Strategi Perang Semesta

Setelah diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Maret 2009, Indonesia Defence University (IDU) atau Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN) akhirnya melahirkan Sarjana Strata Dua (S2) di bidang studi Strategi Perang Semesta. Para Mahasiswa yang telah lulus usai menempuh pendidikan selama 12 bulan diwisuda dengan gelar Master Pertahanan (M.Han), Sabtu (21/8) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.

Wisuda Mahasiswa UNHAN yang merupakan angkatan pertama dari Program Studi Perang Semesta tersebut dilaksanakan dalam Upacara Wisuda Program Magister pada program studi Strategi Perang Semesta Sekolah Strategi Perang Semesta  Tahun Akademik 2009/2010 yang dipimpin oleh Rektor UNHAN  Mayjen TNI Syarifudin Tippe, S.IP, M.Si.

Rektor UNHAN menjelaskan,  program studi Stretegi Perang Semesta diikuti oleh perwira TNI berpangkat perwira senior dan PNS dari Kemhan dan Kejaksaan Agung RI. Untuk angkatan pertama ini diikuti oleh 39 mahasiswa dengan komposisi TNI AD 16 perwira, TNI AL sembilan perwira, TNI AU 12 perwira, PNS Kemhan satu orang dan PNS Kejagung satu orang.

Dari jumlah tersebut,  diwisuda sebanyak  38 mahasiswa, sedangkan satu orang mahasiswa masih  harus menyelesaikan pembuatan tesis untuk memenuhi standar kelulusan. Lulus dengan predikat cumlaude sebanyak 9 mahasiswa, sedangkan sebagai mahasiswa terbaik adalah Kol. Kav. Jamaludin dengan IPK 3,96 dan dianugerahi piala “Yudha Buana Cendekia” .

Dalam rangka mengaplikasikan teori yang dipelajari di kelas dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, Mahasiswa program studi Strategi Perang Semesta melaksanakan Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN), dengan sasaran tiga provinsi yaitu Kalbar, Jatim dan Sumut. Disamping itu Mahasiswa juga melaksanakan Kuliah Kerja  Luar Negeri (KKLN) di Naval Post Graduate School (NPS), Amerika Serikat selama dua minggu dan mendapat sertifikat.

Lebih lanjut Rektor UNHAN mengatakan,  bahwa UNHAN adalah perguruan tinggi satu-satunya di Indonesia yang secara khusus mengkaji masalah pertahanan dan menyiapkan pemikir strategis di bidang pertahanan, baik sipil maupun militer. Selain memiliki program studi Strategi Perang Semesta, UNHAN juga memiliki program studi Manajemen Pertahanan.

Menurut Rektor UNHAN,  pada bulan Agustus ini, UNHAN kembali akan membuka dua program studi baru yaitu Defence Economics (Ekonomi Pertahanan) dan Disaster Management (Manajemen Bencana). Selain memiliki peran strategis, UNHAN adalah sebuah perguruan tinggi yang unik karena pendirinya dua menteri yaitu Menhan dan Mendiknas.

Sementara itu, Menhan dalam sambutannya mengatakan, saat ini Indonesia khususnya di sektor pertahanan membutuhkan orang – orang yang ahli di dalam strategi pertahanan. Dengan perkembangan ancaman pada saat ini yang tidak hanya berkutat pada ancaman militer, tetapi juga ancaman non militer, maka diperlukan keahlian yang tidak hanya khusus untuk menangani masalah – masalah militer tetapi juga masalah yang terkait dengan nirmiliter.(ref)

Indonesia Butuhkan Ahli Perang Semesta

Semakin meningkatnya ragam ancaman dewasa ini, yang dimensinya tidak saja militer, tetapi juga nirmiliter, membuat Indonesia juga perlu mengembangkan ahli strategi pertahanan yang mampu memahami berbagai ancaman baru tersebut. Untuk mencapai tujuan itulah Universitas Pertahanan memiliki peran penting.

Pesan tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam Wisuda Program Magister Pertahanan, Program Studi Strategi Perang Semesta, di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Sabtu (21/8).

Dalam wisuda yang juga dihadiri oleh Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, dari perspektif akademik keilmuan, program-program studi yang dikembangkan oleh Unhan beserta ilmu-ilmu yang terkait di dalamnya merupakan bidang baru bagi dunia pendidikan nasional.

”Kementerian Pendidikan Nasional dalam hal ini tidak saja mendukung, tetapi juga berterima kasih kepada Kementerian Pertahanan dan TNI yang ikut membidani lahirnya Unhan (yang telah ikut memperkenalkan pengetahuan baru dalam pendidikan nasional),” ujar Nuh.

Nuh juga menegaskan, kementerian yang dia pimpin mendukung Unhan juga karena menyadari, lembaga pendidikan ini perannya bukan hanya semata dalam bidang akademik, melainkan juga dalam rangka ikut mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kepada Unhan, Nuh juga berpesan, melihat tren yang terjadi di berbagai belahan dunia lain, satu bidang studi perang yang patut diberikan perhatian besar adalah yang terkait dengan perang siber (cyber war), yang melibatkan penggunaan teknologi informasi-komunikasi. (ref)

Konsep Perang Semesta

Banyak yang berpikiran bahwa Perang Semesta sama artinya dengan “perang bareng-bareng dengan rakyat”, dan menjadikan rakyat sipil (non-kombatan) menjadi kekuatan bersenjata (kombatan) pada saat perang untuk meraih kemenangan. Kalangan aktifis HAM kemudian mengkuatirkan hal ini akan berdampak pada pelanggaran atas Konvensi Jenewa dan lain-lain.

Adalah Jenderal AH Nasution dikenal sebagai ahli konsep perang gerilya, selain konsep dwifungsi ABRI. Dalam buku “pokok-pokok perang gerilya” beliau menuliskan :

“Perang Gerilya adalah Perang si kecil/si lemah melawan si besar/si kuat. Perang Gerilya tidak dapat secara sendiri membawa kemenangan terakhir, perang gerilya hanya untuk memeras darah musuh. Kemenangan terakhir hanyalah dapat dengan tentara yg teratur dalam perang biasa, karena hanya tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif yg dapat menaklukkan musuh. Perang Gerilya biasanya adalah perang ideologi. Perang Gerilya adalah perang rakyat semesta. Akan tetapi Perang gerilya tidak berarti bahwa seluruh rakyat bertempur, perang gerilya adalah adalah perang rakyat semesta, perang militer, politik, sosial-ekonomi dan psikologis pokok – pokok  perang gerilya.” AH Nasution (1918 – 2000)

Dalam buku “Pokok-pokok pemikiran tentang perang semesta” yang ditulis oleh Wakasad, Letjen TNI J.S. Prabowo, untuk memahami Perang Semesta dengan terlebih dahulu menyamakan persepsi tentang pengertian perang sebagai sebuah “konflik berskala besar antar (beberapa) Negara atau didalam suatu Negara, yang terkait dengan masalah kedaulatan dan atau wilayah suatu Negara.”(hal. 9) Dengan pengertian ini, maka perang harus dipahami secara luas, baik dari segi wilayah territorial maupun motif dan musuhnya.

Perang juga tidak berarti atau tidak harus menggunakan kekuatan bersenjata, melainkan berkait dengan pelibatan semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perang (war) harus dibedakan dengan pertempuran bersenjata (battle). Perang juga tidak berarti harus dilakukan melawan Negara lain (lintas Negara), tetapi dapat juga berupa konflik berskala besar yang terjadi dalam suatu Negara sepanjang itu berkaitan dengan masalah kedaulatan Negara, seperti perang melawan separatisme atau terorisme. Dengan demikian, maka Wakasad juga melihat adanya paradoks dalam pengistilahan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) (hal. 57) karena di dalamnya terdapat operasi untuk mengatasi pemberontakan bersenjata, separatis bersenjata dan terorisme, sementara dalam pengertian yang ditawarkan oleh Wakasad, ketiganya dikategorikan sebagai sebuah Perang.

Dengan terlebih dahulu membahas generasi peperangan yang sampai saat ini telah berada pada generasi ke empat (4GW), maka Wakasad mencoba menempatkan Perang Semesta ini pada lingkup jenis perang generasi keempat (4GW) ini, dimana perang lebih bersifat asimetris dan non linier.(hal 19-30) Perang juga lebih bersifat non-konvensional dengan lebih banyak memanfaatkan elemen-elemen non militer untuk mencapai kemenangan. Contoh-contoh kasus di berbagai belahan dunia yang dibawa oleh Wakasad sebagai ilustrasi dalam buku ini semakin memperjelas pemahaman pembaca tentang pengertian perang secara luas dan Perang Semesta itu sendiri.

Memang sulit untuk dipungkiri ketika kita membicarakan sebuah perang, yang terbayang adalah sebuah konflik berdarah yang diwarnai oleh dentingan senjata tajam yang beradu, letusan senjata api, ledakan bom dan lain-lain. Hal inilah yang juga masih terlihat dalam buku karya Wakasad ini, walaupun dari awal sampai akhir beliau mencoba untuk membawa alam pikiran pembaca tentang lingkup perang yang luas, tidak sekedar sebuah pertempuran bersenjata, namun berbagai contoh yang diberikan masih lebih banyak membicarakan jumlah korban, yang tentu saja sangat berkorelasi dengan penggunaan senjata.

Dalam membuat perbandingan antara Perang Semesta dan Total War, Wakasad menggambarkan bahwa lingkup Perang Semesta jauh lebih besar dari sekedar Total War yang merupakan rangkaian pertempuran bersenjata yang massif dan melibatkan banyak Negara. (hal. 64) Namun dalam ada sesuatu yang sedikit membingungkan dalam tabel perbandingan dimana disebutkan bahwa motif total war adalah politik, kemanusiaan, ekonomi dan perbatasan sedangkan motif perang semesta adalah kemerdekaan, revolusi, lawan insurjensi dan kedaulatan wilayah. (hal. 65) Hal ini agak membingungkan karena motif perang semesta yang diidentifikasi justru terkesan lebih berkaitan dengan penggunaan senjata, sementara motif total war lebih jauh sangkutannya dengan penggunaan kekuatan bersenjata. Ini tidak mendapatkan penjelasan yang memadai dalam buku.

Akhirnya Wakasad menawarkan berbagai langkah yang dapat ditempuh untuk mempersiapkan Perang Semesta ini mulai dari membangun sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial budaya, sistem teknologi dan sistem pertahanan. Kelima sistem tersebut perlu dibangun dan dikelompokkan dalam wujud komponen cadangan dan komponen pendukung. (hal. 82) (ref)

Perang Cyber (cyber war)

Cyber warfare, (juga dikenal sebagai cyberwar dan Cyberwarfare), adalah perang dengan menggunakan jaringan komputer dan Internet di dunia maya (cyber space) dalam bentuk pertahanan dan penyerangan informasi.  Cyber warfare juga dikenal sebagai perang cyber mengacu pada penggunaan world wide web dan komputer untuk melakukan perang di dunia maya.  Walaupun terkadang relatif minimal dan ringan,  sejauh ini perang cyber berpotensi menyebabkan kehilangan secara serius dalam sistem data dan informasi, kegiatan militer dan gangguan layanan lainnya, cyber warfare berarti dapat menimbulkan seperti risiko bencana di seluruh dunia. Cyber Warfare menurut para pengamat computer global telah dimulai pada tahun 1991, namun sifatnya masih terbatas.    Pada akhir-akhir ini taktik penyerangan melalui cyber telah berkembang terus dengan skala yang semakin besar.

Kenyataan bahwa cyber warfare menjadi mandala perang baru sudah didepan kita semua.    Penyerangan secara terbatas telah terjadi berkali-kali oleh beberapa negara, kondisi ini dapat  juga diasumsikan sebagai uji coba, namun peperangan yang sesungguhnya dan jauh lebih besar telah dipersiapkan.

Sistem internet secara strategis bersifat sangat rentan terhadap gangguan/serangan, namun merupakan investasi yang menarik (high return) dan diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan, sangat sulit mempertahankan diri dari serangan/gangguan (perlu persiapan, kewaspadaan dan pertahanan berlapis), penyerangan dapat dilakukan dari negara ketiga/lain, dan dapat dilakukan oleh non-state aktor.   Adapun taktik dan strategi yang digunakan dapat berupa spionase, propaganda, menghentikan operasional internet, memodifikasi data, dan memanipulasi infrastruktur, serta akan terus berkembang, semua ini akan sangat merugikan dan melemahkan sendi-sendi kehidupan negara.

Menghadapi era Cyber Warfare yang sudah didepan mata, maka tidak tepat jika pemerintah melepas begitu saja kepada kemampuan mekanisme pasar, namun pemerintah perlu memikirkan dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk melindungi pengguna internet dalam negeri.    Infrastruktur berupa fasilitas komputer super, media broadband dan sumber daya manusia yang mumpuni perlu disiapkan oleh pemerintah, jika tidak ingin sistem internet dan ethernet nasional dikacaukan oleh pihak lain pada suatu saat.  Cyber warfare tidak hanya terbatas pada kelompok orang berseragam (militer), cyber warfare  bisa dalam bentuk kecil dalam suatu negara atau antarnegara.  Di sinilah perlunya awareness nasional harus disebarluaskan dan ditumbuhkan. (ref)

3 Komentar

  1. اسوب سوبرييادي berkata:

    warga umum yang sudah selesai strata satu, tidak bisa melanjutkan strata dua ke unhan ya?

  2. gan, backgroundnya tolong diganti dong yang kontras dg warna tulisannya. saya udh beberapa kali kesini, tp dari dulu harus ngeblok tulisannya, baru dibaca

Tinggalkan Komentar