SALURAN-SALURAN DAKWAH ISLAM

Sejak masuk dan berkembangnya, Islam di Indonesia memerlukan proses yang sangat panjang dan melalui saluran-saluran Dakwah Islam yang beragam, seperti perdagangan, perkawinan, tarekat (tasawuf), pendidikan dan kesenian. Saluran dakwah tersebut tentu bukan suatu kebetulan, bersifat situasional atau sekedar iseng, tetapi tentunya sebuah skenario cerdas dalam membuat stategi dakwah. Pengalaman dakwah dari generasi ke generasi mulai sahabat, tabi’in dan tabi’it memberikan pendidikan dakwah yang luar biasa bagi penegakan Khilafah fil Ardi. Jadi sangatlah dangkal apabila proses dakwah di Indonesia adalah sebuah kebetulan disebabkan oleh para saudagar Islam. Harusnya bisa dilihat bahwa umat Islam sejak jaman Rosululloh adalah para Tentara perang yang tangguh di medan laga sekaligus para pedagang yang handal di bidang ekonomi, siapa yang tidak kenal pada sahabat Abdurrahman bin Auf yang telah memberikan pondasi ekonomi yang kuat di yastrib saat awal pembentukan Madinatul Munawwarah, maka Abdurrahman bin Auf lainnya telah melanglang buana hingga di bumi nusantara, mereka adalah para Utusan Allah dengan perbekalan ekonomi yang kuat dan ilmu Dieniyah yang kokoh.  Pada tahap awal dakwah, saluran perdagangan sangat dimungkinkan. Hal ini sejalan dengan kesibukan lalu lintas perdagangan jalur sutera abad ke-7 sampai abad ke-16 M. Para pedangan dari Arab, Persia, India dan China ikut ambil bagian dalam aktivitas perdagangan dengan masyarakat di Asia: Barat, Timur dan Tenggara.

Saluran Dakwah Islam dengan media perdagangan sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena dalam Islam tidak ada pemisahan antara aktivitas perdagangan dengan kewajiban mendakwahkan Islam kepada pihak-pihak lain. Selain itu, dalam kegiatan perdagangan ini, golongan raja dan kaum bangsawan lokal umumnya terlibat di dalamnya. Tentu saja ini sangat menguntungkan, karena dalam tradisi lokal apabila seorang raja sudah terdakwahi dan menerima Islam, maka dengan sendirinya akan diikuti oleh mayoritas rakyatnya. Ini terjadi karena kuatnya penduduk pribumi memelihara prinsip-prinsip yang sangat diwarnai hierarki tradisional.

Perkawinan antara pedagang atau saudagar Muslim dengan perempuan lokal juga menjadi bagian yang erat hubungannya dengan proses dakwah Islam.  Dakwah melalui proses ini merupakan yang paling mudah. Ikatan perkawinan itu sendiri merupakan ikatan lahir batin. Dengan berkeluarga, mereka menjadi inti masyarakat. Dari perkawinan ini, terbentuklah pertalian kekerabatan yang lebih besar antara pihak laki-laki (suami) dengan keluarga perempuan (istri).

Saluran perkawinan atau keluarga memegang peranan penting dalam proses internalisasi ajaran Islam di Indonesia. Dengan perkawinan tersebut, selain akan membentuk generasi-generasi baru Islam, juga akan besar pengaruhnya terhadap proses dakwah selanjutnya.

Saluran Islamisasi melalui perkawinan akan lebih menguntungkan jika terjadi antara saudagar Muslim, Ulama, atau golongan lain dengan perempuan raja, bangsawan, atau anak pejabat kerajaan lainnya.

Sebagai contoh Raden Rahmat yang dikenal selanjutnya dengan Sunan Ampel menikah dengan putri Tumenggung Wilwatikta yang bernama Ni Gede Manila, mendapat kepercayaan menjadi dari Raja Majapahit untuk memimpin wilayah Ampel Denta dengan membawahi 30.000 orang yang selanjutnya menjadi binaan Sunan Ampel.

Pendidikan juga mempunyai andil besar dalam proses Islamisasi di tanah Jawa. Sesuai kebutuhan Zaman, mereka perlu tempat atau lembaga yang menampung anak-anak mereka aga bisa meningkatkan dan memperdalam Ilmu agamanya. Daro lembaga pendidikan yang dikembangkan oleh juru dakwah atau para wali, lahir generasi pelajut yang memiliki komitmen kuat terhadap perjuangan Islam.

Proses Islamisasi yang berlangsung sejak abad ke-7 melahirkan kota-kota yang didominasi oleh Umat Islam terutama di daerah pantai di kepulauan Nusantara seperti Samudra Pasai, Pidie di Aceh, Palembang, Malaka, Jambi, Demak, Gresik, Tuban, Cirebon, Banten, Ternate, Tidore, Gowa, Makasar, Banjarmasin dan sebagainya. Selanjutnya diantara kota-kota tersebut ada yang berfungsi sebagai pusat kerajaan, ada yang berfungsi sebagai kota Kadipaten (Kabupaten), dan ada yang berfungsi sebagai kota pelabuhan.

15 Komentar

  1. Anonim berkata:

    GaK aDa TuH. . . . .

  2. Anonim berkata:

    triz bnged.. ats smuwa.x q bza krjain tgas q…..

    ————–
    Kopral Cepot : senang bisa membantu… 🙂

  3. siti dan amy berkata:

    tks ya
    q udh bs menyelesaikn tgs q

  4. siti dan amy berkata:

    kyknya msh krg nich

  5. esah dan amy berkata:

    wee….

  6. lalla berkata:

    kurang lengkap …..!!!!

  7. restu wiryanti berkata:

    mmm..
    thank’zZ yeaphhh..
    Zzkrng tgsqueww sdah slesaiii..
    legahhh jdix…

  8. elSa berkata:

    need more ..pak kopral saya komenin satu2 artikelnya ya,,hehehe,,jangan bosen2..

    ———–
    Kopral Cepot : Silahken… senang skali ada pembaca yg kritis dan mau komen disini 😉

  9. Gue Randomgono berkata:

    lanjutan tulisannya kok ilang??

  10. Seseorg yg menemanimu dlm kesusahan jauh lbh berharga drpd seratus org yg menemanimu dlm kesenangan.

  11. kaka berkata:

    thx yaw tugas nya dah selesaii jadinya tenang!! 🙂

  12. DORIS JAYA PUTRA berkata:

    Meskipun tidak mengganggu orang sekitar bisa dipastikan hampir tidak bisa membuat diri nyaman dalam melakukan aktivitas kesibukan. Belum lagi masalah sosial ketika dihadapi ketakutan jika orang lain mengetahui masalah diri.

  13. Stop dreaming and start doing A strong hope can make your dreams come true

  14. lukman berkata:

    ijin copas ….

  15. lukman berkata:

    terima kasih sebelumnya semoga tercatat sebagai amal jariyah….

Tinggalkan Komentar