~ 5 Buku ~

  • 200 Tahun Anjer-Panaroekan: Jalan (untuk) Perubahan – Banten, Hikayat Kerbau di Ladang Pabrik

Chapter 1: Banten, Hikayat Kerbau di Ladang Pabrik Chapter 2: PEMBANGUNAN:Industrialisasi Belum Berhasil Sejahterakan Warga Chapter 3: DAMPAK PEMBANGUNAN: Menjadi Buruh di Tanah Sendiri Chapter 4: JALAN TOL: Penolakan Lanjutan dari Babakan Ciwaringin Chapter 5: EKSPEDISI: Menyusuri Jejak Daendels di Bumi Siliwangi Chapter 6: JALAN POS : Daendels Menaklukkan Puncak Pass? Chapter 7: INFRASTRUKTUR: Matinya Jalan Harapan… Chapter 8: PERKEMBANGAN KOTA: Cirebon (Bakal) Dilupakan Chapter 9: BURUH: Mensyukuri Remah Industri Batik Chapter 10: Alas Roban “Terkepras” Tol Chapter 11: KELAUTAN: Bendar, Pengecualian Sebuah Desa Nelayan Chapter 12: PETANI: Tanahku Bukan Lagi Tanahku Chapter 13: Lamongan Sukses Manfaatkan Pantai Chapter 14: Panarukan, Pelabuhan T(B)erakhir Chapter 15: EKSPEDISI: Jalan Raya Pos, 200 Tahun Pengisapan Chapter 16: EKSPEDISI ANJER-PANAROEKAN: Kapuk Jawa, Keunggulan yang Terlupakan Chapter 17: INDUSTRI: Bang Kodir Berupaya Bangkit dari Lumpur Chapter 18: PERIKANAN: Tangan Buruh Ngenam Melepuh Chapter 19: Lasem, Simpul Sejarah yang Pudar Chapter 20: Batik Oey Soe Tjoen, Orang yang Bekerja dengan Ingatan Kuat Chapter 21: KOTA JALAN RAYA POS: Kenangan Jalan Kenari Chapter 22: KOTA JALAN RAYA: Merunut Tanah Partikelir di Probolinggo Chapter 23: BURUH GARAM: Korban Kebijakan Masa Kolonial Chapter 24: Mebel Pasuruan Bisa Tinggal Kenangan Chapter 25: EKSPEDISI 200 TAHUN ANJER-PANAROEKAN: Jalan Pemodal, Jalan Penguasa Chapter 26: TOL: Mungkinkah Jalan untuk Semua? Chapter 27: KERETA API: Loko Tua, Siapa Mau Ikut? Chapter 28: KETIMPANGAN WILAYAH: “Bandul” Bergerak ke Pesisir Utara Jawa Chapter 29: PEMBANGUNAN: Perluasan Eksploitasi Ekonomi Kolonial Chapter 30: PEMBANGUNAN: Perluasan Eksploitasi Ekonomi Kolonial Chapter 31: Masa Depan Ekologi Jawa (Utara) Chapter 32: Lonceng Kematian dari Desa Chapter 33: Ketika Kota Menjadi Seragam Chapter 34: Menuju Kota Gagal Chapter 35: Muncul dan Matinya Kota-kota Chapter 36: Jalur Penumbuh, Sekaligus Pembunuh

  • BUKAN PEREMPUAN BIASA (Edisi Khusus TEMPO Untuk Hari Perempuan) – Para Perempuan di Puncak Zaman

Chapter 1: Para Perempuan di Puncak Zaman Chapter 2: Christina Rantetana: Di Laut Ia Jaya Chapter 3: Pengasihan Gaut: Melerai Konflik di Bosnia Chapter 4: Dwi Astuti Soenardi: Perjalanan ke Puncak Dunia Chapter 5: Evi Neliwati dan Agung Etti Hendrawati: Dua Pemanjat Dunia Chapter 6: Hilda Djulaida Rolobessy dan Soraya Sultan: Dua Menyemai Damai Chapter 7: Retno Lestari Priansari Marsudi: Diplomacy By SMS Chapter 8: Diza Ali Rasyid: Cinta Seorang Diza Chapter 9: Pingkan Mandagi: Sekali di Udara Tetap di Udara Chapter 10: Rustriningsih: Lompatan Demonstran Mungil Chapter 11: Isma Kania Dwei dan Ida Fiqriah: Dari Curug ke Ujung Dunia Chapter 12: Rahayu Suhardjono: Doktor Penjelajah Gua Kapur Chapter 13: Shinta Damayanti: Berkilau dari Tengah Rig Chapter 14: Zuriati: Akrab Berkutat dengan Pesawat Chapter 15: Swasti Hertian: Emansipasi Bedah Mayat Chapter 16: Mercusuar Di Pulau Jauh Chapter 17: Di Atas Roda Pergulatan; Becak Perjuangan Ponirah Chapter 18: Raida di Sebuah Pelabuhan Chapter 19: Dalam Jebakan Sistem Maskulin Chapter 20: Perempuan Berkiprah Di “Dunia Laki-Laki” Chapter 21: Ibu Rumah Tangga, Lokomotif Perubahan Chapter 22: Bedak Debu Itu Luruh
  • Seratus Teks Imaji Indonesia (Edisi Khusus Tempo 100 Tahun Kebangkitan Nasional) – Berbagai Tinta Menulis Indonesia
Chapter 1: Berbagai Tinta Menulis Indonesia Chapter 2: Padi yang Tumbuh Tak Terdengar Chapter 3: Hindania dan Politik Antara Dua Karang Chapter 4: Gugatan dari Kaleng Rombeng Chapter 5: Kontroversi Buku Yamin Chapter 6: Membongkar Mitos Konstituante Chapter 7: Logika Si Misterius Chapter 8: Mereka Ulang di Pengucilan Chapter 9: The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia) Chapter 10: Menggugat Budi Utomo Chapter 11: Jalan Pejal Menuju yang Modern Chapter 12: Terbakar Pesona Revolusi Chapter 13: Tetralogi Buru dan Indonesia ‘Modern’ Chapter 14: Perlawanan Abadi Siti Nurbaya Chapter 15: Nasionalisme dalam Belenggu Waktu Chapter 16: Komedi Hitam untuk Jepang Chapter 17: Nasionalisme dan Preman di Surabaya Chapter 18: Fondasi Dasar Bahasa Indonesia Chapter 19: Menyerang Lewat Layar Terkembang Chapter 20: Moeis Menyalahkan Pengasuhan Hanafi Chapter 21: Hamka Menggebrak Tradisi Chapter 22: (51) Jalan Tak Ada Ujung Chapter 23: Mencari Bangsa dalam Bahasa Chapter 24: Tabuh Kata Mengubah Kita Chapter 25: Setelah Malam yang Genting Chapter 26: Seruan Merdeka dari Den Haag Chapter 27: Tentang Gagasan Pluralis Chapter 28: Teks 60-70 Chapter 29: Negara tanpa Rakyat? Chapter 30: Bertukar Gagasan di Jalan Sunyi Chapter 31: Surat tentang Kebebasan dan Cita-cita Chapter 32: Catatan Abadi Para Demonstran Chapter 33: Pergolakan yang Tak Pernah Padam Chapter 34: Merogoh Hati Si Bung Chapter 35: Teks 75-84 Chapter 36: Dari Perbendaharaan Lama Chapter 37: Puisi: Roh Sebuah Gerakan Chapter 38: Chairil Anwar dan Semangat Kebangsaan Chapter 39: Denyut Demonstran dalam Puisi Chapter 40: Potret Pembangkangan Rendra Chapter 41: Hilang tapi Terus Berjuang Chapter 42: Teks 89-91 Chapter 43: Jagat Buku Islam dan Kebangkitan Nasional Chapter 44: Menghadirkan Indonesia Chapter 45: Dari Angkot hingga Asimilasi Chapter 46: Cerita dari Tanah Dingin Chapter 47: Mati Ketawa Keliling Indonesia Chapter 48: Teks 95-97 Chapter 49: Kisah Atlas dari Amsterdam Chapter 50: Tanda Bangsa Berbudaya Chapter 51: W. J. S. Poerwadarminta Bapak Kamus Indonesia Chapter 52: Surat dari Ternate Chapter 53: Dari Tempat yang Akan Datang

1 Komentar

  1. andinoeg berkata:

    buku-buku sejarah, pasti menarik

Tinggalkan Komentar