Perlawanan Tak Pernah Padam

SETELAH NII diproklamasikan pada 7 Agustus 1949, gerilya Darul Islam bertahan hingga 4 Juni 1962. Namun semangat menghidupkan cita-cita S.M. Kartosoewirjo tak padam, meski gagal.

DI PASCA-1962

1963.
Achmad Sobari, mantan Bupati Priangan Timur (bupati wilayah Darul Islam), mendirikan Negara Islam Tejamaya, yang disebut gerakan Islam murni.

1968.
Aceng Kurnia membentuk Penggerakan Rumah Tangga Islam/Persiapan Tentara Islam Indonesia. Ia mendatangi sejumlah komandan wilayah: Adah Djaelani, Ateng Jaelani, Danu Muhammad Hasan, dan Haji Ismail Pranoto (Hispran).

1971.
Reuni 3.000 eks DI/TII di Situ Aksan 120, Bandung. Pertemuan yang disokong Bakin ini deklarasi mendukung Golkar.

Perlawanan NII pasca-Kartosoewirjo terbagi dua:

  1. DI Fillah, yang meninggalkan perjuangan bersenjata. Tokohnya Djaja Sudjadi, bekas menteri NII.
  2. DI Fisabilillah, yang mengobarkan perang. Tokohnya Aceng Kurnia. Ideologinya iman, hijrah, jihad.

1973.
Pertemuan Mahoni (Aceh, Sulawesi, Jawa) yang menghidupkan kembali Darul Islam. Daud Beureueh dari Aceh diangkat sebagai imam baru pengganti Kartosoewirjo.

1974-1976.
Haji Ismail Pranoto merekrut Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir.

1976.
Peledakan rumah sakit Kristen di Bukit Tinggi dan pelemparan granat pada acara Musabaqah Tilawatil Quran di Medan di bawah komando Gaos Taufik.

1977.
Penangkapan 800 pengikut DI karena dituding terlibat gerakan Komando Jihad.Tokohnya Danu Muhammad Hasan, Dodo Muhammad Darda, Gaos Taufik, dan Haji Ismail Pranoto.

Warman dan kawan-kawan melakukan aksi fai (perampokan) untuk membiayai gerakan. Aksi dilakukan di IAIN Yogyakarta, IKIP Malang, Cicalengka (Bandung), dan Depok.

1978.
Djaja Sudjadi dibunuh oleh anggota DI karena dituding menjadi imam tandingan dan membocorkan aksi Komando Jihad kepada aparat.

1978-1979.
Adah Djaelani menjadi imam menggantikan Daud Beureueh, yang jadi tahanan rumah.

1983.
Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir ditangkap dengan tuduhan golput dalam pemilu.

1985 Sungkar dan Ba’asyir lari ke Malaysia.
Di Malaysia, mereka mengirim sejumlah kader Darul Islam ke Afganistan.

1987-1990.
Ajengan Masduki, mantan Bupati Darul Islam Tasikmalaya, diangkat sebagai imam baru menggantikan Adah Djaelani, yang dipenjarakan. Pengikut Adah menolak Ajengan. Abu Toto alias Panji Gumilang bergabung dengan KW-9. :

Abdul Fatah Wiranagapati mengklaim berhak menjadi imam karena tak menandatangani pernyataan 1962 yang menyatakan Darul Islam telah batal.

Kelompok Ajengan Masduki:
DI Ansyarullah.

1999.
DI Akram yang berperang di Ambon.

KW-9 pimpinan Abi Karim yang setia kepada Adah Djaelani:

1992.
Ajengan Masduki pecah dengan Abu Bakar Ba’asyir/Abdullah Sungkar

1 Januari 1993.
Jamaah Islamiyah lahir.

1995.
Adah Djaelani diangkat jadi imam menggantikan Masduki setelah Adah, Tahmid Rahmat Basuki, dan beberapa bekas anggota Darul Islam dibebaskan.

1997.
Adah Djaelani bergabung dengan KW-9.

Desember 1998.
Tahmid menjadi imam baru menyaingi kelompok Adah dan Abu Toto.

1998.
Gaos Taufik membentuk kelompok sendiri.

2000.
DI Akdam ring Banten pimpinan Jaja yang mengirim kader ke Moro.

Adah Djaelani mengangkat Panji Gumilang sebagai Kepala Staf Umum Darul Islam menggantikan Tahmid.

SUMBER: WAWANCARA DENGAN SOLAHUDIN, PENELITI DARUL ISLAM

1 Komentar

  1. “Goresan pena sejarah bisa di bentuk oleh rezim penguasa, namun pelaku sejarah dan peneliti serta para saksi yang ada tak akan diam walau sejarah berubah-ubah “.

Tinggalkan Komentar