Belajar arti Integritas, Kejujuran dan Tanggung Jawab

Cerita bermula sekitar empat belas tahun yang lalu ….

Ide tentang KIPP itu naik ke permukaan sejak Desember 1995. Namun lembaga ini baru “diproklamasikan” di Kafe Venesia, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 15 Maret 1996, lewat konferensi pers. Goenawan Mohamad, mantan Pemimpin Redaksi majalah Tempo, tampil sebagai ketua presidiumnya. Ia didampingi aktivis Federasi Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Mulyana W. Kusumah, sebagai sekretaris jenderal. Dalam Presidium KIPP itu ada sembilan nama lain, yang semuanya anak muda aktivis pelbagai organisasi. Yang agak mengagetkan, dalam deretan Dewan Pertimbangan Nasional KIPP ada nama Nurcholish Madjid, tokoh pembaharu pemikiran Islam di  Indonesia. Ia hadir pula dalam acara peresmian KIPP. Tentu banyak yang  heran. Betapa tidak. Selama ini Nurcholish dikenal berhubungan mesra  dengan Pemerintah, selain menjadi aktivis ICMI. Cak Nur, demikian  Nurcholish biasa dipanggil, juga masih terdaftar sebagai anggota  Fraksi Karya Pembangunan di MPR-RI. Padahal sejak ide KIPP  digelindingkan, sangat terasa bahwa Pemerintah tak berkenan menerimanya.

Lalu apa hubungannya ? diskusi mengalir terjadi di wall Uin Ciputat .. sebuah diskusi yang memberi pelajaran tentang arti integritas, kejujuran dan tanggung jawab ….
 

  • Uin Ciputat YTH Kak Saleh Abdullah (teman Bang Fachry Ali, Kak Lena Maryana, Kak Muchroji M Ahmad, Kak Tashudi Yanto & Kak Tafta Zani). Berikanlah pencerahan kepada teman2 UIN Ciputat, sebagaimana Kakak pernah memberikannya —bersama seorang perempuan cantik dari Australia— pada senior2 di atas kami dlm diskusi “bawah tanah” untuk melawan rezim Orde Baru. Kami kangen suasana diskusi begitu. Maaf jika Kami mengganggu.

30 September jam 4:10 ·

  • Manjadda Wajada lanjoetkan pak/bu!

    30 September jam 5:16 ·
  • Endar Prasetio Attracted.

    30 September jam 5:25 ·
  • Saleh Abdullah Walau bisa meraba-raba, saya tidak benar2 tahu siapa anda? UIN Ciputat ini institusi, kelompok, indvidu, atau apa? Kalau kelompok, siapa saja anggota2nya.

    30 September jam 5:46 ·
  • Uin Ciputat

    Kak Saleh Abdullah YTH, pertanyaan Kakak sudah kami sampaikan secara jelas dan sangat terang-benderang dalam penjelasan (info) akun ini. Terima kasih banyak Kakak sudah mhormat atas pertanyaan Kakak. Kami sangat bangga dengan prestasi Kakak, meskipun kami mengetahuinya sangat sedikit.

    30 September jam 5:50 ·
  • Saleh Abdullah Euh, begini, ya, saya mengerti. Tapi, anda ini kan pastilah bukan “makhluk cyber” toh? He he he. Maksud saya, apakah anda semacam moderator dari forum UIN Ciputat ini? Dan siapa itu moderatornya? Pasti seseorang, kan?

    Maaf sekali, saya sama… sekali tidak berkeberatan untuk sharing pengalaman. Asal jelas buat saya, dengan siapa saya berkomunikasi. Saya orang yang selalu ingin jelas dan terang benderang. Sehingga mudah untuk menunjukkan tanggungjawab.

    Selebihnya, saya merasa belum mempunyai prestasi seperti yang mungkin anda bayangkan. Tapi pengalaman2 dari perjalanan2 hidup saya bersama teman2, barang tentu dengan senang hati bisa kita diskusikan. Salam hangat!

  • Uin Ciputat

    Benar sekali kami adalah moderatornya. Tapi mohon maaf, kami tidak bisa menyebut nama. Kami berharap Kakak bisa menghormati jawaban kami, tidak seperti teman-teman lain yg memberikan tanggapan dengan gaya bahasa “menghibur”. Sekali lagi, te…rima kasih atas komentar Kakak. Terima kasih juga Kakak telah bergabung di akun diskusi UIN Ciputat. Di organisasi ekstra dan intra, kita terbiasa “menggebrak” meja dalam pertemuan. Di forum diskusi akun UIN Ciputat semoga hal tersebut tidak terjadi. Kalau pun terjadi, bagi kami hal tsb lumrah dan kami sabar untuk membacanya. Kak Saleh Abdullah YTH, kami yakin teman-teman yg lain membaca obrolan di antara kita di pagi hari ini. Sukses untuk Kakak, dan sukses untuk kita semua yang mencintai diskusi. Tegur dan sapalah kami, jika menurut Kakak kami melanggar hukum dan salah dalam menyampaikan data dalam tulisan-tulisan di dinding kami.
    30 September jam 6:13 ·
  • Saleh Abdullah

    Tidak usah kuatir dengan “gebrak menggebrak”, selama substansi yang disampaikan “bermutu”. Itu, kan, cuma “cara” atau “media”. Kalau ada orang yang terganggung dengan “cara” atau “media”, ya, dia berarti tidak tertarik pada substansi. Tempa…t orang seperti itu adalah dunia basa-basi, dunia pepesan kosong!

    Lebih mudah belajar dari kebenaran, karena tinggal mencontek atau meniru. Lalu anda akan masuk dalam daftar panjang “orang-orang malas dan manja.” Akan lebih susah belajar dari kesalahan, karena diperlukan kejujuran dan tanggungjawab. Dan pasti menantang. Jangan takut salah!

  • Endar Prasetio Kapan akan diadakan diskusi tersebut, mohon nanti info di tag ke profil.
    Thank you. 

    30 September jam 6:25 ·
  • Uin Ciputat Kak Saleh Abdullah YTH. Kami berharap tidak salah memaknai komentar Kakak tersebut, yg kami anggap sebagai dukungan nyata atas keberadaan akun facebook UIN Ciputat. Kami benar-benar bangga dengan prestasi Kakak, meskipun Kakak merendah (tawadhu’), khususnya karena Kakak telah masuk dalam “barisan gelombang massa” yang menantang rezim Orde Baru waktu itu.

    30 September jam 6:27 ·
  • Uin Ciputat Kak Endar Prasetio YTH, kami pasti akan memberikan info yang dimaksud kepada Anda, jika kami mengadakan diskusi antaralumni lintas generasi ADIA/IAIN/UIN. Makasih juga atas dukungan Kakak.

    30 September jam 6:29 ·
  • Saleh Abdullah
    Buat saya sih, forum komunikasi atau diskusi apapun, bagus-bagus saja. Sepanjang para peserta diskusinya jujur dan terbuka. Mau kelompok diskusi PKI kek, AhmadiyESaah kek, sepanjang memenuhi kriteria tadi, saya kira penting. Demi tersalurkanny…a prinsip Kebebasan Menyatakan Pendapat.Soal yang anda maksud “prestasi” atau sikap “tawadhu” itu, sungguh, saya tidak sedang berbasa-basi. Penjelasannya begini: Saya memang pernah menjadi korban politik Suharto dan rejimnya. Dan ribuan orang lainnya juga begitu. Dan apa yang saya lakukan, paling pertama, dasarnya adalah bahwa saya secara pribadi, ingin mempunyai kebebasan2 mendasar yang dijamin negara dalam kehidupan. Masa menyatakan pendapat politik saja harus dihukum subversif? Akal sehat saya menolak itu! Lalu pada 1996, saya lakukanlah sesuatu bersama teman2, dengan pikiran, mudah2an berdampak juga buat banyak orang yang menganggapnya penting. Kami terkena resiko politik itu.LaluDan saya mulai berfikir melakukan hal2 lain yang memang , pada 1998, di senja kala kekuasaan diktator Suharto itu, kami bergabung lagi dengan teman lain yang punya pikiran rada-rada sama. Juga jutaan orang lainnya.Dan ketika Suharto jatuh, secara pribadi, saya berfikir “mission accomplished”. sudah lama ingin saya lakukan. Uzlah-lah saya dari Jakarta yang pengap itu, dan bersama teman2 hijrah ke Yogya dan menciptakan kehidupan sendiri bersama teman dan warga desa sekitar di kaki The Old Lady, Merapi.Tawaran masuk partai politik atau menjadi anggota parlemen, saya tolak. Karena merasa tidak berbakat untuk berada di “gray area”. Begitu juga tawaran study ke luar negeri. Karena buat saya, saya bisa study sendiri dengan belajar dari pengalaman2 orang kampung. Dan yang saya pentingkan adalah “melakukan” bukan semata-mata berfikir.  Begitulah. Orientasi hidup saya sederhana, dan saya ingin menikmati kesederhanaan itu. Tabik!

  • Uin Ciputat Kak Saleh Abdullah YTH, terima kasih sudah memberikan informasi tersebut.

    30 September jam 7:00 ·
  • Mohammad Zen Salam buat kak saleh abdullah. Saya pengagum anda…

    30 September jam 7:41 ·
  • Saleh Abdullah Istilah yang tepat, gua kira, di: Kita sama2. Ga ada siapa pengikut siapa. Karena gua yakin, lu punya concern yang sama. Karena itu kita bersama. Gua ga mau “punya buntut”. Gua mau semua orang bebas merdeka melakukan apa yang baik, dan kalau mungkin berdasarkan “common sense”.

    30 September jam 8:14 ·
  • Muchroji M Ahmad

    Jadi ingat lg ketika “SA” bemengatakan “SA” sedang main api, dan konyol., ada yg bilang kebanyakan ngaji karl marx di HP2M, sedang melededak-ledak membawa terbang pikiran Roem Tomatipasang, Mansur Faqih, Rusdil an siayang sempat tertuang di “ belrgabung dg Sri Bintang Pamungkas, saya sempat ketemu dan tanya apa itu ngk salah, karena saat itu tindakan yg demikian sangat dipastikan bikin soeharto murka, dan sebelumnya tidak satupun yg berani mengalirkan a…ir berlawanan arah, banyak yg ajar dari pengalaman”. tapi apa katanya dengan enteng ‘ ngk apa saya yng jadi tumbal, tapi apa yg saya lakukan adalah inpestasi utk masa datang , kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi, dpa yg memulainya“ selamat dech atas ide pemikirannya yg ngk pernah kering kaki gunung merapi dengan Pak Lan yg setia dengan rebusan singkong kuningnya.
    30 September jam 9:48 ·
  • Saleh Abdullah Terimakasih Ji. Aku baru tau kalau ada temen2 Ciputat yang nganggap aku konyol ketika itu. Menarik! Mungkin karena itu juga, ketika Cak Nur ikut mendeklarasikan KIPP, ada beberapa temen Ciputat (entah karena disuruh siapa atau motif apa) yang keberatan, dan mungkin menganggap CN konyol, karena vis a vis Suharto. Lucu, itu. Intelektual, kok, kaya gitu ya?

    30 September jam 13:10 ·
  • Joeni Hartanto hueh3x

    30 September jam 16:05 ·
  • Uin Ciputat

    Kak Saleh Abdullah YTH. Kami salut atas cerita heroik (kami menyebutnya begitu, dan maaf jika tak berkenan) Kakak. Ada beberapa nama yg muncul dari diskusi di atas. Sayang sekali Kak Mansour Faqih (maaf kalau kami salah menulis nama) sudah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Lalu ada nama Bang Roem Topatimasang, yg sering disebut-sebut dalam dunia pergerakan. Apakah ia sekarang tinggal di Yogya, atau masih tinggal di mana pun ia membawa tasnya, sebagaimana cerita-cerita yang kami dengar?

    30 September jam 22:09 ·
  • Uin Ciputat Kak Tashudi Yanto YTH. Terima kasih atas kehadiran Kakak di forum ini.

    30 September jam 22:13 ·
  • Uin Ciputat Kak Muchroji M Ahmad YTH. Kami menyampaikan terima kasih atas informasi Kakak di atas.

    30 September jam 22:15

    Muchroji M Ahmad

    ‎@ SA ” ya begitulah saat itu, karena terkondisi searah dengan kemauan kekuasaan, ya cuma Ka Badri Y (alm) yg saat itu ngomong salut, berani menggiring air berlawanan seperti selokan Mataram di Yogya yg tdk umum itu, atau kalimalang di bek…asi – di jawa kali ke utara atau selatan, karena diujung itulah lautnya. waktu nunggui Kedung ombo jg sama, banyak yg pura-pura, malah banyak yg tanya punya apa sih, cuma sekedar keberanian dan sedikit kebenaran dusun yg akan ditenggelamkan ? ngk cukup. tapi mereka tetap setiap sholatnya ngk lupa berdo’a yg hak itu hak, dan yg batil itu batil. Mengenai CN ‘ pada dasarnya salut cuma ngk punya kendaraan bagus, disamping memang ada yg ngk bisa dipungkiri berdiri di belakang seseorang inisial G. utk keberatan dan mempersilahkan P Harto meneruskan kekuasaannya. bagaimanapun jg CN mengganggu kenyamanan jalan yg sdh diatur mulus berkarpet merah. nah mereka itulah yg ketakutan ngk dapat jatah termasuk jg jl ke senayan. masih tertarik ? gabung aja ke Surya plh.
    30 September jam 23:07 ·
  • Helmi Hidayat

    TO ALL: Sebetulnya saya sudah berkorespondesi secara intensif dengan Saleh Abdullah sejak beliau masih di Finlandia terus sampai di Yogya. Saya sudah berniat menggelar semacam diskusi terbuka (SA saat di Finlandia sudah menolak jika bentukn…ya adalah seminar sangat formal) di FISIP UIN Jkt tempat saya mengajar, atau bisa juga digabung FISIP dan Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Jkt (juga tempat saya mengajar). Jika sosok “Uin Ciputat” ini yang saya juga tidak tahu adakah ia institusi atau per orangan berkehendak menggelar apa yang sudah saya niatkan jauh-jauh hari, saya merasa sangat senang dan terbantu jika Anda bisa kerjasama dengan saya. No. HP saya 0813-1106-1734. Salam ….
    01 Oktober jam 2:17 ·
  • Uin Ciputat

    Kak Helmi Hidayat YTH. Terima kasih banyak Kakak sudah berkenan hadir di forum ini. Tentang tema dan pelaksanaan diskusi lintas alumni yg Kakak maksud, kami harap bisa segera kami lakukan. Menurut bacaan kami, dan juga cerita-cerita banyak …senior kami, ada banyak sekali alumni IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang “melenceng” dari tradisi, dan ternyata terbukti sangat sukses hidupnya di kelak kemudian hari. Kami yakin Mas Djohan Effendi, Mas Habib Chirzin dan Mas Arief Budiman, yang sekarang masih hidup, bisa bercerita banyak tentang pengalaman mereka. Tentu saja masih ada banyak tokoh, selain tiga nama tersebut, yang bisa kita ajak untuk bercerita tentang keberhasilan alumni IAIN/UIN Jakarta. Sekarang ini kami sedang mendata beberapa nama untuk kami hubungi. Doakan kami panjang umur dan banyak rizki, sehingga kami tidak perlu meminta anggaran negara untuk pelaksanaan acara tersebut. Terima kasih dan salam hormat dari kami: UIN Ciputat warna-warni
    01 Oktober jam 6:31 ·
  • Uin Ciputat Kak Muchroji M Ahmad YTH, terima kasih atas tambahan informasi dari Kakak.

    01 Oktober jam 6:33 ·
  • Saleh Abdullah Muchroji: Ini soal sejarah. Dan jauh di halaman paling dasar sejarah itu adalah soal tanggungjawab, kejujuran dan integritas seorang intelektual. Tanpa itu semua, saya sulit memberi penghargaan, hatta hanya sekadar sebuah lirikan mata.Kare…na itulah saya tertarik (sekaligus berterimakasih ke kamu) bahwa pada saat-saat itu ada teman2 Ciputat, yang merasa diri sebagai intelektual, menganggap saya “konyol”. Saya tidak mau ambil pusing dengan penilaian itu, karena toh, semua yang saya lakukan adalah pilihan sadar saya terhadap kehidupan. Dan saya akan mempertanggungjawabkan apa yang saya lakukan SEORANG DIRI, tanpa perlu melibat-libatkan mereka yang menganggap saya “konyol”. Ah, kehidupan saya selama ini juga tidak menetek pada mereka kok!Robert Frost, dalam “The Road Not Taken” bilang: 

    “…Two roads diverged in a wood, and
    I took the one less traveled by,
    And that has made all the difference.”

    Mungkin, Frost-lah yang memberi inspirasi saya, di samping seorang ibu tua yang menulis dalam lembar pertama buku yang ia hadiahkan di hari ulang tahun saya: “there is always a light in the end of the dark tunnel. Keep walking my dear, Saleh…”

    Beberapa orang “tokoh intelektual Ciputat” (FA dan BE), di tahun 1997 itu, yta CN mundur dari KIPP. Saya menduga, mereka inilah yang “memberi order” pada Nanang Tahkik untuk mengorganisir “tekanan” ke CN untuk mundur itu (ini dugaan saya. Dan saya akan dengan senang hati memperbaiki dugaan ini, bila aedang “dijebak,” dan karena itu, mereka bersahwada konfirmasi yang valid). Karena saya datang ke acara itu memang karenaang ketika itu hadir di pertemuan, memang menganggap bahwa di belakang CN ada Gunawan Muhammad, yang mereka anggap bagian dari lingkaran PSI. Dan mereka berfantasi bahwa CN st tinggi untuk min diundang Nanang.

    Saya heran dengan sikap mereka ketika itu. Saya tidak bergabung di KIPP. Dan kritik saya ke KIPP (yang saya anggap melakukan “setback”) sudah secara publik saya sampaikan dalam wawancara dengan Radio Hilversum Belanda. Dan Marsillam Simanjuntak (salah satu pentolan KIPP), di Teater Utan Kayu, sudah merespon kritik saya itu langsung, vis a vis. Dia mengakui unsur kebenaran dari kritik saya, tapi KIPP memang mempunyai “pertimbangan2 taktis” dalam menghadapi otoritarianisme Suharto. Dan saya katakan ke Sillam ketika itu: “oke, Bung! Clear! Saya hargai penjelasan bung. Kita hanya berbeda jalan..”

    Tapi, untuk menuding bahwa CN “dijebak” berdasarkan teori konsporasi yang KONYOL seperti itu, ya, keterlaluan! Masa orang sekaliber CN, yang kita hargai memang berani menempuh jalur yang “less traveled by” itu, dianggap bodoh dan mudah dikerjain? Dan lebih dari itu, CN juga sudah secara publik menyatakan bahwa keterlibatan dia di KIPP adalah dalam rangka “menguji demokrasi”. Karena demokrasi adalah upaya “trial and error..” Itulah integritas dan kejujuran CN sebagai intelektual. Para juniornya ini yang bersahwat tinggi, dan memang dekat dengan kekuasaan ketika itulah yang KONYOL.

    07 Oktober jam 9:40 ·
  • Helmi Hidayat Kayaknya fakta sejarah masa lalu mulai terungkap sedikit demi sedikit, dan sayang kalau terbuang begitu saja. Apalagi jika ini menyangkut sosok yang kita hormati, almarhum Cak Nur. Bagaimana kalau ini kita bahas dalam forum yang lebih formal lagi di IAIN, eh UIN, Syahid Jkt?

    08 Oktober jam 8:04 ·
  • Uin Ciputat To Kak Helmi Hidayat YTH. Kami sepakat dengan ajakan Kakak agar kita semua mulai membahas agenda pertemuan alumni IAIN/UIN Syarif Hidayatullah lintas generasi. Salah satu agenda yg kami maksud adalah fakta sejarah masa lalu yang berhubungan dengan dinamika pemikiran alumni IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan kiprah mereka da Kami sepakat dengan Kakak bahwa kita harus jujur pada fakta historis yang ada, apalagi jika data sejarah tersebut punya kaitan dengan alumni IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jaklam isu-isu besar yang berhubungan dengan nation building negeri kita tercinta ini: Republik Indonesia.

    08 Oktober jam 13:11 ·
  • Uin Ciputat

    To Kak Saleh Abdullah YTH.arta. Sebagai yunior Kakak, maaf jika ka…mi menyebut begitu dan semoga Kak Saleh Abdullah berkenan menganggap kami sebagai yunior karena fakta mengatakan demikian, kami tentu saja tidak mengalami secara langsung cerita heroik yang Kakak sampaikan, yang berhubungan dengan KIPP. Apa yang melatarbelakangi pendirian KIPP, bagaimana ia memerankan tanggung jawab sosial-politiknya, dan lain-lain, hanya kami dapat dari majalah/koran/internet dan informasi informal di jalanan bersama teman-teman aktivis Ciputat. Karena itu kami merasa tidak dalam posisi untuk memberikan komentar atas KIPP, sebagaimana Kakak ceritakan.Ada beberapa nama yang ingin kami tanyakan/klarifikasi. Kami merasa terhormat jika Kak Saleh Abdullah berkenan menjawabnya. Nama-nama yg kami maksud adalah CN, BE dan FA. Kami akan konsisten dengan inisial yang telah disampaikan Kak Saleh Abdullah. Apakah benar CN (1) sekarang sudah almarhum? Apakah (2) ia pernah menjadi Ketua Umum sebuah organisasi mahasiswa bergengsi selama dua kali berturut-turut, dan sampai sekarang tidak ada orang lain yang bisa menyamai prestasinya tersebut? Apakah (3) ia adalah alumni sebuah pesantren besar di Jawa Timur, yang alumninya banyak meneruskan studinya di IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?Kemudian tentang BE. Apakah benar ia punya nasib berbeda dengan CN? Maksud kami adalah CN pernah diterima sebagai santri di sebuah pesantren di Jawa Timur. Adapun BE ditolak, dan ia kemudian mondok di sebuah pesantren di Jawa Tengah. Saat BE berstatus sebagai santri di dalamnya, ia mendapat beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat. Kami mendapatkan info ini saat BE memperoleh gelar sebagai Guru Besar dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika kami tidak salah, mohon dikoreksi kalau kami ternyata memang salah, yang menyatakan nasib berbeda antara CN dan BE dalam konteks sebuah pesantren di Jawa Timur adalah DS, yang sekarang menjabat sebagai Ketua Umum salah satu organisasi massa Islam. DS menyatakan hal tersebut saat ia memberikan sambutan dalam penganugerahan BE sebagai Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Adapun FA adalah aktivis Ciputat yang melanjutkan pendidikan S2-nya di sebuah perguruan tinggi di Australia. FA merupakan salah satu lokomotif utama yg menarik banyak gerbong aktivis Ciputat agar tidak terpaku/terjebak dalam keilmuan Islam secara sempit. Hal tersebut dilakukan FA, misalnya, saat ia aktif di LP3ES dulu. FA juga pernah menulis buku bersama BE. Buku tersebut memetakan tipologi gerakan pemikiran dalam Islam. FA juga dikenal sangat produktif dalam menulis di media massa. Buku yang ditulis FA juga sangat banyak.dak berkenan di hati Kakak. Sukses untuk Kak Saleh Abdullah di mana pun Kakak berada. Sukses untuk kita semua: aktivis/mantan aktivis/bukan aktivis UIN Ciputat warna-warni.

    08 Oktober jam 15:49 ·
  • Tashudi Yanto ‎@UIN Ciputat: Bertanya atau “sissun”, ya? Kalau posisinya bertanya, nampaknya Anda lebih mengetahui apa yang ditanyakan mengenai inisials tersebut karena mereka ada di sekitar kampus (kecuali FA & DS yang tugasnya di luar kampus). Bagus kalau “arah” pertanyaannya tidak provokatif. Tapi kalau Anda ingin beropini, ya kemukakan sejujurnya apa yang ingin dikatakan. Tidak baik (menurut saya) kalau Anda paksa “SA” untuk mengumbar jawaban sesuai keinginan Anda.

    08 Oktober jam 16:08 ·
  • Saleh Abdullah

    Saya juga merasa ada posisi yang “tidak fair” di sini. Artinya, UIN Ciputat tau siapapun di forum ini secara terang benderang, sementara kita tidak tahu sama sekali siapa dia? Makhluk gaib kah?Soalnya, kalau anda ingin meniru route Ki Panj…i Kusmin sialhkan saja. Toh ia hanya menulis sastra, dengan pendekatan satu arah. Tapi karena anda berkomunikasi dengan banyak orang, melontarkan tanggapan, kritik, bahkan pujian berlebihan dengan menyebut saya “heorik” (yang sangat saya tidak suka dan bisa saja dianggap sinisme)at saya. Kecuali anda penyair atau penulis cerita. Tapi anda sedang be. Maka ada komunikasi yang tidak fair di sini. Dan yang paling mendasar buat saya, karena anda tidak jelas, lalu siapa yang akan bertanggungjawab!!?? Dan alasan anda untuk menyembunyikan identitas anda itu, sama sekali tidak make sense burkomunikasi dengan sejumlah orang yang jelas sekali identitasnya. Dan di dalam komunikasi itu ada perdebatan dan argumentasi. SANGAT PENTING BUAT SAYA DASAR2 INTEGRITAS, KEJUJURAN, DAN TANGGUNGJAWAB. Jadi, ya, saya kira saya akan mengambil sikap tidak mau menanggapi anda, selama anda tidak jelas.
    08 Oktober jam 16:24 ·
  • Uin Ciputat

    Kak Tashudi Yanto YTH. Terima kasih atas komentar Kakak. Mohon maaf jika ada pilihan kata/kalimat yang kami pakai dalam diskusi kami dengan SA punya kesan “memaksa SA untuk mengumbar jawaban,” sebagaimana Kak Tashudi pahami. Kami tidak pern…ah memaksa orang, apalagi senior kami, untuk menjawab/berkomentar sesuai keinginan kami. Kami hanya minta SA untuk memberikan klarifikasi beberapa nama yg dimaksud, agar kami bisa memahami/mengikuti cerita dan pengalaman SA dalam konteks latar belakang pendirian dan kiprah KIPP. Itu pun jika SA berkenan. Kalau ia tidak berkenan, ya tentu saja kami tidak mau dan tidak akan pernah bertanya dua kali atas pertanyaan yang sama.Tentang inisial nama DS, kalau benar DS adalah nama yg sama dalam pemahaman di antara kita, maka sejauh pengetahuan kami, sampai sekarang ia masih punya ikatan dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia masih punya tugas di dalam, bukan hanya di luar kampus. Tugas di dalam dan di luar kampus bagi kami sama-sama penting, apalagi jika diniatkan sebagai ibadah
  • 08 Oktober jam 16:24 ·

    Uin Ciputat

    To all komentator dalam forum diskusi ini. Sungguh, kami tidak bermaksud untuk sinis dengan prestasi seseorang. Kami punya Tuhan dan kami bersumpah di hadapan-Nya, bahwa kami memang tidak bermaksud untuk sinis dengan prestasi seseorang yg k…ami ungkap, sejauh kami tahu/dengar/lihat/baca prestasinya tersebut. Selebihnya adalah kami tidak mungkin memaksa all komentator untuk percaya dengan pernyataan kami sejauh ini. Bahwa kemudian ada kesan pujian kami dimaknai sebagai sinisme, well, kami sangat terbuka untuk menerima pemahaman yang berbeda.
    08 Oktober jam 16:45 ·
  • Saleh Abdullah

    Anda tidak menjawab point terpenting saya di atas. Dan sekarang anda memakai frasa “kami”. Berarti ada lebih dari satu orang? Apa benar? Anda tidak sendirian? Ini membingungkan. Saya pikir, karena saya berasumsi semua peserta forum komunika…si ini adalah orang-orang yang menghargai integritas, kejujuran dan tanggungjawab intelektual, dan bila anda bertahan dengan KEMISTERIUSAN anda, yang sory to say menurut saya tidak masuk akal, maka dibuat saja forum baru dengan moderator yang jelas identitasnya.Kalau semua tetap setuju dengan Kemisteriusan itu, ya, silahkan saja. Saya pamit mundur dari forum ini. Salam!
    08 Oktober jam 16:59 ·
  • Uin Ciputat

    To Kak Saleh Abdullah YTH. Kami (moderator/penjaga gawang/pembuat akun facebook ini) memang tidak sendirian. Memang benar, ada beberapa nama yang punya fair”. Kami juga mohon maaf jika ada pertanyaan dan pernyataan Kakak yang butuh komentar/jawaban dari kami dan kami dianggap belum memenuhinya. Antara lain, (1) mungkin kami salah tangkap dalam memahami persoalan yang muncul, yang oleh penpassword dan bisa membuka facebook akun ini untuk mengisi di dalamnya (memuat photo, mem…buat status di dinding, dan lain-lain). Kami sangat menyesal dan mohon maaf jika forum ini dianggap/dipahami/dinilai/diposisikan/dituduh “tidakulis/pembuatnya dianggap sebagai prioritas untuk segera mendapat tanggapan dan jawaban dari kami; (2) karena kami tidak sanggup untuk duduk di depan komputer/internet selama 24 jam secara terus-menerus. Jadi sangat mungkin ada pertanyaan dan pernyataan dari siapa pun yang tidak bisa segera kami penuhi keinginan dan harapannya. Terima kasih.
    08 Oktober jam 17:54 ·
  • Tashudi Yanto

    ‎@Uin Ciputat: Bagusnya terus terang aja, seperti Grup-grup FB lainnya. Setidaknya satu-dua orang pengelola yang bertanggung-jawab menampilkan dan memperkenalkan diri. Misalnya, si A sebagai pengelola dan sekaligus penanggung-jawab akun Uin… Ciputat yang bisa dan tentunya punya waktu untuk mengikuti dinamika para anggotanya, sehingga akan lebih nyaman (dan menambah kekerabatober jam 19:01

    tan) dalam berkomunikasi karena jelas orangnya. Bukankah begitu? Kenapa musti menyembunyikan identitas? Jadi, itu mungkin yang dinilai oleh SA sebagai “tidak fair” dan doesn’t make sense, yakni bersembunyi atau menyembunyikan diri. Lagi pula untuk apa hari gini bersembunyi? Sekarang, kan jamannya terbuka, bebas, lepas, lepas, dan lepassssss. Bagaimana, masih tetap mau bersembunyi juga?

    08 Ok
  • 08 Oktober jam 19:24

    Tashudi Yanto ‎@Uin Ciputat: Atau, begini saja, saya voluntarily menawarkan diri untuk ikut terlibat menjadi salah seorang admin, gimana? Tapi saya harus mengetahui identitas rekan-rekan admin yang lainnya juga. Bagaimana?

  • Uin Ciputat

    To Kak Tashudi Yanto YTH. Semoga kami tidak salah menangkap maksud dan komentar Kakak. Pertama, kami sudah membuat akun grup facebook baru dengan nama UIN Ciputat, yang bisa memuat banyak nama tanpa ada batasan jumlah/kuota. Kakak bisa meny…atakan ”suka” terhadap akun grup tersebut, atau sekadar meliriknya secara sekilas. Kami sedang mendiskusikan dengan aktivis dan mantan aktivis IAIN/UIN Ciputat bagaimana cara terbaik dalam mengelola akun grup facebook baru tersebut. Termasuk di dalamnya mencantumkan nama-nama secara jelas siapa yang mengelola dan bertanggung terhadap isi di dalamnya.Kedua, sampai saat kami memberikan komentar dan jawaban ini, kami belum bisa menghubungi beberapa nama yang memiliki password yang bisa membuka dan mengisi (menulis status, memuat photo, dll) akun ini. Nomor HP mereka tidak bisa kami hubungi. Sampai detik ini, SMS kami juga belum mendapatkan jawaban. Karena itu kami mohon maaf jika kami belum bisa memberikan jawaban atas keikhlasan Kakak untuk mau menjadi salah satu admin yang bisa mengelola akun ini. Kami berharap bisa menghubungi beberapa nama yang memang telah memiliki sepakatan awal dalam membuka dan mengelola akun ini. Terima kasih banyak, dan salam hormat dari kami untuk Kakak.
    08 Oktober jam 22:10 ·
  • Muchroji M Ahmad

    saya pikir ngk ada salahnya kalau ditulis nama-nama pengurus-pengelola toh saya juga banyak menemukan pengelola fb mencantumkannya dan itu no problem, bukan terus jd terkebiri. jadi bisa tahu dengan siapa bicara, diskusi berargumentasi. se…perti sekarang saya jadi menebak-nebak dengan siapa ini, begitu jg dg ‘SA” atau “TY” pasti mereka jd setengah-setengah, ifdentitas mereka jelas tapi yg diajak bicara ? beberapa waktu lalu – beberapa hari selesai pemilihan rektor, saya sempat ngomong dengan teman-teman yg masih eksis di cpt (dosen) utk membuat web.silaturhami. sekedar mempererat pertemanan dan kangen-kangenan nongkrong di Darkum dg kepala ayam atau main pagi-pagian numbang baca koran di Ibu Mardiyah.Tapi nampaknya ngk sempat, nah ini sdh ada, ya tinggal identitasnya saja.gitu om…
    09 Oktober jam 8:02 ·
  • Saleh Abdullah

    untuk UIN Ciputat atas komentar anda pada posting terakhir saya: Pertama, buat orang yang bergaul hidup guyub dengan orang-orang desa seperti saya saja, komentar anda itu mengandung beberapa kelemahan. Saya tidak tahu buat mereka yang merasa… “masyarakat intelektual ciputat.” Pasti akan lebih tajam lagi melihatnya.Baik bahasa, frasa atau apapun yang anda gunakan, buat saya yang selalu berfikir sederhana dan tidak dakik ini, terlalu banyak dramatisasinya. Kalau tidak mau dikatakan hyperbolic. Sehingga substansi jadi dibuat kabur ke mana-mana.Kedua, lagi2, anda tidak menjawab point terpenting saya soal kejujuran dan tanggungjawab. Anda hanya lari ke sana ke sini. Dan karena anda tetap misterius, adalah wajar bila saya tidak begitu percaya dengan penjelasan anda “ada beberapa orang” pengelola forum ini. Cara pikir saya yang ndeso aja bisa langsung mengganggap: “kalau begitu siapa yang berkomentar apa?” Karena sekian orang pegang password, dan bisa berceloteh seenaknya dalam laman diskusi, kapan saja. Dan kita tidak tahu who the hell is he or she? Semakin kabur.Ketiga, karena itu, setidaknya BUAT SAYA, di titik itulah ada RELASI YANG TIDAK FAIR dalam komunikasi ini. Kalau anda tahu siapa saya dan saya tidak tahu siapa anda, ya TIDAK FAIR, kan? Sederhana kok! Tidak usah berbelit-belit dan lari ke sana-sini. Lha, kalau tidak ada fairness berhentilah awak bicara Kejujuran dan Tanggung Jawab.

    Keempat, seperti juga sudah disinyalir oleh beberapa teman: “apa sih alasan GAWAT DARURATNYA anda bersembunyi?” Sekadar sensasi, takut jadi sasaran teroris yang memang sudah mengacak-acak Ciputat, misteri, atau menikmati kebingungan orang lain yang mencoba menebak-nebak, atau anda punya hambatan psikologis untuk menjelaskan identitas anda secara jujur? Anda tidak perlu lagi mendramatisasi pertanyaan2 itu. Anggaplah semua itu pertanyaan bodoh,g concern dengan situasi Indonesia: gsi sebagai moderator yang mengambil peran mengatur lalu lintas diskusi dan siapa saja peserta diskusinya. Dia tidak menyensor pendapat, kecuali kalau dianggap berpotensi bahaya dan mengancam keamanan. Dan yang p yang wajar dan absah muncul karena kemisteriusan anda. Artinya lagi, anda jugalah yang menciptakan pertanyaan2 itu.

    Kelima, tahun 1980-an hingga awal 90-an dulu, ada mailing list yang sangat dikenal oleh mereka (internasional) yanaling penting, karena hanya sekadar “APA KABAR” namanya. Pengelolanya jelas dan mudah diketahui karena tidak misterius seperti anda: John Mc Dogal, kalau saya tidak salah.

    Nah, si John ini, selain orang dan kedudukanya jelas dan terang benderang, dia hanya berfunmoderator, si John itu tidak pernah sekalipun, sepatah katapun, ikut gatel untuk rewel berpendapat. Never, ever! Itulah etika yang kami kenal dan kami nikmati ketika itu. Dan kami sangat berterimakasih pada John yang telah tanpa pamrih memperlancar diskusi di antara kami dalam masa-masa sulit itu.

    Akhirnya, membaca respon terakhir anda ke Tashudi, sukurlah, saya sangat menghargai. Semoga bisa segera ada jalan keluar untuk meretas kemisteriusan yang memang tidak perlu itu. Dan kita bisa kembali berkomunikasi dengan enak dan bertanggungjawab.

    Tabik

    09 Oktober jam 14:22 ·
  • Fachry Ali

    saleh, sy merasa heran dg tuduhan anda ttg sy (FA) dan BaHTIRiar Effedy (BE). sy tdk tahu menahu dg acara Nanang Tahqik. soal Cak Nur di KIPP, seingat sy, sayalah satu2nya membuat tulisan di Republika ttg signifikannya arti Cak Nur bergabun…g di dalam KIPP. Jadi darimana anda dapat sumber yg mendeskreditkan sy dg Bahtiar? sy kira setiap pendapat yg dipublikasikan harus didasarkan pada tanggungjawab etis, kalau misalnya soal fitnah yg diharamkan agama dikesampingkan. sy senang jika anda membuat klarifikasi ttg ini, agar jelas persoalannya.

    Saleh Abdullah
  • Fachry Ali: Terimakasih atas responnya. Saya tidak sedang berpendapat atas informasi orang lain, atau sedang mengembangkan rumor dari sumber kedua. Tapi ini adalah kesaksian, karena saya sendiri terlibat dan menyaksikan dengan mata dan piki…ran.Pertemuannya di kantor PHRI (maaf kalau saya salah menulis) tempat Zacky Siradj bekerja. Saya sendiri dikontak Nanang Tahkik untuk hadir di pertemuan itu. Yang hadir di pertemuan itu, yang saya ingat sekali, adalah: Anda sendiri, Bahtiar, Kurniawan Zulkarnain, Zacky Siradj (sebagai tuan rumah), Nanang Tahkik, dan kalau tidak salah, juga Komarudin Hidayat (ini saya agak lupa).Aura di pertemuan itu jelas (eksplisit dan implisit), temen2 Ciputat (paling tidak bagi yang hadir di sana ketika itu, kecuali saya) tidak rela kalau CN “ditunggangi” oleh kelompoknya GM (hal ini juga dikonfirmasi oleh Muchroji M Ahmad di postingnya di atas). Ah, bahkan masih segar dalam ingatan saya bagaimana ketika itu Anda berkata dengan gaya yang pintar dan lucu: “…kita usulkan agar CN mundur dari KIPP dan biarkan Suharto tetap duduk kembali dikursinya…” Bahkan, dalam diskusi selanjutnya, Bahtiar kembali mengulang statement Anda itu.Ketika acara usai, yang paling membuat saya heran, dan nyaris naik pitam ketika itu adalah, setelah saya jelaskan bahwa saya tidak punya hubungan apa-apa dengan KIPP dan bahkan mengkritik KIPP, Bahtiar nyeletuk: “alah, kalau kamu dikasih uang 1 milyar sama GM juga pasti ikut..” Seingat saya, entah Kurniawan atau Zacky yang ketika itu menggandeng pundak saya sambil berjalan ke lift dan berbisik: “sabar, leh, sabar..” Saya langsung sadar, dan emosi saya jadi reda. Walau dalam hati saya sempat ngegerundel: “ini orang sekolah jauh-jauh sampai DOKTOR, kok, cara berfikirnya begini..?” Mungkin karena menyadari perkataannya ke saya sudah kebablasan, menjelang masuk lift, Bahtiar berkata: “yah, semua itu hanya pendapat kita. Belum tentu juga kita benar..”Setelah pertemuan PHRI itu, disambung ke pertemuan di rumah mendiang CN, selang beberapa waktu kemudian. Banyak yang hadir, tapi saya sudah tidak begitu ingat. Yang saya ingat betul, Anda datang di situ, dan bahkan memperkenalkan saya ke CN sebagai “teman Ciputat yang banyak bergerak di lapangan”. Batin saya ketika itu: “ya, saya memang sudah nyaris lepas dari atmosphere pergaulan teman2 Ciputat. Dan saya sen.

    Tapi pertemuan di rumah CN di Tanah Kusir itu memang tidak se-eksplisit pertemuan di PHRI. Saya merasa diskusinya menjadi terlalu diplomatis dan berputar. Lagi-lagi batin saya ketika itu: “mungkin karena karisma dan integritas CN yang ang Anda memperkenalkan saya ke CN.” Azyumardi juga hadir. Saya bahkan sempat bisik2 ke Azyumardi soal pertemuan di PHRI itu. Apa komentar Edy ketika itu, nanti saya ungkapkan pada waktunya. Intinya, saya merasa saya dan Edy berada di posisi samasangat kita hormati, maka agenda PHRI jadi tersendat.” Pulang dari sana, saya merasa lega.

    Inilah kesaksian saya. Kalau Anda merasa perlu ada kesaksian langsung, barang tentu saya bersedia. Dengan syarat, semua nama yang saya sebutkan di atas juga memberikan konfirmasi yang SEJUJURNYA. Demi integritas dan kejujuran intelektual!

    Tabik

    17 Oktober jam 23:04 ·
  • Lena Maryana Mukti Salaams Kknd FA&SA: senang sekali menyimak “perdebatan” di ruang publik yang makin terbuka. Namun alangkah bijaknya kalau dilakukan secara face to face agar ingatan yang sepotong2 menjadi utuh dan kita bisa menikmati perjalanan sejarah pemi…kiran orang2 hebat Ciputat untuk kita ambil sebagai pembelajaran agar tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Sejauh ini saya masih dapat menerima S&R di sini krn kknd ber2 dapat dengan cerdas merangkai kalimat yg santun, namun saya khawatir apabila diteruskan akan terjadi kesimpang siuran fakta yang sesungguhnya. Kak Fahri sudah menyatakan itu. So, let’s sit together to reveal the fact.

    Powered by Telkomsel BlackBerry®
  • Saleh Abdullah

    Lena: lebih baik kita memulai dengan sikap yang setara saja. Paling tidak saya pribadi, selalu merasa terganggu bila dikatakan sudah melakukan hal “luar biasa,” “heroik,” “hebat,” “bergelimang prestasi dan penghargaan,” dan entah apa lagi. …Terus terang, saya sering merasa “miris” dengan pujian-pujian yang dilontarkan di forum ini kepada siapapun. Saya merasa, sory to say, agak overwhelming. Seperti pujian kepada “manusia dewa” yang kalis kesalahan.Kita semua manusia biasa, Lena. Hanya kebetulan saja, secara biologis dan historis, saya lebih dulu lahir dari kamu. Dan karena itu juga lebih dulu kuliyah di IAIN. Selebihnya, saya pasti bisa bahlul, geblek dan dull dari kamu. Dan saya, secara intelektual dan psikologis, SANGAT SIAP menerima kenyataan itu. Sehingga tidak ada yang “abu-abu” pada diri saya. 

    Dan buat saya, di forum apapun, cyber, maya, atau nyata, saya siap mempertanggungjawabkan pikiran dan kesaksian hidup, SEORANG DIRI (Saleh Abdullah). ASAL JELAS, DENGAN SIAPA SAYA BERHADAPAN. Saya tidak akan bersembunyi di balik ketiak siapapun, kecuali untuk keperluan kesaksian tambahan. Inilah pelajaran hidup paling berharga yang saya dapat dari “Teman-Teman Kehidupan” di luar atmosphere Ciputat.

    Tabik!

    18 Oktober jam 11:16 ·
  • Lena Maryana Mukti
    Bang Ole tercinta,

    Saya tidak bermaksud mendewakan siapapun atau berlebih-lebihan memuja seseorang. Basically, saya memang terbiasa menghormati mereka yang lebih tua despite ybs telah mencederai saya. Seperti hubungan saya dengan BCH yg seka…rang di Cipinang.

    Saya juga terbiasa bicara apa adanya yg saya yakini sebagai common sense meskipun orang lain menjadi tidak nyaman. Yang penting dibalik apa yg saya sampaikan itu selalu ada love, care and respect.

    Well, saya sebatas mengusulkan forum yang lebih bisa interact secara langsung sehingga tidak ada dusta di antara kita.

    Best.

    Powered by Telkomsel BlackBerry®

    18 Oktober jam 14:52 melalui Balasan Email ·
  • Saleh Abdullah Lena: Danke!

    18 Oktober jam 15:41 ·
  • Lena Maryana Mukti Bang Ole: YMC!

    18 Oktober jam 15:45 melalui Balasan Email ·
  • Tashudi Yanto ‎: Peace, man….!

    18 Oktober jam 15:53 ·
  • Lena Maryana Mukti Hahaha….Kak Udi kayak ABG aza!

    18 Oktober jam 16:02 melalui Balasan Email ·
  • Tashudi Yanto ‎@Lena: w jadi pikun ‘coz kebanyakan ngecet rambut! hahaha…

    18 Oktober jam 16:05 ·
  • Lena Maryana Mukti

    ‎@Kak Udi:
    Ini Tips CARA TEPAT & SEHAT MASAK MIE INSTANT
    (Cara memasak yg salah dpt menimbulkan senyawa zat meyerupai formalin)
    1. Buka bungkusnya mienya, keluarkan mie lalu seduh air panas dlm mangkuk selama 1 menit…! Ingat air panas dari d…ispenser air mineral !
    2. Setelah itu baru dimasak sampai mendidih. Juga jgn lebih dari 1 menit! Setelah itu masukkan bumbunya.
    3. Aduk2x mie membentuk lingkaran searah jarum jam (arah jarum jam adlh positip medan magnet bumi shg ion magnet akan membantu menetralisir zat berbahaya dlm air)…
    4. Angkat mie & Tunggu 2 menit…Lalu masak nasi goreng. Setelah nasi goreng matang, buang mienya …makan nasi gorengnya….
    NAH DGN CARA INI ANDA AKAN TERHINDAR DARI ZAT BERBAHAYA APAPUN DALAM MIE INSTANT
    18 Oktober jam 16:09 melalui Balasan Email ·
  • Tashudi Yanto ‎@Lena: LOL….

  • Lena Maryana Mukti @Kak Udi: apa tuh LOL?

    18 Oktober jam 16:14 melalui Balasan Email ·
  • Lena Maryana Mukti ‎@K Udi: sekedar melepas suiteressss.

    18 Oktober jam 16:18 melalui Balasan Email ·
  • Lena Maryana Mukti

    ‎@K Udi, satu lagi:

    Sebelum meninggal kakek berpesan pd istrinya,
    “oma, kl nanti sy meninggal, jgn bungkus sy dgn kain kafan, tp bungkus sy dgn daun pisang” Nenek pun heran & bertanya: “kenapa begitu opa?”
    Opa pun menjwab:
    …”sy malas ditanya-tanya dalam kubur, biar sy dikira BARONGKO”.
    Ha…..ha….ha.
    Note: Barongko itu sejenis kue pisang dari daerah suami ogut di Sulsel.

    18 Oktober jam 16:28 melalui Balasan Email
  • Fachry Ali

    saleh, semua yang anda ceritakan itu sy tidak ingat. namun itu tidak aneh, karena sebagai manusia seseorang tidak bisa ingat semua. dengan asumsi mungkin anda benar, sy menghubungi tokoh-tokoh yg anda sebut: Ahmad Zacky Siradj (konteksnya d…g PHRI), Kurniawan Zulkarnain, Komaruddin Hidayat dan Azyumardi Azra. Bahtiar Effendy tak bisa sy hubungi, karena sedang di Sarajevo. Nanang, yg anda sebut pengundang anda, berkali-kali sy hubungi, tetapi gagal. Kepada mereka yang bisa saya hubungi (menjelang magrib tadi), menyatakan tidak ingat ada pertemuan tersebut, baik di PHRI maupun di rumah Cak Nur. Artinya, sama dengan sy bahwa pertemuan tsb tidak pernah terjadi. Tentu ini belum konklusif, karena Nanang dan Bahtiar belum sempat sy tanya. Kendatipun di dalam struktur kesadaran sy tdk terlintas ada yg ganjil tentang persepsi sy atas Goenawan Mohamad (karena sy adalah pengagumnya dan bersama dg komarudin Hidayat sy mau membuat pidato kebudayaan tentang dia), sy harap tuduhan anda benar. Karena itu, sy masih menunggu keterangan Bahtiar Effendy dan nanang Tahqik. setelah mendapat keterangan kedua orang ini, baru sy akan menyampaikan apakah anda benar atau tidak.
    18 Oktober jam 19:23
  • Tashudi Yanto ‎@FA: in arabic means “al-insan mahallul khatha’i wannis-yan”, hehehe… ane masih ingat sedikit-sedikit bahasa arab

    18 Oktober jam 19:45 ·

    Saleh Abdullah

    Fachry Ali: Kalau saya menangkap dengan benar apa yang anda katakan, berarti Kurniawan dan Zacky, sama seperti anda, “tidak ingat” ada pertemuan di PHRI itu. Dan Azyumardi “tidak ingat” ada pertemuan di rumah mendiang Cak Nur. (Catatan: sei…ngat saya, Edy memang tidak ikut pertemuan di PHRI. Tapi ikut di rumah Cak Nur. Ah, memori saya kembali disegarkan: anda menraktir saya dan Nanang, naik taksi cari makan malam. Lalu kita nongkrong di HI, makan bubur ayam. Sebagian dialog di dalam taksi pun masih saya ingat. Anda menanyakan dengan siapa saja saya beraktivitas. Saya menyebut Indro Tjahjono, dan anda menanyakan beberapa hal soal Indro…dst.)Ringkas kata, anda dan teman2 yang anda sebut sudah anda hubungi, “tidak ingat” dengan pertemuan2 itu. Saya kasih catatan “tidak ingat” ini. Karena berbeda dengan “menyangkal” adanya pertemuan itu. Apakah anda setuju dengan catatan saya itu? Karena dua kata itu bermakna lain.Kalau memang anda dan teman2 lainnya itu memang “tidak ingat” (walau saya sudah berusaha menyegarkan dengan cerita lumayan detail), ya, mau bilang apa lagi saya. Lupa itu manusiawi. Apalagi usia kita semua sudah melewati separuh abad kehidupan.Saya menunggu saja konfirmasi dari Nanang dan Bahtiar kalau begitu. Kalau mereka juga “tidak ingat”, saya tidak merasa perlu melanjutkan soal ini. Dan saya tetap akan memegang kesaksian saya, karena saya masih ingat. Kalau soalnya anda semua menyangkal, dan berarti menganggap cerita saya hanya bualan, nah, di situ saya akan tetap bereaksi. Karena saya tidak mau dianggap menyebar fitnah atau cerita boh seperti kata Kundera: “perjuangan terberat adalah perjuangan meong. Forum apapun akan saya hadapi untuk mengklarifikasi. Hatta ke tingkat hukum sekalipun, saya siap! Saya terlanjur hidup dengan mempertanggungjawabkan secara jujur dan konsekwen (dengan segala resiko) dari tindakan dan pikiran saya.Memang,lawan lupa..” He he he. Tabik!
    18 Oktober jam 23:18 ·
  • Tashudi Yanto

    ‎@SA: Kenapa Kundera bilang begitu, mungkin dia masih ingat bahwa “afatul’ilmi annis-yan” (bencana pengetahuan itu lupa ingatan), hehehe… Sebelum bencana (lupa ingatan) itu lebih jauh menyerang & menjadikan pikiran kita pikun (dan karenan…ya jangan pernah pura-pura pikun), kita perlu membiasakan diri menjaga hati untuk tetap jujur pada subjek pribadi kita. Maka, seandainya bener2 pikiran pun jadi pikun, insyaallah mata-hati akan berfungsi jadi penuntun pada “jalan kebenaran”. Namun, jika mata-hati pun ternyata dibutakan maka itu pertanda bahwa seseorang termasuk “min ardzalil ‘umur”, na’udzubillah min dzalik. Karena itu, saya berpendapat lebih jauh dari Kundera, bahwa “perjuangan terberat adalah berjuang untuk jujur pada subjek sendiri”. Kalau saya menipu orang lain, menipu publik, menipu rakyat (sebagaimana lazimnya dilakukan oleh para koruptor di negeri kita), itu mungkin masih logis (meskipun tidak etis), tapi bagaimana mungkin “saya” mampu menipu diri saya sendiri?. Memang, kejujuran pada diri sendiri tidak bisa dipaksakan; kejujuran itu hanya bisa dilakukan oleh pribadi yang ikhlas, benar-benar ikhlas.
    19 Oktober jam 1:07 ·
  • Muchroji M Ahmad ‎@ TY’ ikhlas itu putih bersih, tidak terkontaminasi idealisme lain, oleh pikiran-pikiran yang dapat mengotorinya karena berbagai kepentingan dan keinginan, seperti susu sapi yang terletak antara tahi dan darahle=”19 O. ia enak, seger dan ikin sehat, padahal disekelilingnya begitu banyak kotoran yang sangat memungkinkannya menjadi tercampur menjadi kotor, gitu ya om………ma’af kalau salah, katanya mahallul khoto’i wannisyan..

    19 Oktober jam 10:54 ·
  • Saleh Abdullah

    Udi dan Oji: Terimakasih. Saya akan selalu berusaha “tidak lupa.” Untuk soal2 praktis seperti di mana saya taruh kacamata, saya kadang lumayan pelupa. Tapi untuk soal yang menyangkut kehidupan banyak orang, saya rasa, banyak ingatan saya ma…sih segar bugar. Mungkin karena memang setiap hari saya bergaul dengan kehidupan yang begitu real, di mana masa lalu dan masa kini terus bergulat menuju masa depan. Memang: “selalu menggelisahkan melihat jejak-jejak di belakang.”Selebihuku Tenggara pernah berkata pada saya: “saudaraku, ada begitu banyak energy di sekitar kehidnya tentang soal di atas, saya akan tetap berpegang pada pikiran yang saya utarakan di paragraf keempat posting terakhir saya di atas. Dan dari sana saya membangun semacam “benefit of the doubt.”Seorang Pastor di pedalaman Evu, Kei Kecil, Malupan kita. Yang secara garis besar bisa kita kategorikan menjadi “energy posiitif” dan “energy negatif.” Kemarahan, kelicikan, keserakahan, kebohongan dsb itu masuk kategori energy negatif. Tidak ada gunanya kita menghadapi semua itu dengan terlalu banyak menggunakan cadangan energy positif kita. Yang mungkin lebih banyak gunanya, tapi juga challenging, adalah bagaimana kita mendekonstruksi energy negatif itu menjadi positif.”Tabik
    19 Oktober jam 11:57 ·
  • Nanang Tahqiq

    Sory kawan2 baru buka fb ni dan ternyata diundang kasih komentar soal CN dan KIPP. Memang ada pertemuan di PHRI dan rumah CN. Di PHRI atas kesediaan Zacky Siradj dan hadir di sana: sy dan Fadhilah Zaidi (sebagai kordinator pertyemuan), Sale…h Abdullah, Fachry Ali, Bachtiar Effendi, Kurniawan, Muhaimin AG. Azyumardi tidak hadir di kedua tempat itu. Setelah dari PHRI sy, Saleh dan Fachry ngopi di HI. Adapun di rumah CN hadir di sana: banyak banget, termasuk Syafii Anwar. Adaqpun tentang pembicaraan di kedua tempat tsb (PHRI dan rumah CN) terfokus pada persoalan alumni IAIN (sekarang UIN.) Saya sama sekali tidak tahu ada pembicaraan soal KIPP atau Bahtiar ngomong “1 milyar” (mungkin saat itu sy sedang ke toilet.) Dan soal alumni ini sudah diberitahu ke CN sebelum kumpul di rumahnyaq. Dan pertemuan baik di PHRI ataupun di rumah CN adalah adalah usul Fachry Ali. Setelah dari rumah CN: sy, Bahtiar, Saleh pulang ikut mobil Fachry (merek van trend, bukan taksi). Jadi sekali lagi, sy gak tahu ada pembicaraan, KIPP. Boleh jadi pembicaraan tsb hanya terjadi antara Saleh & Bahtiar, kemudian Saleh dan Fachry Ali. Semoga syahâdah ane bisa membantu penjelasan. Salam.
    19 Oktober jam 15:52 ·
  • Lena Maryana Mukti ‎@Nanaaaaang: pe kabar?
    Powered by Telkomsel BlackBerry® 19 Oktober jam 16:14
  • Muchroji M Ahmad dalam ashabul kahfi, batu gunung sedikit bergeser, cahaya mulai masuk, Fadhilah Zaidi sebentar lg datang…………

    19 Oktober jam 21:26 ·

  • Nanang Tahqiq Lenaaaaa, aq cukup agak manis nih hari ini, bagaimana dg dirimu, wahai sang politisi? Fadhilah, sbg ashhâb al-Kahf, belum bangun? (tapi masih belulang juga? kapan gemuknye tuh jurnalis senior? hihihi) Halo Encek, kalo bener2 kelompok Kahf, ente kudu buktiin ade gukguknye ye hehehehe
    • 20 Oktober jam 7:59 melalui Balasan Email ·
    • Saleh Abdullah

      Nanang: Terimakasih atas konfirmasimu. Yang jelas, pertama,2Ada.” Artinya lagi, kalau ada yang menganggap “tidak ada”, tidak kuat. Kalau ada yang menganggap “lupa”, ya, mau dik…ate apee…??Kedua, soal kejadian2 pasca dua pertemuan, saya juga tidak detail pasti mengingatnya. Yang pasti, saya ingat kejadian kita ke HI dan makan bubur ayam.Ketiga, soal apakah Azyumardi ikut di pertemuan rumah CN, nah, ingatan saya mengatakan “ya.” Karena ada dialog antara saya dan Azumardi soal pertemuan PHRI itu. Dan komentar Azyu, belum akan saya buka di sini, intinya: sepandangan dengan saya dan merasa aneh dengan manuver temen2.Nah, saya tidak ingat persis di mana saya bertemu Azyu. Seingat saya, ya, di rumah CN. Karena saya sangat2 jarang ketemu teman2 Ciputat, kecuali Kaping, Rasyid dan Babay yang kadang masih bercanda bersama. Apalagi dengan orang sekaliber Azyumardi, pasti lebih jarang lagi. Kadang saya sms-an sama dia. Sangat kadang2 saja. Jadi, saya masih pikir bahwa memang Azyumardi datang di pertemuan rumah CN itu.Keempat, soal materi pembicaraan di PHRI. Yah, saya sadar sekali memori setiap orang akan, sedikit atau banyak, ditentukan juga oleh concern atau kepentingan masing-masing. Saya yang ketika itu sedang panas-panas dan kenceng-kencengnya berhadapan dengan Suharto, barang tentu, akan merekam baik semua hal yang terkait dengan itu. Hatta pikiran atau upaya yang berusaha menggemboskan semangat saya itu. Lumrah! Begitu juga kamu Nanang, kalau ketika itu memang hanya concern pada sarana komunikasi antar alumni, ya, mungkin saja moment2 penting dan historis buat saya itu, tidak kamu ingat sama sekali.

      Baiklah. Saya masih menunggu kesaksian yang lain. Karena, saya tegaskan lagi; SAYA TIDAK MAU DIKATAKAN SEBAGAI PENYEBAR BERITA BOHONG DAN FITNAH! DAN SAYA MAU BERTANGGUNGJAWAB SAMPAI AKHIR.

      Tabik!

      20 Oktober jam 13:36 ·
    • Nanang Tahqiq

      Ole, ketemuan di PHRI (tempat Zacky) dan rumah CN memang fokus pada alumni, bukan untuk hal lain. Jadi kinan besar soal KIPP-CN memang pembicaraan di sela-sela agenda utama, dan ane gak tahu (boleh jadi di luar perhatian ane, atawa sa…at itu ane gak di tempat karena sedang di toilet.) Ane perlu mengetengahkan ini agar tidak muncul lagi anggapan bahwa pertemuan itu tentang CN-KIPP, bukan, tapi tentang alumni, soale ane kordinator bersama Encek. Terus, Azyumardi memang gak dateng di kedua tempat tsb, soale saat itu dia sibuk sekali, sebagai rektor. Boleh jadi ente ketemu Azyu di laen tempat setelah dari rumah CN. Adapun Komar cuma hadir di rumah CN, gak di PHRI. Kebetulan pula Suryadarma Ali (sebelum ketua P3, tapi kini Menag) hadir pula di rumah CN (tapi kemungkinan besar dia juga dah lupe kale.) Tentang ke HI makan bubur ya betul, tapi ane makan nasi goreng dan black forest, adapun Fachry berikut kopi hitam. Nah, soal pembicaraan ente-Fachry-Bahtiar-Azyu perihal CN-KIPP cukuplah berempat aja ketemu secara kekeluargaan (kalo bisa di HI lagi aja, ngebubur lagi.) Ane gak siap jadi kordinator lagi, dan percaya aja bahwa ente semue bisa saling klarifikasi tanpa perlu jadi konsumsi bareng2 deh. Salut, au revoir.
      20 Oktober jam 14:17 ·
    • Saleh Abdullah Saya ingin konfirmasi: jadi menurutmu kedua pertemuan itu (PHRI dan rumah CN) atas inisiatif Fachry Ali?

      20 Oktober jam 15:21 ·
    • Tashudi Yanto ‎@Oji;@Ole;@Lena: nyebut nama orang tapi “dia”-nya gak keluar, aneh amat? Pak Amat aja tidah aneh? Komunikasi gaib, ya?

      20 Oktober jam 16:28 ·
    • Saleh Abdullah
      Di, gua jadi ingat cerita Nasrudin. Alkisah, satu kali datanglah temennya Nasrudin, yang si Nasrudin kaga demen ame tu orang. Nah, si temen idenger tu keledai meringkik dari samping rumah Nasrudin, sontak lari baliklah dia ke rumah Nasrudin seraya berkata: “ente bilang keledai diptu mau minjam keledai dari Nasrudin. Kaga enak nolak, tapi juga kaga mau minjemin, Nasrudin bilang:… “wah, sty coy, tu keledai ude dipinjem sodara..”Ngeluyurlah si sohib pulang dengan hati kecewa. Tapi begitu di halaman depan rumah dia injem! Entu di samping rumah ngeringkik, apaan?” 

      Dengan tenang, sang filsuf berkata: “coy, ente mau percaya sama ane, atau sama keledai…???”

      21 Oktober jam 15:06 ·
    • Lena Maryana Mukti ‎@Bang Ole: ternyate keledai lebih jujur ye?
      Powered by Telkomsel BlackBerry® 

      21 Oktober jam 15:13 melalui Balasan Email ·
    • Tashudi Yanto

      ‎@Ole: : lol… ketipu, die! gak nyangka, ye, begitu cerdiknye dia itu, ye…? Tapi kecerdikannya itu bercampur dengan perasaan ‘kaga demen’. Nah, yang bikin cerdik itu apa perasaan ‘kaga demen’-nya, atau perasaan ‘kaga enak nolak’-nya? Jan…gan-jangan keledai itu yang bikin dia cerdik?@Lena: Keledai itu jujur atau bodoh, ya?
      21 Oktober jam 18:09 ·
    • Lena Maryana Mukti ‎@Kak Udi: yang jelas keledai itu nggak mau masuk ke lubang yg sama. And keledai itu lebih punya hati nurani lho. Buktinya dia lebih “jujur” dibanding tuannya. Xixixixi. 

      Powered by Telkomsel BlackBerry®

      21 Oktober jam 18:19 melalui Balasan Email ·
    • Tashudi Yanto

      ‎@Lena: Jujur-nya keledai merupakan bawaan (biologis) & cerdik-nya sang majikan itu karena subjeknya punya “kepentingan”. Nah, orang bisa menjadi istimewa kalau dia berkepentingan untuk jujur (apa ada, ya?); tapi bukan “jujur keledai”, mela…inkan jujur demi “kebaikan, kemaslahatan, dan kebenaran”, meskipun nantinya dia akan menerima akibat yang pahit karena kejujurannya itu. (In arabic you may say “qulil-haqqa walawkana murran”). Di sinilah pertaruhannya untuk menjadi “bukan-keledai”. Sebelumnya, ane pan pernah bilang kalo “kejujuran pada diri sendiri tidak bisa dipaksakan (kecuali terpaksa ngaku); kejujuran itu hanya bisa dilakukan oleh pribadi yang ikhlas, benar-benar ikhlas.” Misalnya ane jujur, tapi ane maunya bukan “jujur keledai”, hehehe… Emang, sih, untuk bersikap jujur itu subjek memerlukan “keberanian”.
      21 Oktober jam 20:49 ·
    • Muchroji M Ahmad setan zaman piraun mungkin lebihn jujur, ketika ia bersama temannya datang ke rumah piraun, ia ketok pintu. dari dalam piraun tanya, siapa yang datang? saya setan jawab setan. masuk saja ngk dikonci kata piraun. nah sambil masuk setan bilang sama temannya jujur ya ‘ firaun itu bodoh, masa ngaku tuhan ngk tahu siapa yang datang.

      Jumat pukul 7:36 ·
    • Muchroji M Ahmad

      ‎@ TY ‘ qulil-haqqa walawkana murran” itu artinya apa sih, kok ada yang bilang ” jangan ngomong yg kaga-kaga, kalau ngomong yang beneran ” ya maksudnya kali ‘ kalau ngomong ya harus punya integriteran gimana heoiknya siasat pemilihan rektor ciputat kemarin itu, walaupun itu teman semua, ya mas Komar, p Amin Suma, k Abudin. lain kali deh ceritanya, yg pasti bukan sekedar sikut menyikut tapi sdh sampai nginjek koreng sesama teman, dst.
      Jumat pukul 8:17 ·
    • Nanang Tahqiq

      Sori, ada berita dari Helmy Hidayat, FB ane (Nanang Tahqiq) di diskusi ini gak nongolin identitas ane sendiri tapi UIN Ciputat (padahal di FB ane sendiri sih nongilah pertemuan di rmh CN itu stlh dijadwal ulang. Terus, hsl d rmh CN memutuskan: buat buku. Ane (dan kadang2 dibantu Encek sesuka-suka dia) udah tindaklanjuti buat tulis buku itu. Syang sekali, gak ada insentif, tanpa penyemangat segar, ol banget, banget.) Dan halo Ole, kedua acara itu atas inisiatif ane dan encek…, dan pembicaraan utama pertemuan itu justru (di PHRI habis lunch) tentang alumni. Adapun tempat memang FA membantu mencarikan untuk di PHRI, krn FA dan AZS adalah akwan baik. Sedangkan di rumah CN, itu atas usul bat memertajam draft tulisan udah ane susun pun ternyata sepi dukungan. Yah, apa boleh buat/taik kambing bulat2/dimakan jadi obat/disimpan jd jimat. Semoga semakin clear, syukran katsîran.
      Jumat pukul 9:45 ·
    • Saleh Abdullah

      Nang: Pertanyaan klarifikasi saya itu berdasarkan penggalan postingmu di atas, ini: “…Dan pertemuan baik di PHRI ataupun di rumah CN adalah adalah usul Fachry Ali. Saleh pulang ikut mobil Fachry (merek …van trend, bukan taksi). Jadi sekali lagi, sy gak tahu ada pembicaraan, KIPP. Boleh jadi pembicaraan tsb hanya terjadi antara Saleh & Bahtiar, kemudian Saleh dan Fyakan ke kamu. Tapi dari jawabachry Ali. Semoga syahâdah ane bisa membantu penjelasan….” Tuesday at 3:52pm.Dari situ saya punya kesan FA yang mengusulkan pertemuan. Saya tanyakan ini, karena FA merasa lupa. Ya, wajar saja kalau lupa. Namanya manusia. Makanya saya tananmu terakhir, kesan saya, FA dan Zacky hanya membantu memfasilitasi saja. Inisiatifnya dari kamu dan Encek. Kalau memang begitu adanya, ya, sudah. Asal jelas semuanya. Soal pembicaraan apa saja yang muncul di pertemuan itu, lain lagi.Tabik
      Jumat pukul 13:51 ·
    • Lena Maryana Mukti

      Bang Ole, 

      Apa benar Abang mengajak kami mendiskusikan kenapa mahasiswi/dosen UIN berjilbab rapat berbeda ketika Abang kuliah dulu di IAIN?

      Saya diminta moderator utk memposting foto2 mahasiswi IAIN yg tidak berjilbab. Saya jawab bahwa silakan… saja mendiskusikan soal itu. Tapi saya menolak memposting foto2 yg ada di saya spt yg diminta krn sifatnya sangat pribadi dan tidak layak digunakan di ruang publik sbg pelengkap diskusi. Buat saya pilihan berjilbab atau tidak adalah pilihan yang sangat pribadi. Krn mahasiswi adalah manusia dewasa yg bertanggung jawab atas pilihan2nya.
      Powered by Telkomsel BlackBerry

      Sabtu pukul 17:56 melalui Balasan Email ·
    • Uin Ciputat To Kak Saleh Abdullah YTH. Jika diizinkan, kami akan copy paste ajakan/permintaan Kakak di inbox, agar kami tidak dianggap menyebarkan berita ban di dinding kami beberapa minggu yang lalu. Terima kasih dan salam hormat dari kami: UIN Ciputat warna-warni.

      Sabtu pukul 18:09 ·
    • Lena Maryana Mukti Ah….anda ini bagaimana sih? Kan anda sendiri yg mempersilakan saya mengkonfirmasi Bang SA? Masa saya “dituduh” mengatakan anda berbohong? Saya rada agak aneh saja orang seperti Bang SA yg saya kenal mempertanyakan soal berjilbab atau tidaknya mhsiswi UIN or IAIN. Maaf saja, topik itu kurang menarik buat saya karena ada persoalan bangsa ini yg lebih besar.

      Sabtu pukul 18:22 melalui Balasan Email
    • Uin Ciputat

      Kak Lena Maryana Mukti YTH. Mohon maaf, kami tidak menuduh Kakak dalam posisi begitu. Sungguh, Kak. Kami mohon maaf jika Kakak merasa pada posisi tersudut. Jika kami tidak salah, dalam obrolan kami dengan Kakak di inbox (Kakak bisa cek inbo…x Kakak), kami menyilahkan Kakak untuk konfirmasi dengan Kak Saleh Abdullah secara pribadi. Kami tidak menduga, ternyata Kakak melakukan hal itu (klarifikasi dan konfirmasi) secara terbuka. Jadi kami beranggapan untuk menanggapinya secara terbuka pula, agar teman-teman yang lain juga mengetahui masalah tersebut. Sekali lagi, kami mohon maaf. Kami berharap tidak ada salah paham di antara kami dan Kak Lena Maryana Mukti. Terima kasih banyak.
      Sabtu pukul 18:29 ·
    • Saleh Abdullah

      Agar tidak terjadi salah paham berlebihan (ini juga karena tidak jelasnya fungsi moderator and who the hell is she or he), di bawah ini saya copy pastekan pertanyaan saya ke inbox si UIN. Semula saya mau menulis langsung ke wall si UIN, seb…agaimana biasa kita lakukan ke teman lain. Tapi sepertinya diblokir atau apalah. Yang jelas tidak bisa. Maka saya kirim saja ke inboxnya. 

      Saya minta ke si UIN agar dia muat di wall-nya. Sehingga topik diskusi tidak tumpang tindih.

      Dan tidak ada yang GAWAT atau SENSITIF dari pertanyaan ini, karena pernah juga saya tanyakan ke beberapa dosen UII. Dan saya pikir, tidak perlulah pakai foto2 segala. Intinya, tidak perlu dramatisasi dari pertanyaan saya yang biasa dan terdorong :

      “Hallo UIN. Bisakah anda melansiroleh hasrat ingin tahu secara intelektual semata itu. (Ini masalah yang saya singgung dari si UIN itu, karena beberapa kali membuat sebuah soal jadi “dramatis” dan mengundang perdebatan yang tidak perlu.)

      Inilah pertanyaan saya itu pertanyaan saya satu ini (masih ada pertanyaan lainnya nanti): “Mengapa mahasiswi, juga dosen2 UIN sekarang berjilbab rapih dan tertutup semua rambutnya? Padahal dulu di periode saya setidaknya, banyak mahasiswi yang bercelana jins, dan sekadar berselendang yang menutup kepala ala kadarnya (dengan rambut yang masih tampak sebagian). Bahkan dosen2 seperti Ibu Nurbaiti dan Ibu Musyrifah Marcoes berkebaya dan berselendang. Mengapa sekarang begitu? Adakah penjelasan sosiologis, politis, kultural, atau bahkan teologisnya?” Sungguh, saya tertarik tahu!”

      Buat yang tidak menganggap penting soal ini, ya, abaikan saja. Saya sama sekali tidak berminat ngerecokin pilihan hidup pribadi seseorang sejauh itu memang masuk kategori privacy. Karena itu juga, saya kira, usulan untuk menampilkan foto segala, apalagi dari seseorang, ya, terlalu mendramatisir namanya.

      Tabik

      Terimakasih UIN, whoever you’re!

      Sabtu pukul 21:40 ·
    • Tashudi Yanto ‎@Ole: ogut heran, masih ada aja orang yang suka mendramatisasi soal “jadul”? seperti tdk punya ide lain saja? Tapi, mungkin juga bukan soal “jadul”-nya, melainkan adanyan kegemaran (bad habit) yang meniup-niup suasana subjek orang lain (yuwaswisu fi shudurinnas…) supaya orang menjadi marah dan membuka aib (siapa saja) termasuk dirinya sendiri.

    • Kemarin jam 5:32 ·
    • Lena Maryana Mukti ‎@Kak Udi: apa benar begitu? Barangkali lebih pada faktor generation gap kali ya. Nggak nyambung dengan chemistry kita2 yg udah toku. Hopefully.
      Powered by Telkomsel BlackBerry® 

      Kemarin jam 6:14 melalui Balasan Email ·
    • Fachry Ali

      Saleh, di bawah ini adalah kesaksian Bahtiar Effendy, melalui BBM, yg sy muat secara utuh. Dengan kesaksian Nanang Tahqik, dan tokoh2 yg anda sebut sebelumnya tidak ada yg ingat adanya pembicaraan ttg KIPP, serta posting tulisan sy di Repub…lika pd 1 April 1996 (yg menjelaskan dukungan sy kpd Cak Nur aktif di KIPP), maka sy akan mengakhiri persoalan tuduhan anda yg tidak benar. Selanjutnya, terserah kepada hati nurani anda. Berikut ini BBM Bahtiar kepada sy: “Kak Fachry, akhirnya saya temukan juga dialog itu. Terus terang kak fachry saya tidak tertarik untuk mengomentari. Biar saja pandangan kawan saya saleh abdullah tentang saya begitu, yang menuduh saya mendapat order untuk mendesak cak nur agar keluar dari kipp. Seingat saya, sejak saya pulang sekolah di columbus ( desember 1994 ) saya jarang kontak dengan saleh. Seingat saya, saya kontak lewat telpun dua kali. Pertama di jathesda jogja waktu saya dan din syamsudin menjenguk mansyur faqih yang sakit (tak sadar). Itupun hanya hai-haian saja. tanpa sempat ngobrol. Mengenai subtansi masalah, seingat saya, saya tak pernah menyuruh atau mendesak cak nur keluar dari kiakarta, mungkin tahun 1994, mungkin 1995, ngobrol tahun2 kami disekolah di ciputat. Kedua, beberapa bulan yang lalu (2010) di jogja, melalui sahabat saya dari pabelan suryanto. Ketemu soleh, seingat saya, hanya sekali di rumah sakit bpp. Saya merasa tak pernah ikut diskusi soal kipp di phri (?) atau hi (?). Dan ketika bertamu rame-rame ke rumah cak nur di cibubur, saya tidak ingat ada saleh abdullah disana. Yg saya ingat betul ya anda, mas utomo, eri riyana, komar azyumardi, ade komarudin. Isi pembicaraanpun saya sudah lupa. Maafkan kalau ingatan saya terbatas, tidak semuanya bisa saya ingat. Tidak seperti kawan-kawan lain yang mungkin saja masih ingat soal cak nur, kipp, dan lain-lain. Yang saya ingat tentang cak nur ya yang saya tulis soal cak nur. Yg saya ingat soal kipp ya ketika saya diminta pidato di kipp (aryaduta) soal islam dan demikrasi. Ada mulyana yang nyambut, dan rocki gerung sebagai moderator. Itu saja kak fachry. Tks
      16 jam yang lalu ·
    • Saleh Abdullah

      Fachry: Seperti sudah saya kemukakan, kalau kalian merasa “LUPA” saya juga merasa, ya, sudah. Tapi saya tidak akan pernah mencabut KESAKSIAN SAYA, karena beberapa alasan: pertama, ya, karena kalian semua menyanyikan koor yang sama: “kalian …lupa.” Apa hak saya memaksa orang untuk ingat???? Kedua, anehnya, walaupun kalian lupa, kalian bilang (termasuk BE) yang menurut saya aneh. Rumah Cak Nur lah di Cibubur dan saya tidak ikut. Jadi seperti mau melarikan ke soal lain. Lha, Nanang aja sudah ngaku bahwa saya ikut di 2 pertemuan itu, dan yang saya maksud rumah CN itu, ya, yang di Tanah Kusir. Bukan Cibubur!!Karena itu, saya tidak akan mencabut kesaksian saya, dan saya maklumi kalian semua kompak lupa. Ya, sudah! Tapi kalau anda, atau kalian semua menyangkal kesaksian saya itu, sampai kapanpun dan bagaimanapun caranya akan saya ladeni. Hatta kalau kalian ingin membawa soal ini ke ranah hukum: SALEH ABDULLAH AKAN MENGHADAPINYA.Atau, kalau anda ragu dengan dunia cyber ini, buat saja diskusi kesaksian sejarah secara terbuka. Mari kita taruh persoalan di atas meja dan kita pereteli secara bersama-sama. Mungkin kalau saling berhadapan muka dengan muka, ingatan bisa jadi lebih segar dan enggan menjadi lupa.Soal artikel anda di republika itu saya anggap tidak ada hubungan langsung dengan soal kesaksian saya. Siapapun bisa menulis yang luar biasa, dan lalu di tempat lain juga melakukan hal luar biasa aneh. Ah, saya juga masih ingat kok, ketika anda “ribut” dengan Gunawan Muhammad NTEGRITAS. Saya kira, nurani berada di sansoal pembredelan Tempo, Detik, Editor. Di mana anda dianggap membela si penjilat Suharto Harmoko yang melakukan pembredelan, dan membuat GM dan teman2 Tempo kesal dengan anda. Seingat saya, anda menulis pembelaan atas nama “perbedaan pendapat” di republika juga, rasanya. Saya akan cek ke teman2 Tempo soal ini.

      Ah, Fachry, tidak perlu anda menasehati saya soal nurani. Seperti sudah saya katakan sejak awal diskusi ini: modal saya hanya TANGGUNGJAWAB, KEJUJURAN, DAN Ia juga. Dan saya tidak mau menyeret-nyeret orang lain, setidaknya belum mau (walau ada beberapa orang yang bisa saya sebutkan). Artinya lagi, saya siap menghadapi ini semua SEORANG DIRI dengan modal dasar 3 hal di atas.

      Saya tidak pernah hidup menetek dari Bakri, Harmoko, Suharto, Hartono, atau bandit siapapun di republik ini. Karena itu saya merasa hidup saya relatif bersih dari uang-uang penjahat politik itu semua. Dan karena itu pula saya merasa jauh lebih bisa tampil berdasarkan NURANI.

      Yang paling saya ingat komunikasi saya terakhir dengan BE, lewat HP Suryanto, saya katakan bahwa secara pribadi saya tidak setuju Fachry mendapat penghargaan yang disejajarkan dengan Babon-Babon pemikir sekaliber Harun Nasution dan Cak Nur. Di mata saya pribadi, penghargaan itu jadi “lucu” dan “politis.” BE hanya tertawa saja menaggapi saya, dan bilang “ya, ada banyak orang dalam tim yang memilih, kok.” Saya tidak peduli, karena saya hanya mengutarakan pendapat saya pribadi. NURANI saya pribadi. Walau saya sampaikan juga pendapat saya itu ke beberapa teman di lingkungan UIN: ada yang hanya diam, tidak berkomentar. Ada juga yang menyetujui saya. Saya tidak akan kemukakan siapa yang juga sepaham di sini, karena bobot geger-nya akan keras!

      DEMIKIAN KESAKSIAN SAYA BERDASARKAN PIKIRAN DAN NURANI.

      Tabik.

      15 jam yang lalu ·
    • Saleh Abdullah Di, he he he. Itu rumor di. Bukan wilayah gua. Wilayah gua KESAKSIAN, man.

      15 jam yang lalu ·  

      TashudiYanto ‎@Ole: ngomong2 soal NURANI, gua kemaren (23 Okt 2010) baca Suara Pembaruan (Rumor Politik) yang judulnya HANURA MERGER DENGAN PDI-P? hehehe… Pak Wir aja keberatan bawa “Hati Nurani”-nya, dan dia mungkin lupa Sophan mundur dari DPR karena Nurani-nya juga…

    • 15 jam yang lalu ·
    • Saleh Abdullah Makanya, atas nama Hati Nurani gua sendiri, gua tidak akan mundur dari Kesaksian gua itu. Orang pada kena gejala lupa, ya udah. Itu hak biologis mereka untuk lupa.

      15 jam yang lalu ·
    • Lena Maryana Mukti

      ‎@Bang Ole: sedari awal aku mengusulkan forum terbuka secara face to face. Sekali lagi supaya tidak ªϑª dusta. Apa susahnya sih Abang2 ketemu dihadiri kita2 yg tidak terlibat secara fisik, tapi sekarang terlibat secara emosi dan nurani. Kal…au terus dibiarkan akhirnya tambah banyak yg emosional and gregetan nyaksiin si pelaku sejarah saling tuduh and berkelit. Ayolah kknd, stop perdebatan di sini ϑªπ segera bertemu. Bang Ole dah setuju kan? bagaimana dengan yg lainnya?
      Powered by Telkomsel BlackBerry®
      14 jam yang lalu melalui Balasan Email ·
    • Saleh Abdullah

      Lena, sudah saya nyatakan sikap dan tanggungjawab saya. Soalnya buat saya praktis sekali: saya tinggal di Yogya. Tapi kalau diagendakan jauh hari, saya akan hadapi.Buat sebagian orang, mungkin ini soal “remeh” yang ga penting ditanggapi. S…ilahkan. Buat saya sendiri, selama di antara temen-temen Ciputat dikembangkan PRIMORDIALISME ANEH, tidak kritis (seolah senior hebat dan tidak bisa salah), ini jadi penting. Resah saya kalau dari Ciputat lahir intelek2 yang tidak punya integritas, kejujuran dan tanggungjawab.
      Powered by ManggoBlackandWhite@HeHeHe
      14 jam yang lalu ·
    • Lena Maryana Mukti ‎@Bang Ole: hihihihi. Rupa2nya ade model BlackBerry baru di Yogya. @Nang: tuh Bang Ole ude ready. Ayo dong ente selesaian nih barang.
      @Kak Udi: kemane ente? Koq sunyi senyap. Munculnye suka ngagetin orang. 

      14 jam yang lalu melalui Balasan Email ·
    • Saleh Abdullah Lena: Plat AB, Plat AB. Tau kan? Kalo ga tau, sering2 lah ke Yogya. Ini kota merdeka, di mana keliaran dan kreatifitas mendapat tempat. Dan kalau teman2mu di senayan dan di eksekutif tidak segera membuat Undang-Undang Keistimewaan Yogya itu, kami akan referendum untuk lepas dari Indonesia! MERDEKA!!!

      14 jam yang lalu ·
    • Lena Maryana Mukti @Bang Ole: mungkin Abang tdk inget lagi ini cerita atau bahkan tdk tau. Aye dapat A+ lho mata kuliah filsafat yg dosennye Kak Edy (Kak Azyu begitu Abang nyebut beliau) berkat Abang and Kak Mulyadi yg ude tentir aye. Btw, Kak Mul ade dimane ye?
    • Lena Maryana Mukti ‎@Bang Ole: nah ini die topik yang menarik: RUUK Yogyakarta. Masa diusulin Sultan sekedar Paradya. Ya edan lah. Selalu saja ªϑª penyakit LUPA. Kali ini melupakan sejarah legowonya Yogya bergabung ke NKRI. Saya keras bicara soal ini. Di tengah karut marut and amburadulnya soal pemilukada and pembentukan DOB, Yogya tidak boleh sama dengan daerah lainnya. Demikian juga sebaliknya. Kearifan lokal adalah sumber kekayaan budaya ϑªπ spirit bangsa. Duh, jadi panjang deh ceritanya.

      14 jam yang lalu melalui Balasan Email · 
    • Saleh Abdullah Lena: IP saya sendiri balagi temen2 yang keliaran di sekitar dia. Tapi, kami kadung berpegang pada falsafah orang Yogya itu: “semua tempat adalah sekolah. Semua orang adalah guru.”

      14 jam yang lalu ·
    • Saleh Abdullah

      Lena: ada yang lebih gawat dari sekedar itu. Demokrasi ini mau dibawa ke “demokrasi pasar” yang penuh persaingan dan juga sogokan. Emangnya ada calon gubernur atau bupati yang kagak nyogok ke partai untuk nyalon? Lha, kalo mayoritas orang Y…ogya sudah wilingly mau rajanya jadi gubernur, tanpa pemilu yang mahal, tanpa nyewa lembaga survey dan konsultan politik yang mahal, apa salahnya? Prinsip demokrasi apa yang dilanggar? Pers, Intelektual, Perguruan Tinggi, Lembaga Survey, Parpol semua jadi agen demokrasi pasar yang mikirnya cuma nyari untung!
    • Lena Maryana Mukti

      ‎@Bang Ole: nilai aye yg rata2 A itu sih didorong oleh semangat pembuktian bahwa G̲̣̣̣̥ǻk bener kalau aktivis itu lama lulusnya and nilainya pas2an. Makanya aye kejar Bang Ole and Kak Mul untuk memperkaya wawasan and memperdalam pengetahu…an supaya G̲̣̣̣̥ǻk textbook. Swear deh. Jawaban aye utk soal filsafat based on your and Kak Mul’s teaching. Tadinye aye kaget karena nilai filsafat aye kosong. Trus dipanggil Kak Edy ke rumahnya. Kirain mau disalah-salahin, eh ternyata aye disuruh nulis nilai sendiri di atas kertas nilai yg ude Kak Edy tantangani. Ya udah, aye tulis A+. Sekarang Kak Edy baru tau kali ye kalau nilai A+ itu sebagian berkat Bang Ole and Kak Mul.
      Powered by Telkomsel BlackBerry®
      13 jam yang lalu melalui Balasan Email ·
    • Lena Maryana Mukti

      ‎‎@Bang Ole: iye tuh. Kelakuan kebanyakan politisi G̲̣̣̣̥ǻk jujur. Dikiranya rakyat bodoh. Pengalaman jadi anggota Pansus Paket Undang2 Politik selama hampir setahun membuktikan yg terjadi adalah politik transaksional. Sedih deh nyaksiin p…raktek dagang sapi di Senayan. 

      Yg menyedihkan lagi NKRI ini bisa tercabik-cabik oleh agenda politik segelintir orang. Contohnya soal pemekaran atau pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB). Serem deh ngeliat prosesnya. Agenda politik and uang kenceng tuh di situ.

      Powered by Telkomsel BlackBerry®

    • Lena Maryana Mukti

      ‎@Bang Ole: aye pamit dulu ye. Besok subuh sudah harus ngukur jalan. Tau sendiri kan? Jkt sudah tdk layak dihuni. Tapi mau gimane lagi. Aye kan orang Betokaw yg kagak dikasih ngerantau ama “bonyok”. Yg ngaku ahlinya belum ngebuktiin bahwa d…ia bener2 ahli. So, I really hate Monday because of the traffic. Gud nite. See you.
      Powered by Telkomsel BlackBerry®
      13 jam yang lalu melalui Balasan Email ·
    • Tashudi Yanto ‎@Lena: goodnight…

      13 jam yang lalu ·
    • Lena Maryana Mukti ‎‎@Kak Udi: tuh kan. Munculnya pasti G̲̣̣̣̥ǻk terduga. Giliran ni mata udah ngriyep2 baru ªϑª sapaan dari si handsome guy.