oleh : Sujiwo Tejo
Teman-teman, jika pun revolusi sudah saatnya harus terjadi, mari kita berdoa agar peristiwa itu berlangsung dengan sangat damai dan indah. Dan sehabis itu kita dapat bersekolah dan kuliah dengan lebih tenang, karena para orangtua lebih leluasa mecari membuat dan mencari lapangan kerja. Anak-anak kecil kembali riang di atas-atas pematang sawah dengan matahari pagi yang syahdu.
Jika pun harus terjadi, sehabis revolusi yang berlangsung damai dan indah itu kita tak perlu terlalu pusing jika ada sanak-famili yang sakit, karena negara turut menanggung setiap warganya yang menderita. Biaya rumah-rumah sakit tidak semengerikan bagai sekarang. Harga rumah terjangkau karena government akan memperhatikan betul papan sebagai kebutuhan dasar warganya.
Kesempatan melakukan usaha-usaha kecil makin terbuka, karena bank-bank tak boleh lagi hanya mengucurkan kredit pada pengusaha-pengusaha raksasa. Pasar-pasar tradisional kembali hidup. Spirit dan energi kita kembali berkobar, seiring dengan kembalinya kita kelola secara mandiri batu bara, gas, minyak dan lain-lain.
Berlayarlah di laut, laut keringat kami
Tertawalah di laut, laut keringat kami
Berselancarlah di laut, laut keringat kami
Berpesiarlah di laut, laut keringat kami…
Bergerak, bergerak, tetap bergerak
Menderap langkah, merapat barisan
Bergerak, bergerak, tetap bergerak
Berat kita junjung, ringan kita jinjing
Bergerak, bergerak, tetap bergerak
Berlumur keringat dan airmata….
Berlayarlah di lautan airmata kami
Tertawalah di lautan airmata kami
Berselancarlah di lautan airmata kami
Berpesiarlah di lautan airmata kami
Bersabar, bersabar, kita sejak dulu
Amuk kita timbun, munjung bagai gunung
Bersabar, bersabar, kita sejak dulu
Amuk kita tunda, gunung tak meletus
Bersabar, bersabar, kita sejak dulu
Sejak dulu nahan, sejuk bagai gunung
Pesta poralah di gunung kesabaran kami
Dansa dansilah di gunung kesabaran kami
Injak injakkan kakimu di gunung kesabaran kami
Buang botol-botol minummu di gunung kesabaran kami
Bersabar, bersabar, sampai habis sabar
Sabar jadi riak, riak jadi ombak
Bersabar, bersabar, sampai habis sabar
Gunung pun bergetar, laut bergelora
Bergelora-gelora, bergunung-gunung ombak
Gulungan gelombang keringat dan airmata
Hati hati jangan kau terlena di laut keringat kami
Hati hati jangan kau haha hihi di laut keringat kami
Awas awas awas di gunung kesabaran kami
Mawas mawas dirilah di gunung kesabaran kami
aku suka puisinya 😀 😀 😀
Rrrevvvolusssiii…
Mari…kita hapuskan ‘CULTURCIDE’
Mari…kita hapuskan ‘ETNOCIDE’
Mari…kita hapuskan ‘SILENT GENOCIDE’
Mari…kita hapuskan ‘LANGUAGE IMPERIALISM’
Mari…kita hapuskan ‘TECHNOLOGY IMPERIALISM’
Dengan…RRREVVVOLUSSSIII…
Kita bangkitkan…
BHINNEKA TUNGGAL SIKEP
agar…
BAKUH – KUKUH – UTUH…..
SELURUH PERSADA MOSAIK NUSWANTARA
Salam…
samin adalah sikap
Tulisan ini muncul disaat yang tepat bagi saya. Mantap kang!
Bersabar, bersabar, sampai habis sabar
Bergerak, bergerak, tetap bergerak
Mawas mawas dirilah di gunung kesabaran kami
Wah terjadi Takut juga yahhh ?
Gak terjadi ada kemungkinan jadi
Kumaha atuh Akang ?
selepas katanya reformasi dulu, negri ini menurut saya ga berubah secara signifikan
air-mata kami…kering sudah,
keringat kami…tekuras sudah,
tangis kami…terhenti sudah,
Tinggal yang terakhir…tetesan darah…..
Jadi teringat syairnya Ronggowarsito dalam Serat Kalatidha. Beliau memprediksi ada 7 Satria Piningit yang memimpin Indonesia. Sekarang sudah yang ke enam.
Yang ke tujuh adalah SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU. Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.
Tinggal menanti atau membukakan jalan ya? 😀
Jadi teringat syairnya Ronggowarsito dalam Serat Kalatidha. Beliau memprediksi ada 7 Satria Piningit yang memimpin Indonesia. Sekarang sudah yang ke enam.
Yang ke tujuh adalah SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU. Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu).
Tinggal menanti atau membukakan jalan ya? 😀
Pertama mbaca jadi bertanya-tanya. Wah ini puisi apa cerita rakyat, begitu ada nemu bahasa yang di ulang2 wew, kayaknya ini nyanyi hehe..
membaca sambil menunggu selesainya loading lagu membuat hatiku renuyh. Apalagi setelah tahu sipenyanyi naya Sujiwo Tedjo. 😯 😕
Salam hangat serat jabat erat selalu dari Tabanan
rakyat semakin susah, harga semakin melambung tinggi, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin 😕
Tapi revolusi tidak selalu menyelesaikan masalah. Contoh Irak, katanya rezim Saddam kejam, tapi perang lebih kejam, makin banyak perpecahan dan kehancuran.
—————
Kopral Cepot : Wah klo itu bukan revolusi gan 😉
sampai kapan ya harus sabar…???
Revolusi adalah puncak sebuah gerakan. Jika kita tak pernah bergerak mendorong transformasi sosial untuk menyadarkan rakyat akan realitas yang menindas maka revolusi masih jauh dari panggang api. Kecuali jika Allah swt. bermurah hati dengan tiba-tiba mendatangkan bencana layaknya Kaum Nuh dipilih sebagai generasi yang berhak melanjutkan peradaban.
Salam… 🙂
Cabe bagaimana? 🙂
Hade euy syair tiap bait na, hehe 🙂
mas sujiwo ” tejo ” ini bukan orang baru bagi saya karena bapaknya adalah camat kec.mangaran sedangkan bapak saya pembantu bupati ( wedhana ) atasan bapak beliau . kakaknya mas sujiwo ” tejo ” ini bupati situbondo th 1999 s/d th 2004. pertanya’anya yaitu mulai kapan mas sujiwo tejo ( kalau tampil di televisi ) kok selalu mengkritisi kebijakan2 pemerintahan padahal mas sujiwo ” tejo ” ini berada dilingkaran birokrasi kehidupanya . seperti ” antagonis ” nampak kelihatanya , tetapi saya masih tetap ” respect dan simpati ” pada mas sujiwo ” tejo ” paling tidak cara pembawa’anya tidak jauh berbeda dengan orang tuanya bapak ” tejo “…..yaa khan mas sujiwo ” t e j o “.
( dt ” swiss van java ” ).