya.

    Sedang Nahdlatul Ulama’ sendiri mempunyai maksud lain, yaitu bahwa untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan kemerdekaan, mutlak diperlukan pemuda-pemuda yang terampil mempergunakan senjata dan berperang. Untuk itu Nahdlatul Ulama’ berusaha memasukkan pemuda-pemuda Ansor dalam dinas Peta dan Hisbullah. Sedangkan untuk kalangan kaum tua, Nahdlatul Ulama’ tidak melupakan untuk membentuk Barisan Sabilillah dengan KH. Masykur sebagai panglimanya; meskipun sebenarnya selama penjajahan Jepang NU telah dibubarkan. Jadi peran aktif NU selama penjajahan Jepang adalah menggunakan wadah MIAI dan kemudian MASYUMI.

    Masyumi menjelma sebagai Partai Politik

    Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Nahdlatul Ulama’ yang dibubarkan oleh penjajah Jepang bangkit kembali dan mengajak kepada seluruh ummat Islam Indonesia untuk membela dan mempertahankan tanah air yang baru saja merdeka dari serangan kaum penjajah yang ingin merebut kembali dan merampas kemerdekaan Indonesia.

    Rais Akbar dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’, Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, mengeluarkana fatwa bahwa mempertahankan dan membela kemerdekaan Indonesia adalah wajib hukumnya.

    Seruan dan ajakan NU serta fatwa dari Rais Akbar ini mendapat tanggapan yang positif dari ummat Islam; dan bahkan berhasil menyentuh hati nurani arek-arek Surabaya, sehingga mereka tidak mau ketinggalan untuk memberikan andil yang tidak kecil artinya dalam peristiwa 10 November ’45

    Pengurus Besar NU hampir sebulan lamanya mencari jalan keluar untuk menanggulangi bahaya yang mengancam dari fihak penjajah yang akan menyengkeramkan kembali kuku-kuku penjajahannya di Indonesia.

    Kelambanan NU dalam hal tersebut disebabkan karena pada masa penjajahan Jepang NU hanya membatasi diri dalam pekerjaan-pekerjaan yang bersifat agamis,sedang hal-hal yang menyangkut perjuangan kemerdekaan atau berkaitan dengan urusan pemerintahan selalu disalurkan dengan nama Masyumi.

    Atas prakarsa Masyumi, di bawah pimpinan KH. Abdul Wahid Hasyim, maka Masyumi yang pada masa penjajahan Jepang merupakan federasi dari organisasi-organisasi Islam, mengadakan konggresnya di Yogyakarta pada tanggal 7 November 1945. Pada konggres tersebut telah disetujui dengan suara bulat untuk meningkatkan Masyumi dari Badan Federasi menjadi satu-satunya Partai Politik Islam di Indonesia dengan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ sebagai tulang punggungnya. Adapun susunan Dewan Pimpinan Partai Masyumi secara lengkap adalah sebagai berikut:

    Majlis Syura (Dewan Partai)
    Ketua Umum : Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari
    Ketua Muda I : Ki Bagus Hadikusuma
    Ketua Muda II : KH. Abdul Wahid Hasyim
    Ketua Muda III : Mr. Kasman Singodimejo
    Anggota : 1. RHM. Adnan.
    2. H. Agus Salim.
    3. KH. Abdul Wahab Hasbullah.
    4. KH. Abdul Halim.
    5. KH. Sanusi.
    6. Syekh Jamil Jambek
    Pengurus Besar
    Ketua : Dr. Sukirman
    Ketua Muda I : Abi Kusno Tjokrosuyono
    Ketua Muda II : Wali Al Fatah
    Sekretaris I : Harsono Tjokreoaminoto
    Sekretaris II : Prawoto Mangkusasmito
    Bendahara : Mr. R.A. Kasmat

    Nahdlatul Ulama Memisahkan Diri Dari Masyumi

    Perpecahan yang terjadi dalam tubuh Partai Masyumi benar-benar di luar keinginan Nahdlatul Ulama’. Sebab Nahdlatul Ulama’ selalu menyadari betapa pentingnya arti persatuan ummat Islam untuk mencapai cita-citanya. Itulah yang mendorong Nahdlatul Ulama’ yang dimotori oleh KH.Abdul Wahid Hasyim untuk mendirikan MIAI, MASYUMI, dan akhirnya mengorbitkannya menjadi Partai Politik. Bahkan Nahdlatul Ulama’ adalah modal pokok bagi existensi Masyumi, telah dibuktikan oleh Nahdlatul Ulama’ pada konggresnya di Purwokerto yang memerintahkan semua warga NU untuk beramai-ramai menjadi anggauta Masyumi. Bahkan pemuda-pemuda Islam yang tergabung dalam Ansor Nahdlatul Ulama’ juga diperintahkan untuk terjun secara aktif dalam GPII (Gabungan Pemuda Islam Indonesia).

    Akan tetapi apa yang hendak dikata, beberapa oknum dalam Partai Masyumi berusaha dengan sekuat tenaga untuk menendang NU keluar dari Masyumi. Mereka beranggapan bahwa Majlis Syura yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam Masyumi sangat menyulitkan gerak langkah mereka dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang bersifat politis. Apalagi segala sesuatu persoalan harus diketahui / disetujui oleh Majlis Syura, mereka rasakan sangat menghambat kecepatan untuk bertindak. Dan mereka tidak mempunyai kebebasan untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan politik. Akhirnya ketegangan hubungan antara ulama’/kyai dengan golongan intelek yang dianggap sebagai para petualang yang berkedok agama semakin parah. Karena keadaan semacam itu, maka para pemimpin PSII sudah tidak dapat menahan diri lagi. Mereka mengundurkan diri dari Masyumi dan aktif kembali pada organisasinya; sampai kemudian PSII menjadi partai.

    Pengunduran diri PSII tersebut oleh pemimpin-pemimpin Masyumi masih dianggap biasa saja. Bahkan pada muktamar Partai Masyumi ke-IV di Yogyakarta yang berlangsung pada tanggal 15 – 19 Desember 1949, telah diputuskan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Majlis Syura yang semula menjadi dewan yang tertinggi diubah menjadi Penasihat yang tidak mempunyai hak veto; dan nasihatnya sendiri tidak harus dilaksanakan.

    Sikap Masyumi yang telah merendahkan derajat para ulama’ tersebut dapat ditolelir oleh warga Nahdlatul Ulama’. Namun PBNU masih berusaha keras untuk memperhatikan persatuan ummat Islam. Nahdlatul Ulama’ meminta kepada pimpinan-pimpinan Masyumi agar organisasi ini dikembalikan menjadi Federasi Organisasi-Organisasi Islam, sehingga tidak menyampuri urusan rumah tangga dari masing-masing organisasi yang bergabung di dalamnya. Namun permintaan ini tidak digubris, sehingga memaksa Nahdlatul Ulama’ untuk mengambil keputusan pada muktamar NU di Palembang, tanggal: 28 April s/d 1 Mei 1952 untuk keluar dari Masyumi, berdiri sendiri dan menjadi Partai.
    Nahdlatul Ulama’ membentuk Liga Muslimin

    Setelah Nahdlatul Ulama’ keluar dari Masyumi, Jam’iyyah NU yang sudah menjadi Partai Politik ternyata masih gandrung pada persatuan ummat Islam Indonesia. Untuk itu Nahdlatul Ulama’ mengadakan kontak dengan PSII dan PERTI membentuk sebuah badan yang berbentuk federasi dengan tujuan untuk membentuk masyarakat Islamiyah yang sesuai dengan hukum-hukum Allah dan sunnah Rasulullah saw. Gagasan NU ini mendapat tanggapan yang positif dari PSII dan PERTI, sehingga pada tanggal 30 Agustus 1952 diakan pertemuan yang mengambil tempat di gedung Parlemen RI di Jakarta, lahirlah Liga Muslimin Indonesia yang anggautanya terdiri dari Nahdlatul Ulama’, PSII, PERTI dan Darud Dakwah Wal Irsyad.

    Dekade 1965

    Selama Nahdlatul Ulama’ menjadi Partai Islam, dalam gerak langkah nya mengalami pasang naik dan juga ada surutnya. Saat kabut hitam melingkupi awan putih wilayah nusantara pada tanggal 30 September 1965, kepeloporan Nahdlatul Ulama’ muncul dan mampu mengimbangi kekuatan anti Tuhan yang menamakan dirinya PKI (Partai Komunis Indonesia). Sikap Nahdlatul Ulama’ pada saat itu betul-betul sempat membuat kejutan pada organisasi-organisasi selain NU.

    Keberhasilan Nahdlatul Ulama’ dalam menumbangkan PKI dapat diakui oleh semua fihak. Dan hal ini menambah kepercayaan Pemerintah terhadap Nahdlatul Ulama’. Nahdlatul Ulama’ sebagai Partai Politik sudah membuat kagum dan dikenal serta disegani oleh setiap orang di kawasan Indonesia, bahkan oleh dunia internasional. Apalagi mampu menumbangkan dan menumpas pemberontakan Partai Komunis yang belum pernah dapat ditumpas oleh negara yang manapun di seluruh dunia. Sehingga dengan demikian, Nahdlatul Ulama’ dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang sangat komplek dengan berbagai tetek-bengeknya. Namun Nahdlatul Ulama’ sendiri dalam hal rencana perjuangannya yang terperinci, mengalami pembauran kepentingan partai dengan kepentingan pribadi dari para pimpinannya. Oleh sebab itu, pada sekitar tahun 1967, Nahdlatul Ulama’ yang sudah berada di puncak mulai menurun. Hal ini disebabkan antara lain oleh pergeseran tata-nilai, munculnya tokoh-tokoh baru, ketiadaan generasi penerus dan lain sebagainya.

    Pergeseran tata-nilai ini terjadi di saat Nahdlatul Ulama’ menghadapi Pemilihan Umum tahun 1955. Nahdlatul Ulama’ harus mempunyai anggauta secara realita, terdaftar dan bertanda anggauta secara pasti. Demi pengumpulan suara, maka apa-apa yang menjadi tujuan Nahdlatul Ulama’, kini dijadikan nomor dua. Partai Nahdlatul Ulama’ membutuhkan anggauta sebanyak-banyaknya, sekalipun mereka bukan penganut aliran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Akibat dari pergeseran nilai inilah yang membuat kabur antara tujuan, alat dan sarana. Sebagai Partai Politik yang militan, Nahdaltul Ulama’ harus berusaha agar dapat merebut kursi Dewan Perwakilan Rakyat sebanyak mungkin; demikian pula halnya jabatan-jabatan sebagai menteri. Hal itu dimaksudkan sebagai alat untuk dapat melaksanakan program dalam mencapai tujuan partai. Akan tetapi karena pengaruh lingkungan dan juga karena pergeseran nilai, maka jabatan-jabatan yang semula dimaksudkan sebagai alat yang harus dicapai dan dimiliki, kemudian berubah menjadi tujuan. Dan hal ini sangat berpengaruh bagi kemajuan dan kemunduran partai dalam mencapai tujuan.

    Pada sekitar tahun 1967/1968, Nahdlatul Ulama’ mencapai puncak keberhasilan. Akan tetapi sayang sekali, justeru pada saat itu ciri khas Nahdlatul Ulama telah menjadi kabur. Pondok Pesantren yang semula menjadi benteng terakhir Nahdlatul Ulama’ sudah mulai terkena erosi, sebagai akibat perhatian Nahdlatul Ulama’ yang terlalu dicurahkan dalam masalah-masalah politik.

    Penyederhanaan Partai-Partai

    Pada pemilu tahun 1971, Nahdlatul Ulama’ keluar sebagai pemenang nomor dua. Hal tersebut membawa anggapan baru bagi masyarakat umum bahwa sebenarnya kepengurusan Nahdlatul Ulama’ adalah sebagai hal yang luar biasa; sementara di pihak lain terdapat dua partai yang tidak mendapatkan kursi sama sekali, yaitu Partai MURBA dan IPKI, yang berarti aspirasi politiknya terwakili oleh kelompok lain. Dari sinilah timbul gagasan untuk menyederhanakan partai-partai politik.

    Kehendak menyederhanakan partai-partai politik tersebut, datangnya memang bukan dari Nahdlatul Ulama’. Akan tetapi Nahdlatul Ulama’ menyambut dengan gembira. Dan dalam penyederhanaan tersebut Nahdlatul Ulama’ tidak membentuk federasi, akan tetapi melakukan fusi. Namun demikian, ganjalan pun terjadi, karena memang masing-masing pihak yang berfusi mempunyai tata-nilai sendiri-sendiri.

    Bagaimanakah kenyataannya?

    Kehidupan politik yang ditentukan oleh golongan elit telah menyeret para pemimpin dan tokoh-tokoh Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ ke dalam kehidupan elit. Padahal kehidupan elit semacam ini tidak terdapat dalam tubuh Nahdlatul Ulama’. Sehingga kehidupan elit ini sebagai barang baru yang berkembang biak dan hidup subur di kalangan Nahdlatul Ulama’. Maka timbullah pola pemikiran baru yang mengarah kepada kehidupan individualis, agar tidak tergeser dari rel yang menuju kepada kehidupan elit. Dari fusi inilah rupa-rupanya yang membuat parah kondisi yang asli dari Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ sejak mula pertama didirikan sebagai jam’iyyah.

    Nahdlatul Ulama’ Kembali Kepada Khittah An Nahdliyah

    Selama Nahdlatul Ulama’ berfusi dalam tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tata-nilai semakin berjurang lebar; sementara dalam tubuh Nahdlatul Ulama’ sendiri terdapat banyak ketimpangan dan kesimpang-siuran. Dalam kurun waktu yang lama, secara tidak disadari, Nahdlatul Ulama’ telah menjadi kurang peka dalam menanggapi dan mengantisipasi perkembangan keadaan, khususnya yang menyangkuat kepentingan ummat dan bangsa. Salah satu sebabnya adalah ketelibatan Nahdlatul Ulama’ secara berlebihan dalam kegiatan politik praktis; yang pada gilirannya telah menjadikan Nahdlatul Ulama’ tidak lagi berjalan sesuai dengan maksud kelahirannya, sebagai jam’iyyah yang ingin berkhidmat secara nyata kepada agama, bangsa dan negara. Bahkan hal tersebut telah mengaburkan hakekat Nahdlatul Ulama’ sebagai gerakan yang dilakukan oleh para ulama’. Tidak hanya sekedar itu saja yang sangat menyulitkan Nahdlatul Ulama’ dalam kancah politik selama berfusi dalam PPP; akan tetapi silang pendapat di kalangan NU sendiri semakin tajam, sehingga sempat bermunculan berbagai hepothesa tentang bagaimana dan siapa sebenarnya Nahdlatul Ulama’.

    Dari kejadian demi kejadian dan bertolak dari keadaan tersebut, maka sangat dirasakan agar Nahdlatul Ulama’ secepatnya mengembalikan citranya yang sesuai dengan khittah Nahdlatul Ulama’ tahun 1926. Hal ini berarti bahwa Nahdlatul Ulama’ harus melepaskan diri dari kegiatan politik praktis secara formal, seperti yang telah diputuskan dalam Musyawarah Alim Ulama’ Nahdlatul Ulama’ (Munas NU) di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur tahun 1982.

    sumber : pesantren.or.id.29.masterwebnet.com

    17 Komentar

    1. KangBoed berkata:

      hehehe.. memang sudah seharusnya kita memisahkan bagian kepala dan bagian hati jangan selalu dicampur adukan.. kepala isinya akal pikiran.. ideologi.. politik.. pekerjaan.. sedangkan hati urusannya dengan DIA.. dan saat ini begitu parahnya penyakit hati menimpa kita semua..
      Salam Sayang 😆

    2. ahfadh berkata:

      NU lebih baik jangan terlalu konsen terhadap wilayah politik.

    3. kangarul berkata:

      Salam…
      Setelah baca di atas, berdirinya NU ada ‘sedikit’ pengaruh/interferensi Belanda yg saat itu lg menjajah Indonesia.

    4. Aman berkata:

      Agak sedikit berbeda ya dari versi yang saya ketahui. Apa ini berasal dari referensi, termasuk buku Delier Noer?

      Sementara yang saya ketahui dari berbagai sumber, secara khusus dari paparan KH. Aqiel Siraj:

      Comite Hijaz itu jadi berangkat ke Hejaz: tiga orang sebagai utusan. Selain soal kebebasan bermazhab, isu paling penting juga adalah rencana Bani Su’ud untuk membongkar Makam Rasulullah setelah mereka meratakan makam al-Baqi rata dengan tanah.

      Pembentukan NU itu tidak oleh HadratulSyaikh. Kisahnya begini. Sepulan dari Hejaz, tercetuslah gagasan KH. Wahab Hasbullah untuk mendirikan Jam’iyah yang kemudian didiskusikan dengan beberapa elemen yang ada waktu itu, khususnya Tashwirul Afkar (KH. Wahab Hasbullah), Nahdatul Wathan, dan Nahdatu Tujjar (Hasan, Banjarmasin).

      Penggabungan tiga unsur utama itulah yang menjadi NU. Kemudian, para ulama dalam NU ini berkumpul dan mencari siapa yang paling layak untuk memimpin. Dicarilah orang yang paling diakui kealiman dan kesalehannya di Indonesia waktu itu, yang kemudian KH. Hasyim Asy’ari itulah orangnya.

      NU tidak mengikuti Kongres Umat Islam itu.

      1. saiful anam berkata:

        Iya NU ndak ikut, kan disebutkan di atas bahwa yang ngadakan konferensi Islam itu organisasi selain NU, mas baca artikel di atas kurang teliti kali.

    5. jay berkata:

      melihat referensi2 yang lain kelihatannya KH. Wahab Hasbullah yang dominan dalam pendirian NU, adapun KH Hasyim asy’ari sebagai tokoh yang alim dan karismatik didaulat sekedar untuk memayungi ide-ide komite Hijaz.
      Dan memang sejarah dan latar belakang berdirinya NU perlu dikupas lebih dalam tanpa mengesampingkan karya-karya tulisan yang lain, sehingga ada kesinambungan, melihat tulisan di atas ada kesan mising link, dan cenderung apologis…

    6. imut berkata:

      oke_oke

    7. budak baonk berkata:

      ooo kirain nu itu dinasti Wahid, hehehe

    8. Pengamat Sejarah berkata:

      Sejarahnya cenderung apologis dengan mengesampingkan referensi yang lain. Dan disini mengindetifikasikan bahwa tulisan di atas cenderung tidak objektif.

      1. dodoy berkata:

        Ya betul banget. Sejarahnya tidak connect dengan para penulis sejarah di indonesia.

    9. Dahlan Bogor berkata:

      Sejarah berdirinya NU tidak terlepas dari keperihatinan Ulama atas bubarnya Kekhalifahan Islam di Turki …
      http://my-dock.blogspot.com/2012/05/sejarah-konite-hijaz.html?m=1

    10. Toko Bunga berkata:

      Artikel nya bagus sekali.. saya dapat wawasan baru disini.

    11. Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia berkata:

      Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain mempercepat kebangkitan KAUM MUSLIM, memulihkan kejayaan KAUM MUSLIM, melindungi KAUM MUSLIM dari kesesatan dan memberi KAUM MUSLIM tempat yang mulia di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.

      Lebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada KAUM MUSLIM : yang hidup maupun yang mati, di dunia maupun di akhirat – KHUSUSNYA SAYYIDINA WA NABIYYINA WA MAULAANAA MUHAMMAD SHALLALLAAHU’ALAIHI WA AALIHI WA SHABIHI WA UMMATIHI WA BARAKA WAS SALLAM, PARA LELUHUR BELIAU – KHUSUSNYA NABI IBRAAHIIM ‘ALAIHISSALAAM, PARA KELUARGA BELIAU – KHUSUSNYA AHLUL BAIT, PARA SAHABAT BELIAU – KHUSUSNYA KHULAFAUR RASYIDIIN, PARA SALAF AL-SHAALIH – KHUSUSNYA 10 SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SURGA, PARA IMAM –KHUSUSNYA 4 IMAM BESAR MADZHAB AHLUS SUNNAH & 12 IMAM BESAR MADZHAB SYI’AH, PARA WALI – KHUSUSNYA PARA PEMBENTUK JAM’IYYAH NAHDHATUL ‘ULAMA : HADHARATUSY SYAIKH KH HASYIM ASY’ARI, KH SAID BIN SHALIH, KH ABDUL WAHAB HASBULLAH DAN MAS H ALWI ABDUL AZIZ. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

      Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

      A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

      Bismillahirrahmaanirrahiim

      Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
      Arrahmaanirrahiim
      Maaliki yaumiddiin,
      Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
      Ihdinashirratal mustaqiim,
      Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

      Aamiin

      Bismillaahirrahmaanirrahiim

      Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
      Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ajma’iin.
      Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya semuanya.
      Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin. Shalaatan tunjinaa bihaa min jamii’il-ahwaali wal aafaat. Wa taqdhii lanaa bihaa jamii’al-haajaat. Wa tuthahhiruna bihaa min jamii’is-sayyi-aat. Wa tarfa’unaa bihaa ‘indaka a’lad-darajaat. Wa tuballighuna bihaa aqshal-ghaayaati min jamii’ilkhairaati fil hayaati wa ba’dal mamaat.
      Ya Allaah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan umatnya, shalawat yang dengannya kami selamat dari semua ketakutan dan bencana, dan Engkau sucikan kami dari semua kejahatan, Engkau angkat kami ke derajat yang tinggi di sisiMu, dan Engkau sampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dalam hidup maupun sesudah mati.
      Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa nuuril anwaar. Wa sirril asraar. Wa tiryaqil-aghyaar. Wa miftaahil baabil yasaar. Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-mukhtaari wa aalihil-ath-haari wa ash-haabihil akhyaar. ‘Adada ni’amillaahi wa afdhaalih.
      Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkah atas cahaya di antara segala cahaya, rahasia di antara segala rahasia, penetral duka, dan pembuka pintu kemudahan, junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karuniaNya.
      Allaahumma shalli shalatan kaamilah. Wa sallim salaaman taamman ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-ladzii tanhallu bihil-‘uqad. Wa tanfariju bihil-kuruub. Wa tuqdhaa bihil hawaa-iju wa tunaalu bihir-raghaa-ibu wa husnul-khawaatim. Wa yustasqal-ghamaamu biwajhihil-kariim. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi fii kulli lamhatin wa nafasin bi’adadi kulli ma’luumin laka.
      Ya Allaah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan salaam yang sempurna pula, kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, yang dengan beliau itu Engkau lenyapkan kesusahan, Engkau tunaikan segala kebutuhan, dan diperoleh segala keinginan dan akhir hidup yang baik, serta diberi minum dari awan berkat wajahMu yang mulia. Juga kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dalam setiap kejapan mata dan tarikan nafas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.
      Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadinil-habiibil-mahbuub. Syaafil ‘ilali wa mufarrijil-kuruub. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi wa baarik wa sallim.
      Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, kekasih dan yang dikasihi, (dengan izin Allah) penyembuh penyakit dan pelepas kesusahan, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
      Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-awwaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-aakhirin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fin-nabiyyiin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-mursaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil mala-il a’laa ilaa yaumid-diin. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin.
      Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang terdahulu. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang kemudian. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para nabi. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para rasul. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para arwah hingga hari kemudian, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
      Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa ruuhi Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad fil arwaahi, wa ‘alaa jasadihil fil ajsaadi, wa ‘alaa qabrihi fil qubuuri. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ajma’iin.
      Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada ruh junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di alam ruh, dan kepada jasadnya di alam jasad, dan kepada kuburnya di alam kubur. Dan kepada keluarga, sahabat dan umatnya semua.
      Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ‘adada in’aamillaahi wa ifdhaalih.
      Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya sebanyak jumlah nikmat Allah dan karuniaNya.
      Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.
      Ya Allaah, berilah shalawat serta keselamatan dan keberkahan, untuk junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad SAW dan saudara-saudaranya dari para Nabi dan Rasul, dan istri-istri mereka semua, keluarga mereka, turunan-turunan mereka, dan sahabat-sahabat dari semua Nabi dan Rasul, termasuk Sahabat-Sahabatnya Nabi Muhammad semua dan semua yang terkait dengan Nabi Muhammad SAW.
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
      Laa ilaaha illallaah, subhaanar ra-uufirrahiim
      Laa ilaaha illallah, subhaanal ghafuurirrahim
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal kariimil hakiim
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci raja yang maha suci
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha bijaksana
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha penyayang
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha bijaksana
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil wafiyy
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal lathiifil khabiir
      Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ma’buud
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuuril waduud
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal wakiilil kafiil
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuat lagi maha memenuhi
      Tiada tuhan selain Allaah, yang maha halus lagi maha mengetahui
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi yang disembah
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha pencinta
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penolong lagi maha pelindung
      Laa ilaaha illallaah, subhaanar raqiibil hafiizh
      Laa ilaaha illallaah, subhaanad daa-imil qaa-im
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal muhyil mumiit
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil qayyuum
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaaliqil baari’
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengawasi lagi maha memelihara
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi mengurus ciptaannya
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menghidupkan lagi mematikan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus ciptaannya
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi menjadikan
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliyyil ‘azhiim
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil ahad
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal mu’minil muhaimin
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal habiibisy syahiid
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal haliimil kariim
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi lagi maha besar
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi tunggal
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memberi keamanan lagi maha memelihara
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhanyang maha mencintai lagi maha menyaksikan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyantun lagi maha mulia
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil qadiim
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil aakhir
      Laa ilaaha illallaah, subhaanazh zhaahiril baathin
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril muta-‘aal
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadhil haajat
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang pertama lagi terdahulu
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang awal dan yang akhir
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang nyata lagi yang rahasia
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha tinggi
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memenuhi semua keperluan
      Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘arsyil ‘azhim
      Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanir rahiim
      Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbiyal a’laa
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal burhaanis sulthaan
      Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il bashiir
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menguasai singgasana yang besar
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pemurah lagi maha penyayang
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki bukti kekuasaan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lagi maha melihat
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil qahhaar
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil hakiim
      Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ghaffaar
      Laa ilaaha illallaah, subhaanar ramaanid dayaan
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril akbar
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi maha mengalahkan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha bijaksana
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha pengampun
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha besar
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil ‘allaam
      Laa ilaaha illallaah, subhaanasy syaafil kaafi
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil baaqii
      Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ahad
      Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ardhi was samaawaati
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha memeriksa
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menyembuhkan lagi mencukupi
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha kekal
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi esa
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuurisy syakuur
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil ‘aliim
      Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil mulki wal alakuut
      Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ‘izzati wal ‘azhamah
      Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil haibati wal qudrah
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha membalas
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha mengetahui
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kerajaan bumi dan langit
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai keagungan dan kebesaran
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan
      Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil kibriyaa-i wal jabaruut
      Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘azhiim
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aalimil ghaiib
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal hamidil majiid
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal hakiimil qadiim
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kebesaran dan kekuasaan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha besar
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menegtahui hal ghaib
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha terpuji lagi maha mulia
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan ang maha bijaksana lagi maha terdahulu
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadiris sattaar
      Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il ‘aliim
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil ‘azhiim
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamis salaam
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikin nashiir
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuasa lagi maha mnutupi kesalahan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lgi maha mengetahui
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha besar
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha damai
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha raja lagi maha penolong
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyir rahmaan
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal qariibil hasanaat
      Laa ilaaha illallaah, subhaana waliyyil hasanaat
      Laa ilaaha illallaah, subhaanash shabuuris sattaar
      Laa ilaaha illallaah, subhaana khaaliqin nuur
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha pengasih
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha dekat kebaikannya
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha menguasai kebaikan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha penyabar lagi menutupi kesalahan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan menciptakan cahaya
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil mu’jiz
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal faadhilisy syakuur
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil qadim
      Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil jalaalil mubiin
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaalishil mukhlish
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha mengalahkan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha utama lagi maha berterima kasih
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha terdahulu
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya keluhuran lagi maha menjelaskan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha murni lagi memurnikan
      Laa ilaaha illallaah, subhaanash shaadiqil wa’di
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal haqqil mubiin
      Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil quwwatil matiin
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil ‘aziiz
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil ladzii laa yamuut
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang benar janjinya
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha benar lagi maha menjelaskan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya kekuatan lagi maha kokoh.
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha hidup lagi tidak mati
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamil ghuyuub
      Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘uuyuub
      Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘aalamiin
      Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanis sattaar
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui yang ghaib
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan maha menutupi semua cacat
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki ampunan lagi dimintai pertolongan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan semesta alam
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha menutupi
      Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahiimil ghaffaar
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil wahhaab
      Laa ilaaha illallaah, subhaana qaadiril muqtadir
      Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ghufraanil haliim
      Laa ilaaha illallaah, subhaana malikil mulk
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyayang lagi maha pengampun
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha pemurah
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yangmaha kuasa lagi maha memberi kekuasaan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki semua kerajaan
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal baari-il mushawwir
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
      Laa ilaaha illallaah, subhaanallaahi ‘amma yashifun
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal jabbaaril mutakabbir
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal qudduusis shubbuuh
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi memberi bentuk
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha perkasa
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha membangga
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dari apa yang dianggap oleh orang kafir
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dalam sosok dan sifat
      Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil malaa-ikati war ruuh
      Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil aalaa-I wanna’maa-i
      Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikil maqshuud
      Laa ilaaha illallaah, subhaana hannaanil mannaan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan para malaikat dan ruh
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan pemilik tanda-tanda tinggi dan nikmat
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan raja yang menjadi tujuan
      Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih dan pemberi
      Laa ilaaha illallaah, sayyidina aadamu ‘alaihis salaam shafiyyullaah
      Laa ilaaha illallaah, sayyidina nuuhun ‘alaihis salaam najiyyulaah
      Laa ilaaha illallaah, sayyidina ibraahiimu ‘alaihis salaam khaliilullaah
      Laa ilaaha illallaah, sayyidina ismaa-‘iilu ‘alaihis salaam dzabiihullaah
      Laa ilaaha illallaah, sayyidina muusaa ‘alaihis salaam kaliimullaah
      Laa ilaaha illallaah, sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam khaliifatullaah
      Laa ilaaha illallaah, sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam ruuhullaah
      Laa ilaaha illallaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana
      muhammadur rasuulullaah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam
      Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Aadam AS pilihan Allaah
      Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Nuuh AS diselamatkan Allaah
      Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ibraahiim AS teman dekat Allaah
      Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ismaa-‘iil AS yang disembelih Allaah
      Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Muusaa AS yang diajak bicara oleh Allaah
      Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Daawuudu AS khalifah Allaah
      Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina ‘Iisaa AS ruh Allaah
      Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam utusan Allaah
      Allaahummarhamnaa bibarakati tauraati sayyidina muusaa ‘alaihis salaam wa injiili sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam wa zabuuri sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam wa furqaani sayyidina wa nabiyyina wa maulaana muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam, birahmatika yaa arhamar raahimiin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.
      Ya Allaah, kasihilah kami dengan berkah Taurat Sayyidina Muusaa AS, Injil Sayyidina ‘Iisaa AS, Zabuur Sayyidina Daawuud AS dan al-Furqaan / al-Qur-an sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam utusan Allaah, dengan kasihmu, yang maha penyayang. Dan segala puji bagi Allaah, tuhan semesta.
      ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.
      Ya Allaah bukakanlah bagiku hikmah-Mu dan limpahkanlah padaku keberkahan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang
      RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.
      Ya Rabb, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.
      RABBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHAIRUL WAARITSIN.
      Ya Allaah janganlah engkau tinggalkan aku seorang diri dan engkau sebaik-baik dzat yang mewarisi. (QS. Al-Anbiya-i’: 89).
      Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
      Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
      اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
      “Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
      “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.
      “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).
      Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
      Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.
      Ya Allaah, percepatlah kebangkitan KAUM MUSLIM. Pulihkanlah kejayaan KAUM MUSLIM, Lindungilah KAUM MUSLIM dari kesesatan dan berilah KAUM MUSLIM tempat mulia di akhirat.
      Ya Allaah, jadikanlah INDONESIA DAN DUNIA MUSLIM tetap dimiliki KAUM MUSLIM, Jadikanlah INDONESIA DAN DUNIA MUSLIM baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Jadikanlah DUNIA NON MUSLIM dimiliki KAUM MUSLIM. Jadkanlah musuh Islam ditaklukan KAUM MUSLIM.
      Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
      Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu keselamatan dalam agama, dunia, akhirat, kesejahteraan/kesehatan jasmani, bertambah ilmu pengetahuan, rezeki yang berkat, diterima taubat sebelum mati, dapat rahmat ketika mati dan dapat ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami pada waktu sekarat dan selamatkanlah kami dari api neraka serta kami mohon kemaafan ketika dihisab.
      Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
      Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu akhir yang baik dan berlindung dari akhir yang buruk.
      Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
      Ya Allaah, sesungguhnya kami mohon keridhaan-Mu dan sorga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.
      Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.
      Ya Allaah, jauhkanlah bencana, wabah, kekejian, kekerasan dan cobaan – yang terlihat maupun tersamar – dari negeri kami khususnya dan dari dunia Muslim umumnya.
      Allaahumma ahlikil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.
      Ya Allaah, hancurkalah musuhmu, musuh agamamu, yaitu orang kafir, bid’ah dan musyrik.
      Allaahumma syatttit syamlahum wa faariq jam-‘ahum, wazalzil aqdaamahum.
      Ya Allaah, cerai beraikanlah persatuan mereka, goyahkanlah keyakinan mereka.
      Allaahumma adkhilnii mudkhala shidqiw wa-akhrijnii mukhraja shidqiw waj-‘al lii milladunka sulthaanan nashiiraa.
      Ya Allaah, masukkanlah kami melalui jalan yang benar, keluarkanlah kami melalui jalan yang benar, dan berilah aku kekuasaan yang menolong.

      YA ALLAAH, IZINKANLAH SEGALA NAMA DAN GELAR SAYYIDINA WA NABIYYINA WA MAULAANAA MUHAMMAD SHALLALLAAHU’ALAIHI WA AALIHI WA SHABIHI WA UMMATIHI WA BARAKA WAS SALLAM MEWUJUDKAN BERKAH KE SEANTERO SEMESTA – KHUSUSNYA BAGI KAMI, KELUARGA KAMI DAN KAUM MUSLIM.

      YA ALLAAH, BERILAH KAMI DAN PEMILIK / ADMIN SITUS INI – SERBASEJARAH.WORDPRESS.COM – BARAKAH-MU MELALUI PERANTARAAN BERBAGAI TULISAN DALAM SITUS ” SERBASEJARAH.WORDPRESS.COM”.

      —— doa khusus untuk PARA NABI, PARA KELUARGANYA, PARA SAHABATNYA, SEMUA YANG BERJASA PADA (PARA) NABI, PARA SALAF AL-SHAALIH, PARA WALI, PARA HABAIB, PARA IMAM, PARA ULAMA DAN SEMUA YANG BERJASA PADA ISLAM. Semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.

      ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
      ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
      ———————

      Ya Allaah, dengan hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy dan shalawat, salam dan berkah semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam, kami mohon segala hal yang terbaik, segala hal yang terindah bagi semesta – khususnya kami, keluarga kami dan seluruh kaum Muslim.
      Ya Allaah, dengan segala hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy dan shalawat, salam, berkah semoga selalu tercurah kepada Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam, kabulkanlah yaa Allaah segala doaku.
      Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
      Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksaan neraka serta masukanlah kami ke surga bersama orang-orang baik.
      Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
      Tuhan kami, perkenankanlah do’a-do’a kami, karena sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Shalawat, salam dan berkah semoga dilimpahkan kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad s.a.w, atas keluarganya, sahabatnya dan umatnya semuanya.
      HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
      Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
      Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

      Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

      Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia

    Tinggalkan Komentar