Jejak Intel Swadaya

ORANG Kejaksaan Agung mengenal Sjahril Djohan sebagai teman Marzuki Darusman. Belakangan orang tahu, Sjahril adalah tenaga ahli bidang intelijen dan hubungan luar negeri Jaksa Agung era Presiden Abdurrahman Wahid itu. Tak ada pelantikan, apalagi upacara pengenalan seperti lazimnya pejabat baru. Tiba-tiba saja Sjahril sering berada di ruang kerja atau selasar dekat kantor Marzuki.

Resminya, Sjahril berada di Kejaksaan Agung selama Marzuki Darusman memimpin lembaga penuntut itu pada Oktober 1999 hingga Juni 2001. Namun surat pengangkatan Sjahril sebagai staf ahli baru dikeluarkan pada April 2000. Dalam surat itu disebutkan, Sjahril diangkat untuk ”memberikan masukan sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang dihadapi”.

Tugasnya menjalankan ”pekerjaan nonstruktural atau tugas teknis atau nonteknis, untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan kebutuhan, dan melaporkannya secara langsung kepada Jaksa Agung”. Surat pengangkatannya diteken Marzuki Darusman.

R. Jogie Suhandoyo, juru bicara Kejaksaan Agung era Marzuki, menyatakan bahwa Sjahril direkrut karena punya pengalaman menjadi diplomat. Jaringan internasionalnya pun luas. ”Kalau saya yang pergi ke luar negeri kan nunak-nunuk (lamban),” katanya, Kamis pekan lalu. Jaringan internasional Sjahril dijadikan dasar pengangkatan, karena ketika itu Kejaksaan Agung sedang hangat-hangatnya mengejar pengemplang dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia yang lari ke luar negeri. Pada Februari 1999, Sjahril lebih dulu menerima penugasan dari Feisal Tanjung, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan kabinet B.J. Habibie. Melalui surat itu, Menteri Feisal memberi tugas pada Sjahril Djohan untuk menyelidiki Hendra Rahardja di Australia.

Ada tiga tugas pokok yang harus dilakukan: menghubungi otoritas Australia, mencari keterangan Hendra Rahardja, dan memberikan laporan ke pada pemberi tugas. Dalam tugas negara itu, anehnya, biaya perjalanan dibebankan kepada Sjahril Djohan sendiri. Hendra Rahardja dituduh mengemplang duit Bantuan Likuiditas Bank Indonesia Rp 2,659 triliun. Itu merupakan akumulasi utang Bank Harapan Santosa miliknya pada 1992 hingga 1997. Ketika Indonesia terhantam badai krisis politik dan ekonomi pada 1998, Hendra kabur ke Australia. Ia menjadi buron Interpol dan tertangkap polisi federal Australia pada Juni 1999.

Aset Hendra berserak di Australia dan Hong Kong. Marzuki Darusman menugasi Sjahril Djohan mengurus Hendra Rahardja. Tujuannya agar Hendra bisa diadili di Indonesia. Hendra dikenai hukuman penjara seumur hidup oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Maret 2002 dalam pengadilan in absentia. Pada Januari 2003 Hendra meninggal di Negeri Kanguru itu. Sjahril juga pernah mendapat tugas dari Marzuki untuk membongkar korupsi Bank Indover yang melibatkan sejumlah pejabat. Indover berbadan hukum Belanda tapi sahamnya dimiliki Bank Indonesia.

Kejaksaan menyidik dugaan korupsi dari adanya transfer uang US$ 1 miliar dan menetapkan Kepala Bank Indover di Amsterdam, Sidharta S.P. Soerjadi, dan pemimpin perwakilan Bank Indover di Hong Kong, Permadi Gandapradja, sebagai tersangka. Peran Sjahril dalam dua tugas tadi dicibir sebagianpegawai kejaksaan. ”Apa hasil kerjaan dia? Tidak ada kan?” kata seorang pensiunan pejabat kejaksaan. Dua tahun lalu, pengadilan Belanda bahkan menutup Indover karena gagal membayar utang yang jatuh tempo.

Bekas Direktur Penindakan Kejaksaan Agung Chairul Umam mengatakan Sjahril tipe orang yang hangat dan supel. Sebagai direktur penindakan, dia beberapa kali bercakapcakap dengan Sjahril. Tapi tidak pernah bekerja bareng untuk mengerjakan tugas Jaksa Agung. Suatu saat Sjahril mendatangi ruang Chairul untuk dikenalkan dengan pengacara—tak disebutkan namanya. Ia meminta Chairul berhubungan dengan pengacara itu jika ada perkara. ”Saya bilang enggak, ah,” kata Chairul, Jumat pekan lalu. Sumber Tempo lain mengatakan Sjahril juga suka mengatur jabatan di Kejaksaan Agung.

Dia pernah menahan surat pengangkatan seorang kepala kejaksaan tinggi yang sudah ditandatangani Jaksa Agung. Surat itu ditahan karena sang pejabat yang hendak dipromosikan menolak menghadap Sjahril. Belakangan, setelah sempat bersitegang, pejabat kejaksaan itu dilantik juga walau waktunya mundur. Marzuki Darusman mengatakan, Sjahril tidak seburuk yang dituduhkan orang. Menurut dia, Sjahril sangat membantu pekerjaannya dengan latar belakang intelijen dan jaringan internasionalnya. Pengacara Hotma Sitompoel menyatakan Sjahril berjasa mengembalikan uang Hendra Rahardja dari Australia.

14 Komentar

  1. andry sianipar berkata:

    Hello-
    salam kenal-
    salam hangat dari Pulau bali-

    wah,, ternyata memang penuh intrik ya ???

    ———————-
    Kopral Cepot : Salam kenal too 😉 ……. Intrik = Indonesia penuh trik

  2. ririnpalada berkata:

    Kopral Cepot … inteligen kita ternyata begitu yah.

    Wah sharing yang bagus …

  3. hakim berkata:

    mudah mudahan cepet terbongkar siapa yang salah dan siapa yang bener

    salam kenal kang cepot

  4. darahbiroe berkata:

    wah pak kopral harus menyusul ke australia nuy hahhaha
    biar clear smua
    😀

  5. Siti Fatimah Ahmad berkata:

    Assalaamu’alaikum Kang KC

    Maaf baru berkunjung lagi. Saya berhasrat dalam kunjungan ini untuk menghadiahkan Kang KC AWARD KARTINI (sempena Hari Kartini) sebagai menghargai komitmen Kang KC dalam perkongsian ilmu yang hebat tentang sejarah dan peradabannya.

    saya mengkagumi komitmen yang Kang KC lakukan untuk menyadari khalayak tentang pentingnya mengetahui sejarah masa silam bagi membangunkan semangat jati diri bangsa. Semoga Kang KC sudi menitipkan Award Kartini itu di sini

    http://websitifatimah.wordpress.com/2010/04/21/21-april-2010-200000-ucapan-selamat-hari-kartini-untukmu

    Salam mesra dari saya di Sarawak, MALAYSIA.

  6. City Hotels berkata:

    city hotels, important site to guide your satifaction night

  7. delia4ever berkata:

    ckkckkkckc… semakin membingungkan ku..:)

    thanks kopral infonya.. 🙂

  8. Ruang Hati Blog berkata:

    mantaf nih ulasannya Kopral, salam hangat selalu di akhir pekan

  9. ABDUL AZIZ berkata:

    Assalamu’alaikum,

    Kumaha damang Kang ? Baru bisa mampir lagi, banyak kesibukan yang tak bisa ditunda. Akhirnya banyak ketinggalan dalam mengikuti sejarah.

    Mungkin sebelumnya banyak orang yang tidak kenal SJ, kalah sama adiknya si Teluk Bayur itu. Tahun 60-an saya sudah kenal dia.

    Terima kasih atas infonya yang menarik ini.
    Berkat Kang Cepot saya jadi banyak mengenal sejarah.

    Salam ti Cianjur.

    —————
    Kopral Cepot : Hatur tararengkyu kasumpingana… punten pribados atah anjang 😉

  10. Bang Iwan berkata:

    Lengkap banget ulasannya Kopral
    Sory baru sempat mampir

  11. sedjatee berkata:

    wow… ada juga tuh yak, intelijen swadaya..
    hehehe… salam sukses bung cepot..

    sedj

  12. Rindu berkata:

    ketika korupsi terstruktur …

  13. andipeace berkata:

    intelejen swadayah… 😦 baru pertama kali saya mengetahuinya pak dan disini jadi semakin tau 😀 matur nuwun

    salam sukses selalu

  14. reltillisee berkata:

    Just want to say what a great blog you got here!
    I’ve been around for quite a lot of time, but finally decided to show my appreciation of your work!

    Thumbs up, and keep it going!

    Cheers
    Christian, iwspo.net

Tinggalkan Komentar