Jejak Sejarah

Tak ada tindakan yang tak meninggalkan jejak. Ada jejak di pasir, di kursi, di dinding, di cangkir; pada rona muka, pada bahasa tubuh, pada gerak mata, di dalam pemikiran, di dalam tulisan, di dalam lukisan. Ada jejak manusia, jejak cicak, jejak buaya. Ada jejak, ruang, jejak waktu, jejak bahasa. Tak ada hari tanpa jejak. Tetapi, tak ada jejak tunggal. Yang ada adalah multiplisitas jejak-jejak.

Setiap jejak yang ditinggalkan dari beragam niat, beragam motif, beragam pikiran, beragam perasaan. Ada jejak asal-asalan, jejak serius, jejak terencana, jejak beraturan, jejak tak beraturan, jejak yang bisa di pertanggung jawabkan, jejak wajib, jejak sunat, jejak haram, jejak makruh, jejak mubah. Semua jejak tertinggal dibelakang.

Jejak memiliki dimensi waktu. Jejak ada dalam dimensi waktu. Jejak selalu produk masa lalu, kita melihatnya di masa kini, tetapi ia menunjuk ke masa depan. Jejak adalah sebuah tanda waktu, sebuah ‘juru bicara’ waktu, sebuah ‘saksi waktu’. Melalui jejak kita mengenali waktu, membaca gelagat, memahami zaman. Jejak merekam momen peristiwa, mengukur rentang perjalanan, mencatat durasi kejadian. Tak ada yang luput dari rekaman jejak.

Rekaman jejak terlihat saat kita menoleh kebelakang, melirik dari samping, melihat dari kaca spion. Walau sebentar kita lirik, jejak mengenalkan diri kita pada kebanggaan, kegembiraan, kekecewaan, kepedihan, keinginan, tekad, kelumpuhan, ketakberdayaan.

Tindakan selalu mendahului jejak. Jejak selalu ada setelah tindakan. Tak pernah jejak mendahului tindakan. Jejak setia pada tindakan. Jejak adalah post-factum tindakan. Jejak adalah sebuah indeks, sebuah akibat, sebuah akhir proses. Kita selalu ‘membaca’ jejak dari belakang, bukan dari depan. Kita selalu ‘mengikuti’ jejak, layaknya filem detektif, bukan diikuti jejak. Kita ‘mencari’ jejak, tak pernah ‘dicari’ jejak. Kita ‘membaca’ jejak, tak pernah ‘dibaca’ jejak.

Jejak adalah rangkaian yang berurutan dari jejak satu ke jejak selanjutnya. Jejak adalah peninggalan yang bisa diingat atau dilupakan, berusaha dimengerti atau diacuhkan, disambung-sambungkan atau diberantakan, dikonstruksi atau diruntuhkan. Dari jejak kita temukan “taaba wa ashlaha“, disesali, ditobati lalu diperbaiki. Dari jejak kita temukan perubahan, perbaikan, penyempurnaan. Dari jejak pula kita menemukan kehancuran.

Jejak adalah sebuah petunjuk. Ia menunjuk sebuah arah, membuka sebuah ‘pintu’, memberi sebuah orientasi. Jejak adalah sebuah gerak bolak-balik menuju masa lalu dan masa depan. Orang ‘mencari jejak’, karena ingin mengetahui peristiwa masa lalu. Akan tetapi, orang juga ‘mengikuti jejak’ untuk meramalkan masa depan. Jejak selalu mengarahkan matanya ke arah multiplisitas waktu. Jejak selalu bersifat multidimensi.

Jejak adalah realitas yang membutuhkan “tafsiran” oleh timbangan jejak. Timbangan nilai yang menjadi acuan, standar, rujukan bagi setiap jejak yang disandarkan pada pertanggungjawaban. Jejak bukan sebuah kebetulan tetapi kesengajaan yang beralibi.

Setiap zaman meninggalkan ‘jejak’. Inilah ‘tanda zaman’. Tanda zaman adalah segala yang telah terjadi, tetapi mengarahkan kita ke masa depan.

Jejak adalah sebuah argumen, sebuah narasi, sebuah bahasa, sebuah cerita, sebuah ‘teks’. Jejak ‘dibaca’, ‘dianalisis’, ‘dikaji’, ‘ditranslasi’, ‘ditafsirkan’. Jejak dilindungi karena ia mengandung pengetahuan dan informasi. Jejak dianalisis secara ‘ilmiah’, karena ia dianggap sebuah jalan menuju ‘kebenaran’ (truth). Jejak adalah ‘juru bicara’ kebenaran.

Jejak adalah “juru bicara” kebenaran. Kebenaran akan realitas jejak, bukan kebenaran akan analisis, tafsir, atau kajian atas jejak. Jejak kebenaran berbeda dengan kebenaran atas realitas jejak.

Sebab tak semua jejak menggiring pada factum, realitas, kebenaran. Jejak malah sering meninggalkan enigma, teka-teki, ketakpastian, kekaburan, kabut, kegelapan. Jejak ada, tetapi kebenarannya disembunyikan. Tanda ada, tetapi maknanya dipalsukan. Bekas ada, tetapi realitasnya dikaburkan. Yang kita temukan adalah serangkaian jejak tanpa makna, tanda tanpa kebenaran, bekas tanpa tindakan.

Jacques Derrida, di dalam Positions (1987), mengatakan bahwa jejak tak pernah menuju pada sebuah ‘kebenaran akhir’. Jejak hanya menunjuk pada jejak lain—jejak dari jejak—bukan pada kebenaran. Jejak bukan latar, fondasi atau asal usul. Jejak adalah proses pergerakan tanpa akhir. Jejak mengarahkan pada jejak lain, tanda menggiring kita pada tanda lain, bekas membawa pada bekas lain ad infinitum.

Akan tetapi, ada jejak yang ‘terlepas’, ‘melepaskan diri’ atau ‘sengaja dilepaskan’ dari tindakan. Tindakan tak lagi meninggalkan jejak. Jejak dihapus setelah tindakan. Jejak ‘mengingkari’ pemiliknya. Melalui jejak palsu, sejarah dipalsukan, kebenaran disembunyikan, pikiran dikaburkan. Jejak mengarahkan pada kegelapan.

Jean Baudrillard, di dalam The Perfect Crime (1996), melukiskan tindakan yang tanpa jejak. Ada tindakan, tak ada jejak. Ada peristiwa, tak ada tanda. Ada kejadian, tak ada bekas. Inilah ‘tindak’ atau ‘kejahatan sempurna’. Ada kejahatan, tak ada korban, tak ada motif, tak ada bukti. Tindakan terputus dari jejak, tanda dan bekas. Jejak bersembunyi di balik tindakan, tanda melebur ke dalam realitas, bekas mencair ke dalam peristiwa.

Jejak kini digunakan untuk memalsukan kebenaran. Inilah ‘jejak artifisial’, ‘jejak palsu’, ‘jejak buatan’. Jejak kini diproduksi sebagai ‘simulakra jejak’ (simulacra of trace). Inilah jejak yang berpretensi seakan-akan ia ‘refleksi’ realitas, padahal pemalsuan realitas. Jejak kini bukan lagi ‘bukti’ tindakan (suap, penyelewengan, pembunuhan), tetapi bukti tak adanya tindakan. Inilah simulakra barang bukti, berkas, dokumen, rekaman.

Tak hanya ada ‘simulakra jejak’, malah lebih parah lagi, kini ada ‘simulakra tindakan’ (simulacra of action). ‘Tindakan’ (penyuapan, penyelewengan, pembunuhan) dikonstruksi secara artifisial, seakan-akan ia adalah ‘tindakan nyata’ (real action), padahal palsu, gadungan dan artifisial. Tindakan penyuapan itu tak ada, tetapi ditampilkan seakan-akan ada, melalui ‘simulakra’ barang bukti, jejak dan dokumen. Ada jejak, tetapi sesungguhnya tindakannya tak ada.

Ketika jejak diputus dari realitas, ketika jejak menjadi ‘simulakra jejak’, ketika tindakan menjadi ‘simulakra tindakan’, kebenaran ikut melebur menjadi ‘simulakra kebenaran’ (simulacra of truth). Kita lalu dibawa pada contradictio in terminis: sebuah pernyataan yang di titik akhir menyanggah dirinya sendiri. Sebuah kebenaran yang palsu, sebuah kepalsuan yang benar, sebuah kebenaran yang tak-benar, sebuah kepalsuan yang asli, sebuah keaslian yang palsu—sebuah ‘nihilisme’.

Tak ada lagi yang tersisa dalam kehidupan, bila tak ada lagi ‘jejak sejati’, ‘realitas sejati’ dan ‘kebenaran sejati’ (genuine truth). Hidup yang dikepung kepalsuan akan menjadi bagian dari kepalsuan itu. Tubuh bangsa ini telah kehilangan segala sifat ‘kesejatian’, ketika menciptakan jejak, tindakan, dan kebenaran palsu menjadi hobi, kebiasaan, sarapan pagi, waktu senggang, trend setiap orang. Kepalsuan tanpa beban, manipulasi tanpa rasa bersalah, kebohongan tanpa rasa malu.

Bagaimana jejak melihat masa depan ? ……..

Kepalsuan adalah masa depan kebenaran” ~Yasraf Amir Piliang~

Kepalsuan adalah mimpi buruk masa kini, segeralah bangun pagi dengan “realitas sejati” dalam kehidupan yang tersisa” ~Kopralogic~

*******

*Tulisan ini terinspirasi dari catatan Dr. Yasraf Amir Piliang dalam notes/catatan di facebook beliau dalam judul “Jejak” yang ditulis tanggal 13 November 2009. (Yang di tulis miring adalah tulisan Dr. Yasraf Amir Piliang, sisanya yang sedikit tulisan KC)

* Gambar diambil tanpa ijin dari halaman “Love Quotes and Sayings”

24 Komentar

  1. Noer berkata:

    Kalo gitu, mohon ijin aku ikutan ninggalin jejak mas di kunjungan perdana ini. Salam kenal & persahabatan dari Tanah Sulteng. Sukses selalu untuk anda…

    ————–
    Kopral Cepot : Hatur tararengkyu … n sukses juga buat sahabat dari Sulteng 😉

  2. Mengintip Jejak berkata:

    Seperti pepatah yang berarti bagaimanapun menyembunyikan jejak dengan sebuah reality show kepura-puraan dengan maksud menutupi rencana percobaan “actions” akhirnya terendus juga perbuatan keji itu, investigasi dilanjutkan.

    —————–
    Kopral Cepot : Pepatahnya : “Sepandai-pandai menyimpan bangkai, akhirnya pasti tercium juga” … lanjutken 😉

  3. bangsa yang besar
    adalah bangsa yang mengenal sejarahnya sendiri…

  4. andinoeg berkata:

    ayo kita tinggalkan jejak kita sejarah kita dengan kebaikan dan manfaat untuk orang lain

    ————–
    Kopral Cepot : “Sang Penjelajah Malam” yang rajin meninggalkan jejak … yuk mari !! 🙂

  5. indsra berkata:

    jejak sejarah kehidupan manusia yang asli…ya…dimulai sejak diturunkannya Adam ke bumi. betul ga kang?? Kata temen sy mah, ” sejarah yang asli dan tanpa kebohongan itu awalnya dari Adam yang dikteruskan oleh Nabi2 setelahnya. Makanya ada kata sejarah yang asalnya dari kata “sajarotun” ( punten bilih lepat nulis) yang artinya pohon. Betul tidak itu teh kang?? mohon penjelasannya…..^^

    —————–
    Kopral Cepot : Betul kang … diantara memahami sejarah dari pemaknaan sejarah yang berasal dari akar kata ” sajarotun” pohon.. kalo pohon berarti ada akar, batang, ranting dan buah … masa lalu, kini dan akan datang adalah kesatuan waktu yang tak bisa di pisahkan … “tak kan ada buah semangka berdaun sirih” .. buah yg baik dihasilkan dari pohon yang baik … Al-Qur’an memperumpamakan dengan “kalimat thoyibah” juga dengan “pohon yang baik”. Obyek sejarah adalah manusia, maka sejarah dimulai dari jejak asal-usul manusia pertama yaitu Nabi Adam a.s … smoga tulisan selanjutnya bisa menambah penjelasan ini… sebelumnya coba baca juga “Wajah Sejarah

  6. Mengintip Jejak berkata:

    Jejak oh jejak, jika orang lain berbuat kesalahan anggaplah seperti jejak di pasir di pantai hanya sebentar saja jejak itu ada kemudian sirna saja dengan sapuan air laut, namun segala kebaikannya anggap seakan jejak yang terpahat diatas batu… Anger management… right?

    ————–
    Kopral Cepot : Right pisan … 😉

  7. syayyidah berkata:

    sejarahku oh sejarahku… masa lalu plend jangan diambil ati… ntar tumpah kemana-mana…

    Akhwat Genit dan Dakwah Abal-abal

  8. Noer berkata:

    Mampir kembali, sukses selalu untuk anda. Ijin ikutan tukeran link-nya mas. Link sampean sudah saya pasang di http://noerdblog.wordpress.com/ Trimakasih

    —————–
    Kopral Cepot : Hatur tararengkyu … link segera di pasang 😉

  9. Toko Pakaian berkata:

    andai kata jejak2 kita bisa diputar kembali pasti sesuatu ingin merubahnya menjadi yang terbaik..nice post gan

  10. Usup Supriyadi berkata:

    makannya rasulullah pun menekankan agar memperhatikan jejaknya dan para sahabatnya 🙂

  11. Chaerul Mundzir berkata:

    jejak-jejak yang ditinggalkan diblog ini, membuat saya mengingat kembali jejak-jejak yang saya tinggalkan dimasa lalu, tapi tidak membuat saya terpaku pada jejak-jejak dahulu, akan tetapi membuat saya semakin yakin akan jejak-jejak yang akan cetak.

  12. Tanto berkata:

    Oleh karena itu mari kita tinggalkan jejak kebaikan agar membekas di hati smua orang.

  13. nirwan berkata:

    Konon, ada dua jejak maha dahsyat, dan itu bersumber dari Ibrahim. Satu jejak diteruskan oleh Ishaq dan satu jejak lagi diteruskan oleh Isma’il. 😉

  14. j e j a k : Jelas Enaknya Jadi Anak Keluarga kaya inilah yang saat ini trend mode yang ada disekitar kita , dengan fasilitas yang datang dari orang tuanya. tanpa harus menunjukan kemampuan kapabilitas diri sendiri semua bisa terlaksana dengan apa diinginkanya , tidak tahu menahu entah darimana orangtua memperolehnya apa dari hasil korupsi (maaf),kolusi (maaf),nepotisme (maaf) atau ketiganya sekaligus (maaf). jejak apa yang akan ditinggalkan kesekelilingnya bermanfaatkah , berdayagunakankah , berfaedahkah , bermaslahatkah . jejak bukan hanya milik profesor doktor atau presiden atau wakil – wakil rakyat , jejak juga milik tukang becak , sopir mikrolet !!! orde telah berganti ( katanya ) dari yang lama ke baru terus ke reformasi ( untung belum sempat menjadi super – super baru ) . semuanya meniggalkan jejak ,ada jejak orla ada jejak orba ( masih belum ada jejak orde reformasi ), akankah semua meninggalkan jejak-jejak yang tidak sama atau malah sebaliknya akan meninggalkan jejak-jejak yang sama. zaman telah berubah dari kolonialisme menjadi alam kemerdekaan ada perubahan teknisada perubahan strategis dan ada perubahan teknisstrategis. yang akan mewarnai jejak yang akan ditinggalkanya nanti dan siapa yang menilainya adalah sejarah. banyak kejadian-kejadian disekitar kita ( negara kita yang kita cintai ini ) ditayangkan di media televisi , di media cetak atau mungkin teman kita yang mengabarkan koruptor antri masuk penjara atau hotel prodeo. semacam anekdot yang dilontarkankepada teman ( orang tuanya pejabat teras ) ” ditembak senapan jepang-belanda masih bisa mengelak , ditembak duit bagaimana bisa mengelak ? ” ………….. sekarang sudah tidak ada lagi KKN pada saat ini yang ada MBAH-NYA KKN … wah wah wah JEJAK SEJARAH . ( sakalangkong : doktertoeloes malang ).

  15. majorprad berkata:

    Bersembunyi dan berdiam diri adalah bentuk kepengecutan abadi bagai jejak di gurun pasir. Membaca semua tulisan Kang KC memaksa diri menemukan oase untuk ‘jiwa’ yang kering karena “Kepalsuan adalah mimpi buruk masa kini, segeralah bangun pagi dengan “realitas sejati” dalam kehidupan yang tersisa” ~Kopralogic~

    Sambut jiwa di sisa hidup ini. Terimakasih Kop..

  16. kasman berkata:

    kata Cicero ” manusia yang tak mengetahui kejadian sebelum ia dilahirkan sama saja ia tetap anak kecil ” manusia yang sadar akan perubahan berarti manusia yang belajar dari jejak-jejak sejarah sebelumnya.

  17. Mandalajati Niskala berkata:

    JEJAK SEJARAH

    Jejak kaki
    Tapak tapak yang berlalu

    Jejak tak pernah meninggalkan bentuk utuh
    Bahkan siapa yang berlalu
    Berada dalam permainnan kelambu

    Jejak adalah alur
    untuk melacak yang berlalu dan berlabuh

    Jejak harus ditandai
    Jangan ditapaki
    Bahaya jejak bisa berganti telapak kaki
    Dan rusak karena kecerobohan

    Jejak kaki berlalu jangan dicegah.
    Biarkan berakhir dalam kelelahan nafas
    Aku akan melintas membuat jejak kedepan.
    Dengan nafas fajar baru.

    Bandung, 11/10/12
    Mandalajati Niskala
    Syair ini ditulis dadakan & dipersembahkan buat Den Kopral Cepot.

    1. Mandalajati Niskala berkata:

      Mandalajati Niskala: “SESEORANG YANG MELANGKAH MENGIKUTI JEJAK SELALU BERADA DI BELAKANG & TIDAK AKAN PERNAH BISA BERADA DI DEPAN”

      Mandalajati Niskala: “SESEORANG YANG SELALU MELIHAT KEBELAKANG DIA TIDAK AKAN BISA LANCAR MELANGKAH & BERPELUANG UNTUK SELALU TUBRUKAN”

      Mandalajati Niskala: “MELANGKAHLAH DENGAN PANDANGAN KE DEPAN AGAR SETIAP YANG DITATAP AKAN KITA LALUI DENGAN MULUS DAN SAMPAI KEPADA TUJUAN”.

    2. Kopral Cepot berkata:

      Hatur tangkyu teramat sangat …….

  18. Aksesoris mobil berkata:

    jejak yang membawa kita ke masa lalu :”)

  19. A-think Poetra berkata:

    ijin berrbagi y Bang…

Tinggalkan Komentar