Mengagas Sunda Masa Depan


*Oleh H. M. Didi Turmudzi

MASYARAKAT Sunda memerlukan strategi kebudayaan (culture strategy) untuk menyongsong masa depan. Strategi kebudayaan ialah sesusun agenda atau rancangan kebijakan yang memungkinkan wawasan dan pengetahuan budaya direalisasikan dalam perubahan tatanan kehidupan bersama ke arah yang lebih baik. Strategi ini bersifat holistik dalam cakupannya dan bersifat jangka panjang dalam jangkauannya.

Harus diakui, gagasan seperti ini bukan gagasan baru. Paling tidak, selama ini sempat tercetus aspirasi kolektif untuk merumuskan visi Sunda masa depan, khususnya ketika kita mulai memasuki milenium baru. Pada masa kepemimpinan Gubernur R. Nuriana, misalnya, elemen-elemen masyarakat Sunda pernah bertemu dan bertukar pikiran mengenai berbagai aspek kesundaan. Namun, dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh forum-forum seperti itu masih memerlukan langkah-langkah sosialisasi yang lebih jauh agar substansinya benar-benar menjadi muatan pikiran bersama dan pada gilirannya dapat menjadi inspirasi bagi perumusan kebijakan publik.

Mengapa masyarakat Sunda memerlukan strategi kebudayaan? Untuk menjawabnya, kita dapat membayangkan permainan sepak bola. Ketika bermain sepak bola, tentu saja kita harus memastikan terlebih dahulu pola permainan seperti apa yang akan kita kembangkan untuk mencetak gol di gawang lawan. Dengan kata lain, tanpa strategi kebudayaan, masyarakat Sunda akan sulit menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang tiada henti.

Tanpa strategi kebudayaan, kita cenderung bersikap reaksioner dalam menanggapi gejolak kehidupan, dan mudah diombang-ambing beragam isu publik yang terus bermunculan. Biasanya, sikap demikian disertai dengan kecenderungan berpaling ke masa lalu, membayang-bayangkan keagungan yang telah hilang, sebagai selubung bagi ketidakberdayaan menanggapi kenyataan baru. Tanpa strategi kebudayaan, masyarakat Sunda hanya dipermainkan isu publik, bukannya ikut mengarahkan isu publik.

Cakrawala global

Selama abad kedua puluh, sejalan dengan semangat zamannya, aspirasi masyarakat Sunda cenderung ditempatkan dalam kerangka nasional. Kelahiran, pertumbuhan, dan dinamika Paguyuban Pasundan, misalnya, senantiasa menekankan komitmen untuk turut memelihara dan mengembangkan potensi kesundaan dengan tidak mengabaikan pentingnya bangunan kebangsaan Indonesia hasil perjuangan menentang kolonialisme. Dengan kata lain, aspirasi masyarakat Sunda senantiasa diarahkan kepada upaya-upaya pembangunan bangsa.

Dalam abad ke-21, kita hidup dalam keadaan yang semakin menuntut kita untuk parigel menempatkan diri dalam cakrawala global. Bangsa Indonesi, mau tidak mau harus berupaya menunjukkan komitmennya terhadap kepentingan masyarakat sejagat. Masalah-masalah yang menjadi wacana dalam percaturan global, seperti krisis ekologi, perubahan iklim, ancaman terorisme, dan sebagainya kian menuntut setiap warga lingkungan budaya, tak terkecuali masyarakat Sunda, untuk memberikan kontribusinya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan seperti itu. Dengan demikian, keberadaan dan kelangsungan budaya Sunda semakin ditentukan seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan lingkungan budaya tersebut terhadap kepentingan masyarakat sejagat.

Di sinilah letaknya signifikansi upaya-upaya untuk menggali berbagai kearifan lokal, tak terkecuali di lingkungan budaya Sunda. Nilai-nilai budaya Sunda perlu dan penting digali bukan sekadar untuk menegaskan jati diri, melainkan terutama untuk memastikan relevansinya dengan kepentingan masyarakat kontemporer. Dengan berpijak pada khazanah kearifan lokal sendiri, kita berupaya turut menyiasati dan mengatasi berbagai masalah yang melanda umat manusia di dunia.

Kepemimpinan kultural

Upaya-upaya seperti itu memerlukan kepemimpinan dalam arti seluas-luasnya. Kepemimpinan yang dimaksud mencakup komitmen, kapabilitas, dan integritas untuk merumuskan dan merealisasikan visi dan misi sedemikian rupa sehingga dapat menjadi inspirator bagi setiap tindakan kreatif di berbagai sektor. Kepemimpinan orang Sunda antara lain dapat termanifestasikan dalam tindak-tanduk inohong-nya, sepak terjang organisasinya, dan inisiatif-inisiatifnya dalam berbagai bidang kepentingan publik.

Memang, sudah sering timbul pembicaraan mengenai kecilnya andil orang Sunda dalam kepemimpinan nasional dewasa ini. Meskipun rujukan faktual dari masalah itu tidak dapat dimungkiri, tetapi kita juga perlu mengingat, kepemimpinan di bidang politik bukan satu-satunya kepemimpinan yang penting diperhatikan. Tanpa mengabaikan pentingnya bidang politik formal, kita juga dapat melihat banyaknya sektor kegiatan kolektif yang memberikan peluang cukup lapang bagi orang Sunda untuk turut memberikan andil kepemimpinannya.

Yang perlu ditekankan dalam hal ini, lagi-lagi, adalah agenda untuk mendorong sumber daya manusia dari lingkungan budaya Sunda agar meningkatkan kinerjanya di sektor masing-masing. Peningkatan kinerja orang Sunda kiranya akan dengan sendirinya turut membuka peluang bagi nilai-nilai budaya Sunda itu sendiri untuk memastikan relevansinya dengan berbagai bidang kehidupan.

Demikianlah, sekelumit gagasan yang mudah-mudahan dapat kiranya turut memperkaya pertukaran pikiran yang diperlukan untuk memelihara, memperbaharui, dan mengembangkan kebudayaan Sunda. Mari kita songsong masa depan dengan berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal kita sendiri.***

*Penulis, Sekjen PB Paguyuban Pasundan.

Sumber : Opini Koran Pikiran Rakyat Edisi 09 Juli 2010
Sumber gambar share facebooker

Tulisan Lainnya Tentang Sunda

30 Komentar

  1. Dangstars berkata:

    Sok atuh urang sunda teh bangkit..

  2. Mardi berkata:

    Hebat, kita memang harus tegas!

  3. Alrisblog berkata:

    Mari dukung melestarikan budaya lokal, sebagai cikal budaya nasional.
    http://PakOsu.wordpress.com/

  4. Akhid berkata:

    Wah, itu fotonya ngeri. Menurutku tidak baik membuat sepanduk dengan bahasa yang mengandung kekerasan. Bukankah orang Sunda itu bahasanya sangat halus?

Tinggalkan Komentar