Ulama tidak memerhatikan pergumulan perebutan kursi eksekutif dengan kementeriannya, dan legislatif dengan BP KNIP serta Kementerian Keamanan Rakjat seperti yang diperankan oleh pimpinan Sosialis dan Komunis yang pernah kerjasama dengan Sekoetoe atau penjajah Belanda. Masalah pemerintahan atau eksekutif, para Ulama menyerahkan kepercayaannya mutlak kepada Dwi Tunggal Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Berangkat dari pengalaman kelembagaan Pesantren yang lama dipimpinnya, Ulama hanya memiliki makna lawannya adalah imperialis Barat, yakni Keradjaan Protestan Belanda dan pemerintah kolonial Belanda. Ulama tidak terlatih mengembangkan sikap untuk berprasangka pada lawannya dari pimpinan partai politik bangsa sendiri dari kelompok Sosialis dan Komunis.
Oleh karena itu, fokus perhatiannya dalam mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 hanya dengan angkat senjata dalam organisasi kesenjataan, baik dalam Lasjkar Hizboellah, Sabilillah bersama BKR, TKR, TRI dan TNI, selama Perang Kemerdekaan 1364-1369 H/1945-1950 M, melawan Tentara Sekoetoe Inggris dan NICA.
Dengan adanya pendaratan Tentara Sekoetoe dan NICA di Jakarta, Semarang dan Surabaya, serta Sumatra, 29 September 1945, sedangkan pemerintah Republik Indonesia tidak melakukan perlawanan yang nyata terhadap tindakan NICA dan Balatentara Djepang maka Rapat Besar Wakil2 Daerah (Konsoel 2) Perhimpoenan Nahdlatoel Oelama seluruh Jawa dan Madura, 21-22 Oktober 1945, Ahad Legi-Senin Pahing, 14-15 Dzulqaidah 1364 mengajukan Resoloesi Djihad,33 pada pemerintah Republik Indonesia:
memohon dengan sangat kepada Pemerintah Repoeblik Indonesia, soepaja menentoekan soeatoe sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap tiap2 oesaha jang akan membahajakan kemerdekaan Agama dan negara Indonesia, teroetama terhadap fihak Belanda dan kaki-tangannja.
soepaja memerintahkan melandjoetkan perdjoeangan bersifat “sabiloellah” oentoek tegaknja Negara Repoeblik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
Resoloesi Djihad di atas, pada saat terbentuknya Partai Islam Indonesia Masjoemi, di Jogyakarta 7 November 1945, Rabu Pon, 1 Dzulhijjah 1364, menjadi Resoloesi Djihad dari Moe’tamar Oemmat Islam Indonesia. Antara lain:
Bahwa tiap2 bentoek pendjadjahan adalah soeatoe kezaliman jang melanggar perikemanoesiaan dan njata2 diharamkan oleh Agama Islam, maka 60 Miljoen Kaoem Moeslimin Indonesia Siap Berdjihad Fi Sabilillah. Perang Di djalan Allah Oentoek Menentang Tiap-tiap Pendjadjahan.
Memperkoeat pertahanan Negara Indonesia dengan berbagai oesaha, maka disoesoenlah soeatoe barisan jang diberi nama: Barisan Sabilillah, dibawah pengawasan Masjoemi. Barisan ini adalah menjadi Barisan Istimewa dari Tentara Keamanan Rakjat – T. K. R.
Keputusan Moe’tamar Oemmat Islam Indonesia di bidang organisasi kesenjataan di kalangan Ulama dengan nama Barisan Sabilillah di atas, 7 November 1945, Rabu Pon, 1 Dzulhijjah 1364 sebagai kelanjutan dari telah terbentuknya 68 Batalyon Tentara Pembela Tanah Air – Peta, 3 Oktober 1943, dan 400.000 Barisan Hizboellah – Tentara Allah, September 1943, pada masa Pendudukan Balatentara Djepang 1942-1945 M.
Nugroho Notosusanto menjelaskan bahwa Kapten Yanagama selama dua bulan melatih 50.000 Kaikyo Seinen Teisintai atau Hizboellah – Tentara Allah sebagai pembantu Tentara Pembela Tanah Air – Peta. Keduanya, Tentara Pembela Tanah Air – Peta dan Hizboellah – Tentara Allah, serta Barisan Sabilillah sesudah Proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi pendukung utama terbentuknya Tentara Keamanan Rakjat, 5 Oktober 1945, Djoemat Kliwon, 29 Sjawwal 1364.
*Dikutip dari buku “API SEJARAH 2” , Buku yang akan Menuntaskan Kepenasaran Anda akan Kebenaran Sejarah Indonesia, Ahmad Mansur Suryanegara, Salamadani Pustaka Semesta , Cetakan II, Agustus 2010/Ramadhan 1431 H. Halaman 201-202
Catatan tambahan : Naskah Resoloesi Djihad
Resolusi Jihad-1
Resoloesi N.U. Tentang Djihad fi Sabilillah
Bismillahirrochmanir Rochim
Resoloesi:
Rapat besar wakil-wakil Daerah (Konsul 2) Perhimpoenan Nahdlatoel Oelama seluruh Djawa-Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaja.
Mendengar:
Bahwa di tiap2 Daerah di seluruh Djawa-Madura ternyata betapa besarnya hasrat Ummat Islam dan Alim Oelama di tempatnya masing 2 untuk mempertahankan dan menegakkan AGAMA, KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA.
Menimbang:
- bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum agama Islam, termasuk sebagai kewajiban bagi tiap 2 orang Islam.
- bahwa di Indonesia mi warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dan Umat Islam.
Mengingat:
- bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Djepang yang datang dan berada disini telah banyak sekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang mengganggu ketentraman umum.
- bahwa semua jang dilakukan oleh mereka itu dengan maksud melanggar Kedaulatan Negara Republik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah disini maka dibeberapa tempat telah terdjadi pertempuran jang mengorbankan beberapa banyak jiwa manusia.
- bahwa pertempuran 2 itu sebagian besar telah dilakukan oleh Ummat Islam jang merasa wajib menurut Agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanya.
- bahwa didalam menghadapi sekalian kedjadian 2 itu perlu mendapat perintah dan tuntunan jang njata dari Pemerintah Republik Indonesia jang sesuai dengan kedjadian 2 tersebut.
Memutuskan:
- memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaja menentukan suatu sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap usaha usaha jang akan membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia terutama terhadap fihak Belanda dan kaki—tangannya.
- supaja memerintahkan melandjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
Surabaja, 22-10-1945
- NAHDLATOEL OELAMA
****
Resolusi Djihad-II
NADLATOEL OELAMA
“R E S O E L U S I”
MOEKTAMAR NAHDLATOEL ‘OELAMA’ ke-XVI jadi diadakan di POERWOKERTO moelai malam hari Rebo 23 hingga malam Sabtoe Rb. ‘oetsani 1365, bertepatan dengan 26 hingga 29 Maret 1946.
Mendengar:
Keterangan2 tentang soesana genting jang melipoeti Indonesia sekarang, disebabkan datangja kembali kaoem pendjadjah, dengan dibantoe oleh kaki tanganja jang menjeloendoep ke dalam masjarakat Indonesia:
Mengingat:
- bahwa Indonesia adalah negeri Islam
- bahwa Oemmat Islam dimasa laloe telah tjoekoep menderita kedjahatan dan kezholiman kaoem pendjadjah;
Menimbang:
- bahwa mereka (Kaoem Pendjajah) telah mendjalankan kekedjaman, kedjahatan dan kezholiman dibeberpa daerah daripada Indonesia.
- bahwa mereka telah mendjalankan mobilisasi (Pengerahan tenaga peperangan) oemoem, goena memeperkosa kedaoelatan Repoeblik Indonesia;
Berpendapatan:
Bahwa oentoek menolak bahaja pendjadjahan itoe tidak moengkin dengan djalan pembitjaraan sadja;
- Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (yang harus dikerdjakan oleh tiap2 orang Islam, laki2, perempoean, anak2, bersendjata atau tidak (bagi orang jang berada dalam djarak lingkaran 94 Km. Dan tempat masoek kedoedoekan moesoeh).
- Bagi orang2 jadi berada diluar djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu fordloe kifayah (yang tjoekoep, kalau dikerdjakan sebagian sadja).
- Apa bisa kekoeatan dalam No. I beloem dapat mengalahkan moesoeh, maka orang2 jang berada diloar djarak lingkaran 94 Km. Wadjib berperang djoega membantoe No. 1, sehingga moesoeh kalah.
- Kaki tangan moesoeh adalah pemetjah kegoelatan teqad dan kehendak ra’jat, dan haroes dibinasakan menoeroet hoekoem Islam sabda Chadits, riwajat Moeslim.
Resoeloesi mi disampaikan kepada:
- J.M. Presiden Repoeblik Indonesia dengan perantaraan Delegasi
Moe’tamar. - Panglimatertinggi T.R.l.
- T. Hizboellah
- T. Sabilillah
- Ra’jat Oemoem
Menarik…melengkapi lagi data buku
“Motivasi Perang Sabil di Nusantara”
Kajian Kitab Ramalan Joyoboyo, Dalailul-Khairat, dan Hikayat Perang Sabil, MediaMadania, 2014. Salam kang Kopral 🙂
motivasi perang sabil di Nusantara, ada e-booknya kang?
oh gitu yah , ane baru tahu .makasih
makasih
Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain semoga tuhan mempercepat kebangkitan kaum Muslim, memulihkan kejayaan kaum Muslim, melindungi kaum Muslim dari kesesatan – terutama kemurtadan, memberi kaum Muslim tempat yang mulia diakhirat (khususnya Hadhratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari)– terutama mempertemukan kita di surga dengan Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassalaam, juga bertemu dengan keluarga besar beliau, serta bertemu dengan para sahabat beliau. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’udzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaana Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ajma’iin.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya semuanya.
Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin. Shalaatan tunjinaa bihaa min jamii’il-ahwaali wal aafaat. Wa taqdhii lanaa bihaa jamii’al-haajaat. Wa tuthahhiruna bihaa min jamii’is-sayyi-aat. Wa tarfa’unaa bihaa ‘indaka a’lad-darajaat. Wa tuballighuna bihaa aqshal-ghaayaati min jamii’ilkhairaati fil hayaati wa ba’dal mamaat.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan umatnya, shalawat yang dengannya kami selamat dari semua ketakutan dan bencana, dan Engkau sucikan kami dari semua kejahatan, Engkau angkat kami ke derajat yang tinggi di sisiMu, dan Engkau sampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dalam hidup maupun sesudah mati.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa nuuril anwaar. Wa sirril asraar. Wa tiryaqil-aghyaar. Wa miftaahil baabil yasaar. Sayyidinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-mukhtaari wa aalihil-ath-haari wa ash-haabihil akhyaar. ‘Adada ni’amillaahi wa afdhaalih.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkah atas cahaya di antara segala cahaya, rahasia di antara segala rahasia, penetral duka, dan pembuka pintu kemudahan, junjungan dan pemimpin kami Muhammad, manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karuniaNya.
Allaahumma shalli shalatan kaamilah. Wa sallim salaaman taamman ‘alaa Sayyyidina wa Maulaana Muhammadanil-ladzii tanhallu bihil-‘uqad. Wa tanfariju bihil-kuruub. Wa tuqdhaa bihil hawaa-iju wa tunaalu bihir-raghaa-ibu wa husnul-khawaatim. Wa yustasqal-ghamaamu biwajhihil-kariim. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi fii kulli lamhatin wa nafasin bi’adadi kulli ma’luumin laka.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan salaam yang sempurna pula, kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, yang dengan beliau itu Engkau lenyapkan kesusahan, Engkau tunaikan segala kebutuhan, dan diperoleh segala keinginan dan akhir hidup yang baik, serta diberi minum dari awan berkat wajahMu yang mulia. Juga kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dalam setiap kejapan mata dan tarikan nafas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.
Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidina wa Maulaana Muhammadinil-habiibil-mahbuub. Syaafil ‘ilali wa mufarrijil-kuruub. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi wa baarik wa sallim.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, kekasih dan yang dikasihi, (dengan izin Allah) penyembuh penyakit dan pelepas kesusahan, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil-awwaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil-aakhirin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fin-nabiyyiin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil-mursaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil mala-il a’laa ilaa yaumid-diin. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang terdahulu. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang kemudian. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para nabi. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para rasul. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para arwah hingga hari kemudian, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidina wa Maulaana Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ‘adada in’aamillaahi wa ifdhaalih.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya sebanyak jumlah nikmat Allah dan karuniaNya.
Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu keselamatan dalam agama, dunia, akhirat, kesejahteraan/kesehatan jasmani, bertambah ilmu pengetahuan, rezeki yang berkat, diterima taubat sebelum mati, dapat rahmat ketika mati dan dapat ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami pada waktu sekarat dan selamatkanlah kami dari api neraka serta kami mohon kemaafan ketika dihisab.
Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu akhir yang baik dan berlindung dari akhir yang buruk.
Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
Ya Allaah, sesungguhnya kami mohon keridhaan-Mu dan sorga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.
Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.
Yaa Allaah, jauhkanlah bencana, wabah, kekejian, kekerasan dan cobaan – yang terlihat maupun tersamar – dari negeri kami khususnya dan dari dunia Muslim umumnya.
Allaahumma ahlkil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.
Yaa Allaah, hancurkalah musuhmu, musuh agamamu, yaitu orang kafir, bid’ah dan musyrik.
Allaahumma syatttit syamlahum wa faariq jam-‘ahum, wazalzil aqdaamahum.
Yaa Allaah, cerai beraikanlah persatuan mereka, goyahkanlah keyakinan mereka.
Allaahumma adkhilnii mudkhala shidqiw wa-akhrijnii mukhraja shidqiw waj-‘al lii milladunka sulthaanan nashiiraa.
Yaa Allaah, masukkanlah kami melalui jalan yang benar, keluarkanlah kami melalui jalan yang benar, dan berilah aku kekuasaan yang menolong.
——(doa khusus untuk khususnya Hadhratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari, semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada beliau).
ALLAAHUMMAGHFIRLAHU WARHAMHU WA’AAFIHI WA’FU ‘ANHU
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHU WA LAA TAFTINNAA BA’DAHU WAGHFIRLANAA WALAHU
———————
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanar ra-uufirrahiim
Laa ilaaha illallah, subhaanal ghafuurirrahim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal kariimil hakiim
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci raja yang maha suci
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha bijaksana
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mahya pengasih lagi maha penyayang
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha penyayang
Tiada tyuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha bijaksana
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil wafiyy
Laa ilaaha illallaah, subhaanal lathiifil khabiir
Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ma’buud
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuuril waduud
Laa ilaaha illallaah, subhaanal wakiilil kafiil
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuat lagi maha memenuhi
Tiada tuhan selain Allaah, yang maha halus lagi maha mengetahui
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi yang disembah
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha pencinta
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penolong lagi maha pelindung
Laa ilaaha illallaah, subhaanar raqiibil hafiizh
Laa ilaaha illallaah, subhaanad daa-imil qaa-im
Laa ilaaha illallaah, subhaanal muhyil mumiit
Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil qayyuum
Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaaliqil baari’
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengawasi lagi maha memelihara
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi mengurus ciptaannya
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menghidupkan lagi mematikan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus ciptaannya
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi menjadikan
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliyyil ‘azhiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil ahad
Laa ilaaha illallaah, subhaanal mu’minil muhaimin
Laa ilaaha illallaah, subhaanal habiibisy syahiid
Laa ilaaha illallaah, subhaanal haliimil kariim
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi lagi maha besar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi tunggal
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memberi keamanan lagi maha memelihara
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhanyang maha mencintai lagi maha menyaksikan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyantun lagi maha mulia
Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil qadiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil aakhir
Laa ilaaha illallaah, subhaanazh zhaahiril baathin
Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril muta-‘aal
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadhil haajat
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang pertama lagi terdahulu
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang awal dan yang akhir
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang nyata lagi yang rahasia
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha tinggi
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memenuhi semua keperluan
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘arsyil ‘azhim
Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanir rahiim
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbiyal a’laa
Laa ilaaha illallaah, subhaanal burhaanis sulthaan
Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il bashiir
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menguasai ‘singgasana yang besar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pemurah lagi maha penyayang
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki bukti kekuasaan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang aha mendengar lagi maha melihat
Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil qahhaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil hakiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ghaffaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanar ramaanid dayaan
Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril akbar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi maha mengalahkan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha bijaksana
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha pengampun
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha besar
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil ‘allaam
Laa ilaaha illallaah, subhaanasy syaafil kaafi
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil baaqii
Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ahad
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ardhi was samaawaati
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha memeriksa
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menyembuhkan lagi mencukupi
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha kekal
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi esa
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuurisy syakuur
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil ‘aliim
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil mulki wal alakuut
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ‘izzati wal ‘azhamah
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil haibati wal qudrah
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha membalas
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha mengetahui
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kerajaan bumi dan langit
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai keagungan dan kebesaran
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempnyai pengaruh dan kekuasaan
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil kibriyaa-i wal jabaruut
Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘azhiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aalimil ghaiib
Laa ilaaha illallaah, subhaanal hamidil majiid
Laa ilaaha illallaah, subhaanal hakiimil qadiim
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kebesaran dan kekuasaan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha besar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menegtahui hal ghaib
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha terpuji lagi maha mulia
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan ang maha bijaksana lagi maha terdahulu
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadiris sattaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il ‘aliim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil ‘azhiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamis salaam
Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikin nashiir
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuasa lagi maha mnutupi kesalahan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lgi maha mengeahui
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha besar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahi lagi maha damai
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha raja lagi maha penolong
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyir rahmaan
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qariibil hasanaat
Laa ilaaha illallaah, subhaana waliyyil hasanaat
Laa ilaaha illallaah, subhaanash shabuuris sattaar
Laa ilaaha illallaah, subhaana khaaliqin nuur
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha pengasih
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha dekat kebaikannya
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha menguasai kebaikan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha penyabar lagi menutupi kesalahan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan menciptakan cahaya
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil mu’jiz
Laa ilaaha illallaah, subhaanal faadhilisy syakuur
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil qadim
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil jalaalil mubiin
Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaalishil mukhlish
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha mengalahkan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha utama lagi maha berterima kasih
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha terdahulu
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya keluhuran lagi maha menjelaskan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha murni lagi memurnikan
Laa ilaaha illallaah, subhaanash shaadiqil wa’di
Laa ilaaha illallaah, subhaanal haqqil mubiin
Laa ilaaha illallaah, subhaanal haqqil mubiin
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil quwwatil matiin
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil ‘aziiz
Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil ladzii laa yamuut
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang benar janjinya
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhanyang mha benar lagi maha menjelaskan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya kekuatan lagi maha kokoh.
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha hidup lagi tidak mati
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamil ghuyuub
Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘uuyuub
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘aalamiin
Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanis sattaar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui yang ghaib
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan maha menutupi semua cacat
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki ampunan lagi dimintai pertolongan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan semesta alam
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha menutupi
Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahiimil ghaffaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil wahhaab
Laa ilaaha illallaah, subhaana qaadiril muqtadir
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ghufraanil haliim
Laa ilaaha illallaah, subhaana malikil mulk
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyayang lagi maha pengampun
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha pemurah
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yangmaha kuasa lagi maha memberi kekuasaan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki semua kerajaan
Laa ilaaha illallaah, subhaanal baari-il mushawwir
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanallaahi ‘amma yashifun
Laa ilaaha illallaah, subhaanal jabbaaril mutakabbir
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qudduusis shubbuuh
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi memberi bentuk
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha perkasa
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha membangga
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dari apa yang dianggap oleh orang kafir
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dalam sosok dan sifat
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil malaa-ikati war ruuh
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil aalaa-I wanna’maa-i
Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikil maqshuud
Laa ilaaha illallaah, subhaana hannaanil mannaan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan para malaikat dan ruh
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan pemilik tanda-tanda tinggi dan nikmat
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan raja yang menjadi tujuan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih dan pemberi
Laa ilaaha illallaah, sayyidina aadamu ‘alaihis salaam shafiyyullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina nuuhun ‘alaihis salaam najiyyulaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina ibraahiimu ‘alaihis salaam khaliilullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina ismaa-‘iilu ‘alaihis salaam dzabiihullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina muusaa ‘alaihis salaam kaliimullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam khaliifatullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam ruuhullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana muhammadur rasuulullaah shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was salaam
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Aadam AS pilihan Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Nuuh AS diselamatkan Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ibraahiim AS teman dekat Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ismaa-‘iil AS yang disembelih Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Muusaa AS yang diajak bicara oleh Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Daawuudu AS salaam khalifah Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina ‘Iisaa AS ruh Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was salaam utusan Allaah
Allaahummarhamnaa bibarakati tauraati sayyidina muusaa ‘alaihis salaam wa injiili sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam wa zabuuri sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam wa furqaani sayyidina wa nabiyyina wa maulaana muhammad shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was salaam, birahmatika yaa arhamar raahimiin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.
Ya Allaah, kasihilah kami dengan berkah Taurat Sayyidina Muusaa AS, Injil Sayyidina ‘Iisaa AS, Zabuur Sayyidina Daawuud AS dan al-Furqaan / al-Qur-an sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallaam utusan Allaah, dengan kasihmu, yang maha penyayang. Dan segala puji bagi Allaah, tuhan semesta.
Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassalaam.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan kaum Muslim. Pulihkanlah kejayaan kaum Muslim, Lindungilah kaum Muslim dari kesesatan terutama kemurtadan. Berilah kaum Muslim tempat mulia di akhirat.
Ya Allaah, jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim tetap dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Jadikanlah dunia non Muslim dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah musuh Islam ditaklukan orang Islam.
Ya Allaah, terimalah amal saleh, ampunilah amal salah, berilah tempat yang mulia di akhirat bagi para pahlawan – baik Muslim maupun anti imperialis Barat.
Ya Allaah, terimalah amal saleh, ampunilah amal salah, berilah tempat yang mulia di akhirat bagi para korban imperialis Barat maupun kaum Muslim yang tewas akibat aksi non Muslim.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
RABBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHAIRUL WAARITSIN.
Ya Allah janganlah engkau tinggalkan aku seorang diri dan engkau sebaik2nya dzat yang mewarisi.
ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.
Ya Allah bukakanlah bagiku hikmah-Mu dan limpahkanlah padaku keberkahan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang
RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.
Ya Rabb, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.
Ya Allaah, dengan hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy, Asmaa’ul Husna, dan shalawat, salam dan berkah semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassalaam, kami mohon segala hal yang terbaik, segala hal yang terindah bagi semesta – khususnya kami, keluarga kami dan seluruh kaum Muslim.
Yaa Allaah, dengan segala hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy, Asmaa’ul Husna, dan shalawat, salam, berkah semoga selalu tercurah kepada Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was salaam, kabulkanlah yaa Allaah segala doaku – yang lisan maupun tulisan.
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksaan neraka serta masukanlah kami ke surga bersama orang-orang baik.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidina wa nabiyyina wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassalaam.
Tuhan kami, perkenankanlah do’a-do’a kami, karena sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Shalawat, salam dan berkah semoga dilimpahkan kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad s.a.w, atas keluarganya, sahabatnya dan umatnya semuanya.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘alamiin.
Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Indra Ganie – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten
DIANTARA PENINGGALAN BERMUTU
DI KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM MALUKU
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy As-Seramiy Al-Mulkiy Ayyadahulloh wa Saddadahu.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين القائل: (فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ)، والصلاة والسلام على سيد الأنبياء والمرسلين
أما بعد:
Sesungguhnya peninggalan-peninggalan dari nenek moyang umat Islam di Maluku sangatlah banyak, dan diantara peninggalan yang paling bernilai tinggi dan paling berharga adalah Mushhaf Al-Qur’an dengan tulisan tangan.
KISAH PENULIS TERHANDAL
DARI KERAJAAN ISLAM HUAMUAL
Semasa kami masih kecil, kami mendapati saudara-saudara kakek kami yang masih hidup ketika itu, mereka berkemampuan menulis Arob dengan bagus dan rapi, bahkan mereka menulis bahasa Melayu dengan huruf-huruf Arob, khoth (goresan atau tulisan pena) mereka sangat rapi, indah dan bagus, dan ini terus menerus ada dari generasi ke generasi, bahkan kami dapati pula pada tulisan tangan bapak kami Abu Harmin Salim ‘Afanallohu Waiyyah sangatlah bagus dan rapi.
Karya dan bakat seperti itu bukanlah sesuatu yang baru di dalam dunia Islam Maluku, terkhusus di Huamual (Seram Bagian Barat) namun dia sudah terwariskan dari generasi ke generasi.
Kalau dahulu di masa kerajaan Islam Huamual pada tahun 1694 Masehi sudah dikenal ada para penulis terbaik, diantara mereka adalah seorang penulis dan penerjemah Al-Qur’an yang bernama Batu Langkai Rohmatullohi ‘Alaih, yang bergelar dengan Imam Tomalehu, beliau berasal dari Kerajaan Huamual (Seram Bagian Barat), beliau yang menulis Mushhaf Al-Qur’an 30 Juz, beliau menulisnya ketika di Pulau Manipa.
Pulau Manipa ketika itu termasuk dari wilayah kekuasaan Kerajaan Huamual, pulau ini terlihat dari perkampungan Limboro dan sekitarnya, di Pulau Manipa inilah Imam Tomalehu Rohimahulloh menulis Mushhaf Al-Qur’an, dan pada Mushhaf Al-Qur’an yang beliau tuliskan ini tercatat pada tahun 1694 Masehi.
Pada beberapa halaman dari Mushhaf Al-Qur’an tersebut tertuliskan terjemahannya dalam bahasa Melayu dengan berhuruf Arob dan sejumlah catatan lainnya dalam bahasa Belanda.
Kita bisa menilai bahwa nenek moyang umat Islam yang hidup di lingkungan yang terdiri dari berbagai macam latar belakang manusia, membawa mereka mampu menguasai berbagai macam bahasa, kita bisa melihat kepada Imam Tomalehu Rohimahulloh ini, beliau memahami Al-Qur’an, menulisnya hingga menuliskan terjemahannya pula pada beberapa halaman dengan bahasa Melayu dan bahasa Belanda, ini menunjukan kecerdasan beliau Rohimahulloh yang kita kagumi.
Dengan keberadaan beliau Rohimahulloh ini mengingatkan kita dengan kisah putra paman Khodijah Rodhiyallohu ‘Anhuma yang bernama Waroqah bin Naufal bin Asad bin Abdil ‘Uzza, yang disebutkan di dalam “Shohihul Bukhoriy” dan “Shohih Muslim” dari hadits Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha, ia berkata tentang awal mula diangkatnya Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam sebagai seorang nabi dan beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam sempat merasakan sesuatu yang mengkhawatirkan dirinya, Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha mengisahkan:
فانطلق به خديجة حتى أتت به ورقة بن نوفل بن أسد بن عبد العزى، ابن عم خديجة، وكان امرأ تنصر في الجاهلية، وكان يكتب الكتاب العبراني، فيكتب من الإنجيل بالعبرانية ما شاء الله أن يكتب، وكان شيخا كبيرا قد عمي
“Maka Khodijah pergi membawa beliau (Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam) hingga sampai kepada Waroqah bin Naufal bin Asad bin Abdil Uzza, putra pamannya Khodijah, dahulu beliau beragama Nashoro (agama yang dibawa oleh Isa ‘Alaihissalam) pada zaman Jahiliyyah, dan beliau menulis Al-Kitab Al-Ibroniy, menulis dari Injil ke bahasa Ibroniy, masya Alloh beliau menulis, keberadaannya ketika itu adalah syaikh yang sudah tua, sudah buta”.
Dengan kisah tersebut menunjukan bahwa masalah menterjemahkan ternyata sudah ada dari zaman kenabian, dan Imam Tomalehu Rohimahulloh hanyalah penerus dan pengikut terhadap metode salaf (para pendahulu) Ridhwanullohi ‘Alaihim.
Pihak Departemen Agama RI telah melakukan tinjauan atau penelitian tentang keberadaan Mushhaf Manipa yang ditulis oleh Imam Tomalehu Rohimahulloh tersebut, mereka menerangkan bahwa mushhaf tersebut masih dalam keadaan baik dan lengkap, bahwa setiap halaman terdiri dari 16 baris, iluminasi awal mushhaf memperlihatkan citarasa Eropa sangat kuat bergaya Rococo, namun corak tersebut berbeda dengan bagian-bagian akhir mushhaf yang lebih bergaya kerajaan Huamual.
Dan kami sangat menyayangkan Mushhaf Manipa yang ditulis oleh Imam Tomalehu Rohimahulloh tersebut tidak didapati di negara kita Indonesia, namun dia tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden di Kerajaan Belanda.
Sesungguhnya orang-orang kafir Belanda yang datang memerangi kerajaan-kerajaan Islam di Maluku, mereka sudah mengetahui bahwa Islam adalah agama yang lurus dan benar serta tidak ada perubahan padanya, namun karena mereka menginginkan kekuasaan dan kedudukan di muka bumi mereka pun enggan untuk mengikuti kebenaran, dan sombong dari menerima dan memeluk agama Islam.
Apa yang dilakukan oleh para penjajah Belanda seperti itu memiliki kemiripan dengan Raja Hiraklius, pemimpin tertinggi di negara Romawi, ketika muncul nabi akhir zaman di Jaziroh Arobiyyah, dia sudah mengetahui, dan dia berkeinginan untuk mengikutinya, namun karena kecintaannya kepada jabatan dan kedudukan serta hiasan-hiasan dunia, dia pun memilih untuk memusuhi apa yang diserukan oleh Nabi akhir zaman Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, mengerahkan seluruh kekuataan dan kekuasaannya untuk memerangi para pengikut setia Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, bersamaan dengan itu, dia tetap memelihara dan menjaga lembaran surat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang dikirimkan kepadanya supaya dia masuk Islam, dan surat tersebut dia muliakan dan disimpan di tempat penyimpanan yang istimewa dan terus diwariskan kepada anak cucunya yang menjadi penggantinya ketika itu.
Adapun isi surat Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang dikirimkan kepada raja Hiraklius adalah:
بسم الله الرحمن الرحيم، من محمد عبد الله ورسوله إلى هرقل عظيم الروم، سلام على من اتبع الهدى، أما بعد، فإني أدعوك بدعاية الإسلام، أسلم تسلم، يؤتك الله أجرك مرتين، فإن توليت، فإن عليك إثم الأريسين، و(قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ)
“Dengan nama Alloh yang Ar-Rohman lagi Ar-Rohim, dari Muhammad utusan Alloh dan hamba-Nya kepada Hiraklius pembesar Romawi, keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk, kemudian dari pada itu, maka sesungguhnya aku menyerumu dengan seruan Islam, berislamlah maka kamu akan selamat, Alloh akan memberikan kepadamu dua pahala, jika kamu berpaling maka sesungguhnya bagimu dosa para bawahan: “Wahai Ahlul Kitab kemarilah kalian kepada suatu kalimat yang sama diantara kami dan kalian untuk kita tidak menyembah kecuali Alloh dan kita tidak menyekutukan dengan-Nya sesuatu apapun dan sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tandingan-tandingan dari selain Alloh, jika mereka berpaling, maka katakanlah: Saksikanlah kalian bahwasanya kami adalah orang-orang muslim”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari Abdulloh bin Abbas dari Abu Sufyan bin Harb.
Demikian isi surat Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang disimpan oleh Raja Hiraklius dan diwariskan kepada anak cucunya yang menjadi penggantinya sebagai Raja Romawi ketika itu, peninggalan berharga ini dijaga sebagaimana kaum kafir penjajah Belanda menjaga Mushhaf Manipa.
Kita bisa menilai bahwa kemungkinan besar Imam Tomalehu Rohimahulloh termasuk seorang mujahid semisal dengan Imam Bonjol Rohimahulloh, karena para penjajah Belanda bila mereka berhasil menguasai suatu tempat maka mereka akan menawan para pembesar atau para ulama di tempat tersebut, kita bisa melihat kepada Imam Bonjol Rohimahulloh, beliau ditawan, dibawa ke Ambon, kemudian ke Manado hingga dikembalikan ke Bonjol.
Bila kita melihat kepada para penjajah Belanda maka kita akan mengetahui bahwa mereka pernah menawan para tawanan dan para tokoh-tokoh pribumi, yang ada di Pulau Manipa, mereka bawa ke atas kapal lalu mereka ikat dengan batu atau yang semisalnya, ketika mereka menuju ke pertahanan mereka di Ambon, sesampainya di tengah laut, antara Pulau Manipa dan Pulau Ambon mereka tenggelamkan ke lautan para tawanan tersebut.
Dan kita tidak mengetahui dengan keberadaan Imam Tomalehu Rohimahulloh, bisa jadi beliau dibawa kemana-mana sebagaimana ketika mereka membawa Imam Bonjol Rohimahulloh, dan kemungkinan pula dengan adanya tawanan seperti ini membuat Imam Tomalehu Rohimahulloh ketika sedang ditawan mampu menguasai bahasa Belanda, sehingga beliau menuliskan pada beberapa halaman dengan bahasa Belanda.
PENULIS MUSHHAF AL-QUR’AN
DARI KERAJAAN LEIHITU
Selain Mushhaf Manipa yang ditulis oleh Imam Tomalehu Rohimahulloh ada juga
Mushhaf Kaitetu yang berasal dari pemukiman Kaitetu, pemukiman ini termasuk dari wilayah kekuasaan dari Kerajaan Islam Leihitu (Maluku Tengah).
Mushhaf Kaitetu ditulis oleh seorang penulis muda, seorang wanita yang bernama Nur Cahaya Rohmatulloh ‘Alaiha, ia telah menyelesaikan menulis Mushhaf Al-Qur’an ini di Kaitetu pada tahun 1590 Masehi.
Sesuai peninjauan dan penelitian pihak Depertemen Agama RI bahwa kaligrafi mushhaf ditulis sangat konsisten dari awal hingga akhir mushhaf, penulisnya Nur Cahaya Rohmatulloh ‘Alaiha terlatih dan berbakat tentang teknik penulisan, karena tulisan tersebut tidak ditemukan kekeliruan sedikit pun setelah diteliti, demikian ini menunjukan tentang keutamaan dan keistimewaan Al-Qur’an yang tidak bisa dirubah-rubah dan tidak bisa dipalsukan, Alloh Ta’ala berkata:
(إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an) dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjaganya”.
Alloh Ta’la menjaga Kitab-Nya Al-Qur’an melalui para ulama dan para pengemban dan pemikul da’wah, dari zaman ke zaman dan dari generasi ke generasi Alloh munculkan orang-orang semisal mereka untuk senantiasa menjaga Kitab-Nya dan syari’at-Nya.
Alloh Ta’ala terkadang menjaga Kitab-Nya dan Agama-Nya melalui peran para wanita sebagaimana wanita cerdas tersebut, di zaman shohabat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang menyimpan dan menjaga Mushhaf Al-Qur’an adalah Hafshoh bintu Umar Ibnil Khoththob, dan mushhaf tersebut kemudian disalin dan telah dibaca dan disaksikan oleh kaum muslimin.
Dan kaum muslimin di Kerajaan Leihitu yang pernah melihat Mushhaf Kaitetu, mereka menerangkan bahwa halaman depan mushhaf masih lengkap berukuran 27 x 20 Cm, tebalnya 5,5 Cm, namun sangat disayangkan pada bagian akhir Mushhaf tersebut ada yang hilang.
Peninggalan berharga seperti ini masuk dalam amal sholih yang pahalanya terus mengalir bagi penulisnya, lebih-lebih kalau mushhaf tersebut pernah diajarkan, disalin ulang dan dijadikan rujukan maka sungguh itu sebagai keutamaan yang luar biasa, pahalanya terus mengalir kepada penulisnya, Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
«إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له»
“Jika seseorang telah mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga: Sedekah yang mengalir pahalanya atau ilmu yang bermanfaat dengannya atau anak sholih yang mendoakannya”.
Pada zaman-zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam Maluku, para wanita sangat memberi peran penting dalam pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an kepada anak-anak dan para cucu serta keluarga mereka, ini terus terwariskan dari zaman ke zaman, hingga pada masa kecil kami.
Sangat menakjubkan ketika kami melihat kakak-kakak atau para paman membaca Al-Qur’an di ruangan depan sedangan para ibu atau para nenek memasak di dapur, sambil mendengarkan bacaan Al-Qur’an mereka, dan sambil membenarkan bila salah dalam bacaan mereka, para ibu atau para nenek sangat perhatian denga Al-Qur’an ini, terkhusus keluarga dari nenek Khodijah Al-Huamualiyyah Rohmatullohi ‘Alaihim.
Dengan itu kami menasehatkan kepada segenap masyarakat kaum muslimin pada umumnya, dan kaum muslimin Maluku pada khususnya untuk menjaga peninggalan-peninggalan berharga seperti itu, baik itu berbentuk Mushhaf Al-Qur’an atau berbentuk tulisan-tulisan, karena suatu saat nanti para peneliti akan membutuhkan peninggalan-peninggalan seperti itu sebagai bahan penelitian mereka.
Hendaknya pemerintah, para raja, kepala-kepala dusun membuat perpustakaan umum atau ruang khusus untuk peninggalan-peninggalan orang-orang yang sudah meninggal dunia, baik itu peninggalan berupa Mushhaf Al-Qur’an, tulisan-tulisan atau buku-buku agama mereka, semua itu Insya Alloh akan bermanfaat bagi para peniliti, dan itu semuanya akan menjadi amal sholih yang pahalanya terus mengalir, Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhu berkata:
إِنّ مِمّا يَلحِقِ المُؤمِنُ مِن عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعدِ مَوتِهِ عِلماً عَلّمَهُ وَنَشَرَهُ، أَو وَلَداً صَالِحاً تَرَكَهُ، أَو مُصحَفاً وَرَثَهُ، أَو مَسجِداً بَنَاهُ، أَو بَيتاً لُابِن السّبِيلِ بَنَاهُ أَو نَهراً أَجرَاهُ، أَو صَدَقَةً أَخرَجَهَا مِن ماَلِهِ فِي صِحّتِهِ وَحَيَاتِهِ ُتُلحِقُهُ بَعدَ مَوتِهِ
“Sesungguhnya dari apa-apa yang menyertai seorang mu’min dari amalannya dan kebaikan-kebaikannya setelah wafatnya adalah ilmu yang dia telah mengajarkannya dan menyebarkannya, atau anak sholih yang dia telah meninggalkannya (di dunia), atau mushhaf yang dia telah mewariskannya, atau masjid yang dia telah membangunnya, atau dia membangun rumah untuk orang yang melakukan perjalanan (rumah penginapan untuk tamu/ruang tamu), atau sungai yang dia telah mengalirkannya, atau sedekah yang telah dia mengeluarkannya dari hartanya pada masa sehatnya dan matinya maka ini semuanya menyertainya setelah kematiannya”. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Klik untuk mengakses sejarah-kerajaan-islam-huamual.pdf
Saya (masih) heran dengan sebagian kaum salibis / Kristiani – walau tidak semua, mengapa mereka begitu getol menzhalimi agama Islam – dan tentu mencakup menzhalimi kaum Muslim, semisal, menjajah, memurtadkan hingga menumpahkan darah kaum Muslim. Padahal, apa sih salah kaum Muslim? Yang berbuat kejam terhadap Yesus bukanlah kaum Muslim, namun persekongkolan antara para elit Yahudi dan Romawi. Tapi mengapa justru mereka membantu (sebagian) kaum Yahudi – walaupun perlu diketahui tidak semua Yahudi adalah pro zionis / pendukung Israel – untuk melawan kaum Arab (Muslim & Kristiani) di Palestina. Sepanjang riwayatnya, kaum salibis banyak melumuri planit ini dengan darah orang-orang yang tak tahu menahu tentang penderitaan Yesus, semisal Inggris membantai orang India, Belanda membantai orang Indonesia, Spanyol membantai pribumi Amerika (Amerindian), Portugis membantai orang Afrika, dan sebagainya, dan sebagainya. Kaum salibis berjuang keras mengkristianikan kaum Muslim, bukan mengkristianikan kaum Yahudi, padahal Yesus diutus “untuk segala domba yang sesat Bani Israel”. Jika begini terus, jangan harap dunia / manusia akan betul-betul damai, tenteram, adil, makmur.
Terutama kepada kaum Kristiani yang kebetulan membaca ini, perlu diingatkan bahwa, agama Yahudi,Kristiani dan Islam adalah agama serumpun. Ketiganya berasal dari rumpun Semitik (Samiyyah) / Timur Tengah / Asia Barat. Ketiganya berasal dari leluhur yang sama yaitu (agama) Ibrahim (Abraham / Avraham). Sesungguhnya dalam ketiga agama tersebut terdapat begitu banyak kesamaan – disamping tentu ada sejumlah perbedaan. Jika ketiga umat ini sungguh menyadari yang saya sampaikan ini, in syaa Allah 50% masalah dunia ini selesai, dan kita semua dapat fokus menyelesaikan masalah yang 50% lagi. Mengingat jumlah umat agama 3 serumpun tersebut sekitar 50% penduduk dunia.
Karya tulis tahun 2004. Semoga bermanfaat. Aamiin yaa Allaah.
DA’WAH ISLAM DI INDONESIA: KERJA YANG TAK KUNJUNG RAMPUNG
PENDAHULUAN
Umum sudah sama-sama tahu bahwa Indonesia termasuk wilayah yang memiliki letak strategis sehingga terbuka terhadap pengaruh asing. Wilayah luas dan alam kaya menambah pesona negeri ini untuk didatangi bangsa-bangsa lain berikut pengaruhnya. Tetapi tidak hanya berbagai bangsa asing yang hadir ke Indonesia, bangsa Indonesia sejak zaman purba telah merantau keberbagai negeri asing sejauh Madagaskar – pulau di lepas pantai timur Afrika – di sisi barat hingga Kepulauan Mikronesia di sisi timur.
Hubungan bangsa Indonesia dengan bangsa asing tidak terlepas dari suasana internasional saat itu. Di dunia Barat terdapat Kerajaan Romawi dan di dunia Timur terdapat Kerajaan Cina, ketika awal tarikh Masehi sama-sama meraih puncak kejayaannya. Hubungan antara kedua super power tersebut terjalin melalui jalur darat dan laut. Di darat dikenal dengan istilah “Jalur Sutra”, jalur panjang yang membentang dari Chang’an (kini Xi’an) hingga Constantinople (kini Istambul) melalui Asia Tengah dan Asia Barat. Di laut, terdapat jalur perkapalan melalui Asia Tenggara, Asia Tengah dan Asia Barat dari Kanton (Kwangchou) hingga Suez (al-Suwaiys). Dengan demikian Indonesia masuk jalur pelayaran tersebut.
Hubungan yang sesungguhnya bermotif ekonomi tersebut kemudian merambah ke aspek lain semisal politik, seni, hukum, bahasa, adat dan syari’at. Ketika itu negara-negara maju bukan hanya Cina dan Romawi, tetapi juga Arabia, Persia dan India. Saling kunjung antar bangsa-bangsa tersebut lambat laun juga melibatkan bangsa Indonesia. Bangsa Cina, Arab, Persia dan India singgah atau mukim di Indonesia, demikian pula bangsa Indonesia hadir di negeri-negeri tersebut. Namun layak disayangkan, pengaruh Indonesia di negeri-negeri yang dikunjungi praktis tidak ada atau sangat sulit dicari dibanding pengaruh bangsa-bangsa asing di Indonesia.
Jawaban untuk itu agaknya tidak sulit dicari. Bangsa Indonesia tidak memiliki peradaban asli nan canggih untuk mempengaruhi bangsa-bangsa lain. Pada awal tarikh Masehi, Cina, Arab, Persia, Romawi, India, Yunani dan mungkin ada lagi yang lain minimal telah memiliki huruf atau tegasnya budaya tulisan namun tidak demikian halnya dengan bangsa Indonesia. Bagi Indonesia, awal Masehi masih terbilang pra sejarah karena belum mengenal huruf. Bangsa ini mengenal huruf diperkirakan sekitar abad-5, itupun bukan hasil ciptaan sendiri tetapi pengaruh dari India.
Jika perkara huruf saja belum kenal, apatah pula ciri peradaban lain semisal arsitektur dan filsafat.
Hasil-hasil alam Nusantara yang waktu itu digemari antara lain kapur barus, kayu manis, kulit harimau, lada dan emas. Perdagangan rempah-rempah sempat didominasi bangsa Arab dan kapur barus sempat didominasi bangsa India.
Walaupun pernah ada dominasi tetapi tidak ada monopoli. Interaksi antara bangsa Indonesia dan berbagai bangsa Timur asing tersebut praktis berlangsung damai karena saling menguntungkan. Kelak jauh berbeda dengan bangsa-bangsa Barat yang tiba di Indonesia pada awal abad-16, mereka datang tidak hanya untuk berdagang tetapi juga untuk menjajah. Jelas dengan cara ini ada fihak yang dirugikan. Dari bangsa Barat jua, bangsa Indonesia kenal dengan monopoli.
PENGARUH ASING AWAL DI INDONESIA
Dari hubungan yang ramah itulah bangsa Indonesia mengenal pengaruh asing. Agama dan budaya secara pelan tapi pasti masuk. Mengingat letak India relatif paling dekat dengan Indonesia maka pengaruh India yang pertama kali masuk dan tampil dominan selama sekitar 1500 tahun.
Di India telah ada agama Hindu dan Budha. Agama Hindu adalah agama yang tertua di India bahkan mungkin agama tertua di dunia yang masih ada umatnya. Konon Hindu tampil bersamaan dengan peradaban India yaitu sekitar 3000 BC dan hingga kini masih meraih mayoritas umat di negeri tersebut walaupun pernah dalam kuasa raja-raja Budha dan Muslim. Para penguasa non Hindu secara umum memahami agama yang dianut mayoritas dalam arti memberi toleransi. Selain itu, nama “India” memang berasal dari kata “Hindi” atau “Hindu” dan negeri tersebut juga dikenal dengan nama “Hindustan” (Tanah Hindu).
Adapun Budha lahir sekitar abad-6 BC, berawal dari pencerahan yang diterima oleh Pangeran Sidharta Gautama setelah sekian lama mencari makna hidup dalam pengelanaan. Peristiwa tersebut memberi Gautama nama yang dikenal dengan “Budha” (Yang Disinari atau Yang Dicerahkan).
Tokoh yang berjasa bagi agama Budha setelah Sidharta adalah Raja Ashoka, seorang raja yang semula terkenal gila perang tetapi berubah total menjadi cinta damai. Dia mengganti kebijakan peperangan dengan pembangunan. Perioda pemerintahannya adalah 1 di antara beberapa puncak kejayaan India.
Dari Cina, bangsa Indonesia mengenal agama Konghucu. Walaupun agama tersebut masuk relatif bersamaan dengan Hindu dan Budha, praktis tidak meraih umat dari pribumi. Mungkin karena agama Konghucu sangat terkait dengan norma-norma Cina lama. Bahkan di Cina, agama Budha sempat meraih posisi penting walaupun kelak lama kelamaan berpadu dengan Konghucu. Mungkin suatu kebetulan, Gautama dan Konghucu hidup relatif sezaman.
Dari Persia dan Arabia, pada awalnya bangsa Indonesia tidak mendapat pengaruh dalam bentuk agama atau budaya. Pada perioda awal hubungan antara 3 bangsa tersebut, di Arabia tidak ada umat mayoritas tertentu. Sejak perioda Nabi Ibrahim – sekitar 2000 BC – bangsa Arab menganut agama yang dibawa Ibrahim, dikenal dalam istilah Arab dengan nama “Hanif”. Tetapi agama tersebut praktis tidak pernah berkembang keluar Arabia, bahkan kelak “terdesak” dengan agama-agama lain yang “berebut” pengaruh di Arabia.
Agama yang sempat mengemuka di Persia (kini Iran) adalah Zaratushtra atau Zoroaster. Agama tersebut lahir pada abad-6 BC dan hingga abad-7 menjadi agama resmi negara. Walaupun di Persia juga lahir agama Manu atau Manichaen pada abad-3 AD dan sempat meraih umat dari Samudera Atlantik hingga Samudera Pasifik, agama tersebut tidak berumur panjang. Di Persia ditumpas oleh penguasa yang menganut Zaratushtra, di luar Persia terdesak oleh agama Islam dan Nashrani. Sama hal dengan Hanif, kedua agama tersebut tidak sempat dikenal oleh bangsa Indonesia.
Pengaruh Arab dan Persia justru masuk ke Indonesia setelah keduanya menganut agama Islam. Dan kelak – minimal di atas kertas – Islam meraih mayoritas di Indonesia sebagaimana hal di Arabia dan Persia. Inilah yang menjadi pokok pembahasan.
Agama Islam lahir di Arabia pada abad-7 diawali oleh wahyu yang diterima Muhammad. Islam adalah lanjutan dari karya para nabi sebelum Muhammad, khususnya agama Hanif. Setelah melalui perjuangan yang mengerikan, dia sukses membawa Islam ke level terkemuka di Arabia.
Ketika itu keadaan Arabia tidak menguntungkan, sejak abad-3 negeri tersebut terkepung oleh 2 negara besar yaitu Bizantium dan Persia. Kedua negara tersebut telah menetapkan agama resmi, warganya yang menganut agama lain cenderung ditindas. Secara umum, kedua rezim tersebut memang menindas rakyat. Rakyat sedemikian lama mengharap pembebasan.
Dengan latar belakang tersebut, tidaklah mengherankan jika saat Muhammad memperkenalkan Islam maka mereka dengan sigap menolaknya bahkan dengan ancaman tersamar akan menyerbu Arabia untuk menumpasnya. Menindas rakyat sendiri dan niat untuk menyerbu Arabia memaksa kaum Muslim melawan mereka sekaligus.
Secara logika adalah mustahil mengalahkan kedua super power tersebut, tetapi fakta membuktikan bahwa kaum Muslim mampu melaksanakannya. Singkat cerita, Kerajaan Persia masuk sepenuhnya ke dalam kuasa Muslim dan Kerajaan Bizantium banyak kehilangan wilayahnya. Sampai pada taraf tertentu sukses gerak maju kaum Muslim didukung oleh rakyat 2 kerajaan tersebut.
Sekitar tahun 732 – seabad setelah Muhammad wafat – kaum Muslim telah membentuk imperium yang membentang dari Iberia hingga perbatasan Cina.
Islam tak hanya tersebar di wilayah taklukan. Melalui jalur dagang Islam juga tersebar hingga pesisir Asia Timur dan Asia Tenggara – termasuk Indonesia. Sebaliknya, dalam wilayah Muslim ada wilayah yang dihuni mayoritas non Muslim. Kaum non Muslim dibiarkan bebas menganut norma-normanya.
Penampilan Muslim ke pentas dunia juga menampilkan peradaban yang turut berjasa bagi kemanusiaan. Mereka mewariskan dan melestarikan beberapa peradaban sebelumnya sekaligus memperkaya dengan mencipta yang belum ada. Tetapi di Indonesia kaum Muslim hanya merupakan kelompok minoritas di pesisir, mereka belum membentuk kekuasaan maka belum memiliki peluang membangun peradaban. Mereka harus “menunggu” sekitar 600 tahun lagi untuk demikian.
Ketika Islam pertama hadir di Indonesia, pengaruh Hindu dan Budha mencapai puncak kejayaannya. Sekedar contoh, di Sumatera tampil Kerajaan Sriwijaya (Budha) yang mendominasi Asia Tenggara hingga sekitar 600 tahun. Di Jawa tampil Wangsa Syailendra yang mewariskan Candi Borobudur. Bahkan ketika kaum Muslim membentuk negara, Kerajaan Majapahit (Hindu) ganti mendominasi Asia Tenggara sekitar 200 tahun.
KEHADIRAN AWAL ISLAM DI INDONESIA
Telah tersebut bahwa hubungan antara bangsa Indonesia dengan bangsa asing telah terjalin pada awal tarikh Masehi. Ketika Islam lahir, penyebaran ke Indonesia dapat terjadi karena “fasilitas” jalur dagang yang tercipta karena hubungan tersebut di atas. Muslim dari Arabia, Persia dan India banyak pula berprofesi sebagai pelaut, pedagang dan petualang. Mereka merantau sejauh Madagaskar di lepas pantai Afrika dan pesisir Cina, dengan demikian Indonesia menjadi tujuan singgah atau mukim.
Ketika mereka tiba, nyatalah bahwa pengaruh Hindu dan Budha telah kuat. Para raja sekaligus dianggap dewa, titisan dewa atau setengah dewa. Segala kehendaknya praktis dipatuhi warganya karena status kedewaannya memastikan anggapan bahwa raja tidak mungkin salah.
Keadaan ini untuk waktu lama belum memungkinkan Islam meraih umat dari pribumi. Hubungan dengan kaum Muslim asing dengan pribumi hanya terbatas pada soal ekonomi. Kaum Muslim menampilkan perilaku yang simpatik antara lain berdagang dengan jujur dan menjaga kebersihan dengan mandi 2 kali sehari dan wudhu minimal 5 kali sehari, membangkitkan rasa hormat pribumi. Dihormati tapi belum diteladani, karena keterikatan erat antara pribumi dengan penguasanya.
Ini perlu diketahui untuk membantah pendapat imperialis Barat yang berusaha membangkitkan kebencian terhadap Islam antara lain dengan menyebut bahwa para pedagang Muslim bersifat rakus, licik dan kejam. Padahal para pedagang Barat yang justru banyak berperilaku demikian. Bukan jarang mereka berdagang dengan todongan senjata. Ini sekedar contoh cara “maling teriak maling” yang banyak diterapkan oleh imperialis.
Islam tampil bertepatan dengan kehadiran 1 kekuatan dominan di Asia Tenggara yaitu Sriwijaya. Negara tersebut diberi istilah oleh kaum Muslim dengan“Sribuza”, “Sribusah”, “Zabaq” atau “Zabay”. Konon negara bagian Kedah di Malaysia berasal dari bahasa Arab yaitu “Kataha”.
Menurut teori Profesor Fatemi, hubungan diplomatik antara kaum Muslim dengan Sriwijaya bermula pada perioda Khilafah ‘Ummayah (661-750), yaitu negara kerajaan beribu kota Damaskus atau Damsyiq di Syria atau Suriyyah. Negara inilah yang membawa kaum Muslim pada puncak perluasan wilayahnya: dari Iberia hingga perbatasan Cina.
Di Jawa, pada abad-7 terdapat negara yang dikenal dengan Kalingga. Negara tersebut mencapai masa jaya pada perioda Ratu Sima. Terkenal kisah keadilan, keamanan dan kemakmuran ini dari cara ratu menguji kejujuran rakyatnya dengan meletakkan pundi-pundi emas di ruas jalan. Selama bertahun-tahun isi pundi tersebut tetap utuh, tak ada yang mengambil.
Prestasi ratu tersebut menarik perhatian musafir Muslim untuk berkunjung, mungkin mereka adalah utusan dari Khilafah ‘Ummayah juga.
Secara berangsur-angsur wilayah yang kini disebut Indonesia disebut-sebut dalam berita-berita Arab dan Persia antara lain Ibnu Khuradadzbah, Idrisiy dan Yaqut tetapi dengan sebutan semisal “Jawiy” atau “Aqshal Hindiy (India Jauh) selain istilah tersebut di atas untuk Sriwijaya. Istilah “Indonesia” baru muncul abad-19.
Dari contoh kisah di atas seorang pakar sejarah yaitu Profesor Ricklefs menilai bahwa kehadiran Islam di Indonesia adalah perioda yang paling penting tetapi sekaligus paling tidak jelas karena langka bukti-bukti tertulis. Bukti kehadiran awal Islam di Indonesia umumnya berbentuk makam semisal makam di desa Leran (dekat Gresik) atas nama Fathimah binti Maymun yang berasal dari abad-11. Tidak jelas apakah dia Muslim asing ataukah pribumi, dan juga tidak jelas apakah makam tersebut membuktikan ada pemukiman awal kaum Muslim di daerah itu. Kisah kunjungan musafir Muslim ke Kalingga tersebut di atas tidak jelas pula membuktikan apakah mereka hanya singgah ataukah mukim sambil memperkenalkan Islam.
Waktu berjalan terus, hubungan juga terus berlangsung walaupun pada abad 11-13 dunia Muslim mendapat bencana berat akibat serbuan dari Eropa dan Mongolia, serta di Indonesia pada saat yang sama sempat mengalami perioda gejolak antara keruntuhan Sriwijaya dengan kebangkitan Majapahit. Bahkan pada perioda suram tersebut tampil negara bentukan pertama Muslim di Indonesia yaitu Kerajaan Samudra Pasai (kini masuk Provinsi NAD). Malik al-Shalih sering disebut raja pertama di Indonesia yang menganut Islam. Dari awal yang kecil inilah kelak da’wah Islam tersebar luas (namun sekaligus tidak tuntas).
PERKEMBANGAN BERIKUT
Nama Malik al-Shalih dikenal dari tulisan makam yang menyebut tahun Hijrah yang mengacu pada 1297 Masehi. Menurut legenda, sebelum menganut Islam dia bernama Marah Silu. Ada kemungkinan dia memilih Islam karena hubungan dengan Muslim asing – kemungkinan dari Gujarat (kini masuk negara India) – berdasar ciri makamnya yang menggunakan batu dari sana. Ini boleh dibilang masuk akal karena Samudra Pasai terletak di Selat Malaka, jalur yang ramai sejak awal Masehi.
Dari info di atas para pakar dari Barat menilai bahwa Islam masuk abad-13 melalui India, pendapat tersebut bertahun-tahun menjadi acuan banyak buku sejarah di Indonesia. Tetapi sekitar tahun 1960-an Hamka berpendapat bahwa Islam masuk sejak abad pertama Hijrah atau abad-7 Masehi langsung dari Arabia bersamaan dengan kehadiran Islam di India – bahkan Cina – berdasar info yang juga telah penulis sajikan di atas. Karena itu penulis juga mencoba membahas kehadiran Islam di Cina dan India.
Kehadiran Islam di India dan Cina jauh lebih jelas dari pada di Indonesia. Di India, Islam hadir melalui perdagangan di laut dan penaklukan di darat. Di laut para pedagang Muslim dari Arab dan Persia hadir di pesisir barat India yang dikenal dengan nama Malabar atau Koromandel. Di darat pasukan Muslim dari Khilafah ‘Ummayah dipimpin oleh Muhammad bin Qasim merebut wilayah India yang kini bernama Pakistan pada tahun 706. Penaklukan tersebut merupakan awal penguasaan India oleh Muslim, yang berlangsung hingga tahun 1858 akibat dihapus oleh imperialis Barat.
Penaklukan India yang kedua berasal dari Afghanistan. Raja Mahmud Ghazna membangun Kerajaan Ghaznawiy melalui penaklukan timur Persia, utara India dan selatan Turkistan. Kerajaan ini berlangsung dari abad-10 hingga 12. Ada yang berpendapat bahwa suku Gujarat – dan juga Kasymir – mulai menganut Islam pada perioda tersebut.
Penaklukan ketiga berasal dari bangsa Turki pada abad-12 oleh Quthbuddin Aybak, yang menampilkan Kerajaan Delhi (1206-1526). Kekuasaan Muslim meluas hingga bagian tengah India.
Penaklukan keempat berasal dari Turkistan oleh Zhahiruddin Muhammad alias Babur yang menampilkan Kerajaan Moghul (1526-1858). Ketika itu wilayah India yang dikuasai Muslim sekitar 90%.
Sesungguhnya masih ada beberapa penaklukan lain, tetapi penulis hanya membahas secara singkat 4 penaklukan tersebut mengingat menentukan sejarah India. Dengan demikian jika dijumlah maka kaum Muslim menguasai India sekitar 1000 tahun. Pada tahun 1947 wilayah mayoritas Muslim di barat laut dan timur laut India menjadi negara Pakistan, di India kini jumlah kaum Muslim sekitar 12%.
Kehadiran Muslim di Cina lebih banyak terjadi karena perdagangan. Hubungan pertama yang bersifat diplomatik terjadi pada tahun 651 ketika Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan mengirim utusan yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash ke Chang’an, ibu kota Dinasti T’ang (618-907). Rombongan tersebut melalui jalur laut dan berlabuh di Kwangchou, kota yang telah lama menjadi pusat dagang yang ramai didatangi para pedagang dari Arab, Persia dan India. Para musafir Muslim yang melalui jalur darat banyak terhimpun di Chang’an, ujung Jalur Sutra.
Khilafah ‘Ummayah pernah mencoba memperluas wilayah ke arah timur dan tertahan di perbatasan Cina. Gerakan tersebut dipimpin oleh Qutaybah bin Muslim.
Pada tahun 751 terjadi bentrokan antara pasukan Arab dengan Cina di perbatasan Cina. Pasukan Cina mendapat kekalahan dan di antara personil yang ditawan terdapat para ahli pembuat kertas. Sejak itu penggunaan kertas yang kita kenal kini menyebar pesat sejauh Eropa Barat oleh bangsa Arab setelah berabad-abad Cina menjadi produsen tunggal kertas karena teknik pembuatannya dirahasiakan begitu ketat.
Terlepas dari konflik yang terjadi sekali-sekali, secara umum hubungan Cina dengan dunia Muslim berlangsung akrab. Tetapi perilaku penguasa Cina di dalam negeri yang berubah-ubah antara simpati dan antipati membuat perkembangan Islam terjadi tarik-ulur alias mandeg, tentu hal tersebut membuat kehadiran Islam di negeri tersebut hanya sedikit. Kini jumlah kaum Muslim hanya sekitar 12.000.000 di antara sekitar 1.300.000.000 orang.
Kembali ke Indonesia, kemakmuran Samudra Pasai mempengaruhi da’wah Islam. Islam tersebar bahkan membentuk negara-negara Muslim baru semisal Malaka dan Demak. Seorang panglima Demak yang memperkenalkan Islam ke Jawa Barat juga berasal dari Pasai, dikenal dengan beberapa nama antara lain Fatahillah atau Syarif Hidayatullah. Dia juga dikenal sebagai leluhur para raja di Banten dan Cirebon.
Pada perioda pemerintahan Malik al-Zhahir konon dibangun lembaga pendidikan yang diilhami oleh Universitas Nizhamiyyah di Baghdad. Universitas tersebut dibangun atas usaha Nizhamul Muluk, seorang Persia yang menjadi perdana menteri Kerajaan Saljuqiyyah.
Kejayaan Pasai relatif singkat, penaklukan oleh Majapahit menempatkan Pasai sebagai vasal. Walaupun nilai politik dan ekonominya pudar, Pasai masih tetap menjadi pusat da’wah Islam. Beberapa ulama Pasai yang ditawan dan di bawa ke ibu kota Majapahit bahkan sukses berda’wah. Beberapa elit Majapahit menjadi Muslim.
Dari elit tersebut kelak menampilkan negara Muslim pertama di Jawa yaitu Demak.
Pasai juga sempat mengalami penaklukan imperialis Barat dari Portugal pada 1521. Banyak warga yang merantau ke daerah lain sambil berda’wah, antara lain Fatahillah. Syukur alhamdulillah, kehadiran imperialis tersebut tak berkepanjangan. Raja ‘Ali Mughayyat Syah dari Aceh sukses mengusirnya tahun 1524 dan sejak itu Pasai masuk wilayah Kerajaan Aceh.
Di wilayah yang kini disebut Malaysia, pernah tampil negara Muslim pertama di semenanjung tersebut yaitu Kerajaan Malaka. Konon dibentuk oleh seorang pangeran Majapahit bernama Parameswara atau Paramisora, setelah menganut Islam dia bernama Megat Iskandar Syah. Kejayaan berpindah dari Pasai ke Malaka, banyak para perantau asing hadir di negeri tersebut. Bangsa Arab menyebutnya dengan “Mulaqat” (Tempat Bertemu Segala Dagang). Kemajuan dagang sejajar dengan kemajuan da’wah namun hal tersebut relatif singkat, bangsa Portugis dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque menaklukan Malaka pada 1511. Peristiwa tersebut sekaligus merupakan awal perioda imperialisme Barat di Asia Tenggara serta awal Asia Tenggara masuk zaman suram atau jahiliyyah. Hal tersebut berlangsung hingga kini. Secara umum, Asia Tenggara masih terbilang terbelakang dengan penjajahan menjadi penyebab pokok.
Usaha merebut Malaka berulang-ulang dilaksanakan oleh beberapa negara antara lain Aceh dan Demak, namun usaha tersebut gagal. Dengan hanya diselingi Perang Pasifik (7/12/1941 – 2/9/1945) oleh pendudukan Jepang, Malaka di bawah kuasa imperialis Barat hingga kemerdekaan Malaysia pada 31 Agustus 1957.
Penaklukan Malaka tersebut berakibat masyarakat dagang internasional bubar, tercerai berai ke berbagai pelabuhan di Asia Tenggara. Aceh kebagian “berkah” dari peristiwa itu. Banyak pedagang yang pindah ke Aceh, berakibat negara-kota tersebut maju pesat. Raja Mughayyat Syah bertekad mewujudkan Aceh menjadi kekuatan dominan di barat Asia Tenggara. Dia memperluas wilayahnya dengan menguasai pesisir timur maupun barat Sumatera. Perang dengan Portugis – dan juga Kerajaan Johor – tidak terelakkan: Portugis pernah menyerbu Aceh namun gagal menaklukannya. Hasilnya kemudian adalah perang segitiga Aceh-Malaka Portugis-Johor untuk tampil terkemuka di Selat Malaka yang tak pernah dimenangkan oleh siapapun.
Perioda pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam (1607-36) sering dinilai sebagai puncak kejayaan Aceh. Bangsa Barat yang hadir untuk merebut “pasar imperialisme” bertambah dengan bangsa Belanda dan Inggris. Dengan cerdik dia mengadu domba kedua bangsa tersebut.
Sementara itu penyebaran Islam – selain dengan perdagangan – juga bergerak seiring dengan penaklukan oleh Aceh. Penyebaran Islam oleh Aceh menjangkau Bengkulu melalui Minangkabau, di wilayah tersebut Aceh berbatasan dengan wilayah kekuasaan Banten.
Keunggulan Aceh di bidang politik dan ekonomi memudar sepeninggal Iskandar Muda, hanya da’wah Islam yang masih bertahan. Aceh menjadi pusat pergolakan pemikiran agama terutama tashawuf, tersebut beberapa ulama yaitu Nuruddin al-Raniriy, Hamzah Fanshuriy, Syamsuddin al-Sumatraniy. Kelak Aceh dikenal sebagai wilayah yang sangat Islamiy di Indonesia walaupun tetap harus diingat bahwa keislaman di Asia Tenggara terbilang tidak murni.
Masuk abad-15 Kerajaan Majapahit berangsur-angsur runtuh akibat konflik intern sepeninggal tokoh kuat Gajah Mada dan Hayam Wuruk. Beberapa wilayah taklukannya melepaskan diri termasuk di Jawa, pusat negara tersebut. Perioda tak nyaman tersebut menampilkan tokoh Raden Patah, yang konon anak raja Majapahit yaitu Brawijaya. Kaum Muslim – yang makin berpengaruh di pesisir – cemas jika Jawa dilanda kekacauan besar, mereka bertekad memulihkan ketentraman – dan kemakmuran jika mungkin – di seantero Jawa. Mereka membentuk beberapa negara-kota semisal Demak, Jepara, Tuban, Gresik dan Surabaya. Melalui pernikahan dan peperangan akhirnya beberapa negara-kota tersebut tergabung dalam Kerajaan Demak.
Demak menghadapi tantangan berat yaitu masyarakat non Muslim pribumi warisan Majapahit dan pra Islam lainnya di dalam negeri serta imperialis Barat di luar negeri. Setelah menaklukan Malaka, Portugis maju menjelajah Indonesia sejauh Maluku termasuk mengincar Jawa. Sejak zaman Majapahit ada anggapan yang begitu bertahan lama bahwa menguasai Jawa berarti menguasai Nusantara, menguasai Nusantara berarti menguasai Asia Tenggara. Mungkin karena sejak lama Jawa dikenal paling banyak penduduknya.
Kecemasan Demak terhadap kemungkinan persekutuan non Muslim antara pribumi dengan asing kelak terbukti dan hal tersebut bukanlah yang pertama dan yang terakhir dalam sejarah Muslim. Sejak Muhammad masih hidup hal tersebut pernah terjadi. Secara diam-diam, Bizantium dan Persia seperti ada kesepakatan mengurangi permusuhan sengit mereka yang sudah berabad-abad. Mereka menjalin hubungan dengan non Muslim pribumi Arab untuk melawan Muslim.
Penghancuran peradaban Muslim di Asia Barat oleh Hulagu Khan dari Mongol pada abad-13 tak terlepas dari bagian persekongkolan tersebut. Bangsa Mongol menyerbu dunia Muslim dari belahan timur ketika kaum Muslim sibuk melawan imperialis Eropa yang menyerbu dari barat. Saling kirim utusan antara Mongolia dan Eropa dilaksanakan untuk membentuk front yang mengepung dunia Muslim.
Persekutuan sesama non Muslim dari umat manapun melawan Muslim sepanjang riwayat agaknya membuat kecurigaan penulis makin kuat, bahwa Islam adalah si bungsu yang dinanti umat-umat dari sebelumnya bukan untuk dikasihi tetapi dinanti untuk dihabisi. Padahal Islam bukanlah agama yang begitu saja jatuh dari langit tetapi adalah lanjutan karya para nabi sebelum Muhammad. Penyelidikan terhadap sumber-sumber beberapa kitab suci menunjukkan – walau mungkin tak sejelas yang diharapkan – bahwa ada info tentang agama terakhir dan nabi terakhir yang mengarah pada Islam dan Muhammad. Dan setiap gerakan anti Islam jika diusut-usut hampir pasti bersumber dari imperialis Barat, yang non Barat cenderung menjadi antek.
Kembali ke Jawa, Portugis mencoba menjalin hubungan dengan Pajajaran di Jawa Barat dan Majapahit di Jawa Timur. Maksudnya tidak sulit dicari: mengepung Demak di Jawa Tengah. Mirip taktik mengepung non Muslim Mongolia dengan non Muslim Eropa. Beberapa elit Majapahit mengirim hadiah kepada gubernur Portugis untuk Malaka, di Jawa Barat bahkan lebih jauh lagi: Pajajaran membuat perjanjian tahun 1522 yang mengizinkan Portugis membuat pangkalan di Sunda Kelapa.
Demak tidak punya pilihan selain bergerak ke kedua arah tersebut sekaligus. Dengan cepat pesisir ke arah barat sejauh selat Sunda direbut supaya hubungan Portugis-Pajajaran terputus. Usaha Portugis merebut Sunda Kelapa digagalkan, peristiwa ini mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (kini Jakarta).
Kesuksesan tersebut di atas menampilkan nama yang hingga kini belum tuntas terungkap, yaitu Fatahillah, Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati. Ada pendapat bahwa nama-nama tersebut menunjuk orang yang sama, ada pula yang menyebut orang yang berbeda. Untuk kisah ini, penulis memakai nama Fatahillah, mengingat nama tersebut yang diabadikan untuk museum di Jakarta.
Fatahillah menetap di Jawa Barat hingga wafatnya, ketika Demak mengalami kekacauan intern dia melepaskan diri dari kuasa Demak dengan membentuk negara baru yaitu Banten dan Cirebon. Adapun kekacauan di Demak karena Raja Trenggono dibunuh oleh bawahannya sendiri ketika dia memimpin proyek penaklukan Jawa Timur. Kekacauan di Demak berakibat tampil negara baru di Jawa Tengah yaitu Pajang dan Mataram – bahkan Palembang di Sumatera.
Selain negara-negara tersebut di atas, di wilayah yang kini disebut Indonesia juga terdapat beberapa negara Muslim semisal Jambi, Banjarmasin, Makassar, Ternate dan Tidore. Tetapi bukan maksud penulis untuk membahas semua negara-negara Muslim di Indonesia. Penulis mencoba membahas hambatan yang dihadapi oleh da’wah Islam yang berakibat Indonesia tidak sepenuhnya Islamiy sehingga da’wah menjadi kerja yang perlu terus menerus dilaksanakan seakan-akan tak kunjung rampung. Dan hambatan pokok da’wah di Indonesia sejak abad-16 jika diusut-usut akan mengarah pada imperialis Barat, hambatan lain hanyalah turunan dari hambatan pokok tersebut. Penulis hanya membahas Pasai dan Demak karena kedua negara tersebut adalah perintis: Pasai negara Muslim pertama di Sumatera (sekaligus di Indonesia) dan Demak negara Muslim pertama di Jawa. Dari keduanya kelak lahir negara-negara Muslim lain di Indonesia.
HAMBATAN DA’WAH
Telah dijelaskan bahwa walaupun hubungan antara kaum Muslim asing dengan pribumi Indonesia telah ada sejak abad pertama Hijrah, sulit ditemukan bukti bahwa ada pribumi yang telah menganut Islam. Pengaruh Hindu dan Budha masih kuat akibat tuah raja sehingga hubungan tersebut terbatas pada ekonomi. Kaum Muslim harus menunggu sekitar 600 tahun untuk meraih pengaruh selain ekonomi termasuk di bidang agama.
Islam adalah agama dengan ciri tauhid yang mungkin paling jelas dibanding agama lain. Faham bertuhan satu dalam Islam praktis masih asli dalam 2 sumber pokok Islam yaitu kitab dan sunnah. Demikian pula bagian-bagian lain dalam Islam semisal moral dan syariat. Hal tersebut jelas sangat berbeda – kalau tidak boleh disebut bertentangan dengan budaya – atau mungkin sifat – bangsa Indonesia yang bercorak syirik (bertuhan banyak).
Sebelum ada hubungan dengan pengaruh asing, bangsa Indonesia percaya dengan kuasa ghaib yang menjelma atau bercokol dalam berbagai benda atau bentuk. Pohon besar, batu besar atau segala sesuatu yang terlihat mengagumkan atau menakutkan semisal petir dan gunung meletus dihubungkan dengan perkara ghaib. Kepercayaan tersebut mengarah pada syirik karena segala benda atau bentuk dianggap memiliki kuasa ghaib, setiap benda, bentuk atau tempat ada “penunggunya” – yang kelak dituhankan: disembah dan dipuja, bahkan diberi sesaji supaya tidak marah yang berakibat bencana.
Sejauh yang diketahui, Indonesia bukan tempat muncul agama, nabi, wahyu atau hal semacam itu walau dalam al-Qur-an ada tersebut bahwa setiap kaum diutus nabi untuk menuntun kaum tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka dan kelak kenabian “ditutup” dengan Muhammad. Dalam hadits disebut jumlah para nabi 124.000 orang dan dari mereka al-Qur-an hanya menyebut 25 nama yang dapat “mewakili” semua nabi. Tetapi sejauh yang diketahui, agama lahir di Asia Barat (Hanif, Yahudi, Zoroaster, Nashrani, Manichaen dan Islam), Asia Selatan (Hindu, Budha dan Jain) dan Asia Timur (Konghucu). Tidak ada di Asia Tenggara.
Islam bukanlah pendatang awal di Indonesia, kehadiran Islam terjadi saat pengaruh Hindu dan Budha telah kuat. Walaupun mungkin Hindu dan Budha mengenal faham keesaan tuhan tetapi sejauh yang penulis kenal masih terdapat penyembahan/pemujaan terhadap sosok yang lain – apapun sebutannya – meskipun ada yang menilai hal tersebut sekadar lambang. Mereka menilai penyembahan tetap ditujukan kepada tuhan yang maha esa. Konsep ketuhanan yang boleh dibilang mirip antara kedua agama tersebut dengan sifat asli bangsa Indonesia menyebabkan pengaruhnya sanggup bertahan sekitar 1500 tahun. Bahkan walaupun kini mayoritas bangsa ini Muslim, pengaruh sifat asli dan kedua agama tersebut belum lenyap sepenuhnya dari kaum Muslim.
Pada abad-16 tampil hambatan baru da’wah Islam di Indonesia yaitu imperialisme Barat. Berawal dari kehadiran Portugis, kemudian Spanyol, Inggris dan Belanda. Berbeda dengan bangsa-bangsa asing sebelumnya yang pernah hadir di Indonesia. Mereka – minimal atau terlebih lagi saat itu – memiliki perilaku yang sungguh berbeda. Cara berdagang, atau secara umum perilaku mereka cenderung tidak simpatik: kasar dan serakah. Mungkin boleh dibilang bahwa mereka berdagang hanya kedok, niat mereka sesungguhnya adalah menjajah. Karena itu pandai dagang adalah urusan kedua, kurang peduli cara mereka menyakiti dan merugikan orang lain atau tidak.
Konsep imperialisme Barat terumuskan sejak abad-16 dengan semboyan mereka sendiri yaitu “gold” (mencari kekayaan), “gospel” (menyebarkan pengaruh yaitu agama dan budaya) dan glory (mencari kemuliaan). Khusus tentang agama, mayoritas bangsa-bangsa Barat menganut agama Nashrani.
Walaupun tidak ada hubungan antara imperialisme dengan Nashrani, bangsa-bangsa Barat sekian lama menjadikan Nashrani sebagai bagian dari imperialisme, atau imperialisme sebagai bagian dari Nashrani. Artinya kira-kira begini: Barat menilai bahwa untuk menyebarkan agama layak atau perlu menggunakan cara imperialisme, dan karena itulah imperialisme dinilai dibenarkan agama. Untuk menjernihkan perkara, penulis ulangi: tidak ada hubungan antara imperialisme (dan juga terorisme) dengan agama manapun, termasuk Nashrani dan Islam. Imperialisme Barat sudah ada sejak sebelum Masehi, tegasnya sebelum lahir Nashrani. Demikian pula terorisme – yang sering dihubungkan dengan Islam – sesungguhnya berasal dari Barat sejak sebelum Masehi.
Juga penulis ulangi, permusuhan antara imperialisme Barat dengan Muslim telah ada sejak Muhammad masih hidup, yaitu Bizantium. Ketika Islam lahir, Bizantium – selain menduduki Eropa – telah menjajah wilayah Timur yaitu Asia Barat dan Afrika Utara. Gerak maju pembebasan oleh kaum Muslim berakibat Bizantium kehilangan banyak wilayahnya, dan pada tahun 1453 kaum Muslim akhirnya menamatkan riwayat negara imperialis tersebut.
Pada abad-11 terjadi kebangkitan imperialisme Barat, beberapa negara Eropa bergabung menyerbu dunia Muslim dari Iberia hingga Mesopotamia dengan nama perang salib (1095-1291). Perang tersebut ternyata menampilkan akibat yang lebih parah dibandingkan konflik Muslim – Bizantium, permusuhan yang sempat mereda bangkit kembali dengan lebih sengit sehingga trauma, dendam, curiga, benci atau apapun sebutannya masih hadir saat ini. Mungkin perlu waktu sangat lama dan usaha sangat serius Muslim – Barat untuk pulih dari dampak perang salib.
Kebangkitan imperialisme Barat yang entah kesekian kalinya pada abad-16 banyak yang menilai sebagai lanjutan dari perang salib, namun dengan nama berbeda: perang kolonial. Dipelopori Spanyol dan Portugis, imperialis Barat bergerak maju ke wilayah yang hingga saat itu hanya didengar tetapi belum dijamah, atau bahkan masih misterius. Wilayah yang terbilang misterius adalah benua yang kini dikenal dengan nama Amerika dan Australia, 2 benua luas tapi berpenduduk jarang. Adapun Asia Tenggara dan Asia Timur sudah pernah mereka dengar – dari perjalanan musafir Marco Polo pada abad-13 – tetapi belum dijamah.
Di Amerika dan Australia boleh dibilang mudah ditaklukan mengingat wilayah luas penghuni jarang dan mayoritas masih primitif. Entah berapa banyak jumlah pribumi yang tewas akibat perilaku imperialis Barat, selebihnya ada yang berbaur atau mengasingkan diri lebih ke pedalaman. Pada abad-19 kedua benua tersebut sukses dibaratkan dan menjadi dunia Barat.
Di Afrika dan Asia, imperialis Barat mendapat perlawanan lebih berat. Kedua benua tersebut selain luas juga berpenghuni padat sekaligus banyak yang sudah berperadaban canggih mengingat asal muasal peradaban manusia memang berasal dari dunia Timur. Barat hanya mengembangkan peradaban tersebut. Akibatnya, walaupun sebagian besar dunia Timur dijajah Barat tetap saja hingga saat ini gagal dibaratkan.
Di Asia Tenggara, imperialisme Barat dikenal dengan penaklukan Kerajaan Malaka oleh Portugis sebagai tersebut di atas. Selain menempati letak strategis di Selat Malaka, da’wah Islam juga sukses dihentikan. Portugis berkuasa di Malaka hingga tahun 1641 setelah diusir oleh Belanda.
Seakan berpacu dengan waktu, penjelajahan Portugis maju ke Maluku di pimpin oleh Francisco de Serrao tahun 1512. Mereka melihat kaum Muslim juga lebih dulu hadir di kepulauan yang sejak lama menjadi pusat rempah-rempah dunia tersebut. Peperanganpun dengan Muslim pribumi tak terhindarkan yang memaksa Portugis hanya bertahan di Ambon hingga 1605, juga karena diusir Belanda. Tetapi kekuasaan di Timor Timur bertahan hingga 1976.
Walaupun beberapa bangsa Eropa pernah hadir di Indonesia, tetapi yang pernah memiliki pijakan kolonial hanya Portugis, Inggris dan Belanda. Pada awal abad-20 Belanda menguasai sebagian besar Indonesia dan Portugis hanya “kebagian” sisa di sudut negeri ini.
Konflik dengan imperialis Barat yang kejam dan lama menimbulkan korban jiwa dan harta kaum Muslim, banyak aset umat semisal masjid dan pesantren rusak atau hancur. Banyak ulama dan santri yang tewas, hilang atau ditangkap sehingga umat kehilangan panutan dan bimbingan padahal mereka masih memerlukan da’wah karena pemahaman yang belum utuh terhadap agama. Akibatnya, pemahaman terhadap Islam tercampur dengan berbagai faham pra Islam semisal syirik dan bid’ah. Potensi untuk da’wah terkuras untuk perang.
Imperialis Barat praktis tak memberi peluang untuk da’wah. Usaha umat untuk bangkit membuat tatanan yang Islamiy segera ditumpas – terutama di Jawa. Imperialis cemas jika suatu kebangkitan pribumi terutama di Jawa dan berbasis Islam. Mereka tahu betul nilai strategis Jawa sebagaimana telah disebut di atas. Kebangkitan “Khilafah Majapahit” – kiasan yang bermakna kebangkitan pribumi di Jawa mendominasi Asia Tenggara selevel Majapahit sekaligus berbasis Islam jelas mengancam kepentingan imperialis Barat.
Contoh kecemasan imperialis terhadap kebangkitan Muslim di Jawa dapat disimak dari kasus Pangeran Diponegoro. Dia jelas-jelas berjuang mewujudkan negara Muslim Jawa. Belanda mengerahkan sebagian besar sumber dayanya untuk menumpas revolusi tersebut yang berakibat berkobar Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-30). Walaupun gerakan serupa telah ada lebih dulu di Sumatera – yaitu gerakan Paderi yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol – di mana Belanda telah terlibat perang sejak 1821, Belanda tetap menilai penting menumpas Diponegoro terlebih dulu karena ada di Jawa. Belanda yakin, bahwa Diponegoro tidak akan berhenti hanya di Jawa, pasti revolusinya akan meluas ke Nusantara – bahkan Asia Tenggara. Untuk itu Belanda bersedia menghentikan permusuhan dengan gerakan Paderi supaya dapat menghimpun sumber dayanya untuk perang di Jawa.
Mengingat teknologi transportasi dan komunikasi belum secanggih kini serta usaha Belanda menutup seketat mungkin Jawa supaya info tidak bocor keluar, Imam Bonjol tidak tahu apa sebab Belanda minta damai. Tidak tahu bahwa Belanda sedang terdesak. Dia menerima uluran damai Belanda dengan penilaian bahwa Islam agama damai, jika musuh menghentikan permusuhan ya hentikan permusuhan. Dia juga menilai bahwa damai memberi peluang untuk membina umat, perang dilaksanakan jika da’wah terganggu atau agama dilecehkan.
Setelah revolusi Diponegoro dapat ditumpas, Belanda kembali menempatkan Imam Bonjol dalam daftar berikut yang harus ditumpas. Perang di Minangkabau kembali berkobar hingga 1837.
Usai Perang Diponegoro, Belanda bekerja keras mencegah Jawa menjadi Islamiy, pengaruh Barat disebar luaskan dengan mendatangkan missie dan zending. Pusat-pusat zending dan missie ditempatkan antara lain Semarang, Salatiga, Ambarawa, Muntilan dan Magelang. Persis di pusat Jawa! Markas tersebut masih dapat kita saksikan. Belanda juga merangkul kaum Muslim nominal – lazim disebut “abangan” – untuk mencegah kebangkitan Muslim santri atau “mutihan”.
Penjajahan yang begitu lama selain menampilkan keterbelakangan juga menampilkan sekelompok pribumi yang menjadi antek imperialis, umumnya mereka seagama dengan Barat. Belakangan, agaknya dalam jumlah makin bertambah dari kaum Muslim juga secara sadar maupun tidak menjadi antek Barat. Mungkin mereka dapat dikira-kira dari perilaku semisal tidak setuju jika hukum Islam berlaku di Indonesia.
Demikianlah, sejak abad-16 bertemulah kepentingan yang sama antara non Muslim yang berasal dari pra Islam di Indonesia dengan imperialis Barat untuk melawan Islam. Mereka mungkin saja dapat terpecah belah sejauh tidak terkait dengan Islam. Tetapi begitu terkait, mereka segera 1 rasa, 1 logika, 1 kata, dan 1 kerja menghadapi Islam. Dan imperialis Barat masih tetap memegang peranan kunci mengingat keunggulan mereka membentuk pendapat umum untuk antipati terhadap Islam. Hal tersebut juga berlaku di luar Indonesia. Makin terbukti bahwa Islam memang si bungsu yang dinanti bukan untuk dikasihi tetapi dinanti untuk dihabisi. Ingin dihabisi oleh umat-umat yang sudah dipesan oleh para nabi mereka untuk (kelak) menerima agama terakhir: Islam.
PENUTUP
Kini mayoritas penduduk Indonesia menganut Islam, mayoritas dalam jumlah sekaligus mayoritas dalam keterbelakangan. Pemahaman agama misalnya, masih banyak tercampur oleh faham-faham yang bertentangan dengan Islam sebagai warisan dari pra Islam. Selamatan sekian hari untuk yang mati, memohon kepada tempat-tempat atau benda-benda yang dianggap angker atau keramat, praktek santet dan adu kelahi hewan adalah beberapa contoh pemahaman/pengamalan agama yang kurang atau dangkal.
Pengaruh imperialis Barat makin memperparah mutu umat. Berbagai tempat maksiat serta berbagai faham dari Barat semisal sekularisme, hedonisme, materialisme, bahkan ateisme sempat atau masih – atau bahkan makin – hadir di Indonesia. Keinginan untuk melaksanakan syari’at Islam dalam segala aspek – termasuk kehidupan bernegara – jelas tidak mungkin terlaksana dengan suasana macam ini. Yang menentang bukan hanya non Muslim tetapi juga Muslim karena kedangkalan pemahaman mereka. Sebelum melangkah pada pelaksanaan syari’at Islam haruslah ada proses persiapan yang tidak singkat mengingat tidak mudah. Untuk sampai ke tujuan tersebut hanya da’wah yang terus menerus baik perkataan (da’wah bil lisaan) maupun perbuatan/teladan (da’wah bil haal) yang dapat memberi harapan. Beramai-ramai para ulama masuk parpol, atau membentuk banyak parpol berazaz Islam atau sebanyak mungkin bercokol dalam MPR/DPR tidak dapat dijadikan ukuran sukses mengislamkan Indonesia. Bukan jarang dengan berpolitik praktis kepentingan umat terabaikan, lalai karena nikmat dari jabatan. Kelak ujung-ujungnya bukan sibuk mengurus umat tetapi sibuk mengurus jabatan – termasuk mempertahankan. Maka penulis ulangi: mengislamkan Indonesia harus mulai dengan da’wah, perbaiki mutu umat – khususnya pemahaman agama – sehingga bukan mustahil tanpa resmipun mencantumkan syari’at Islam dalam konstitusi maupun hukum tertulis lain kaum Muslim menjadi Islamiy sehingga segala aspek hidup bercorak Islamiy pula. Ingat! Muhammad butuh waktu 22 tahun mewujudkan masyarakat Islamiy. Jangan harap kita manusia biasa mampu mewujudkan masyarakat Islamiy dalam sekejap bagai sulap. Maka tetaplah da’wah Islam di Indonesia adalah kerja yang tak kunjung mengenal rampung. Wallahu a’lam bish shawwab.
Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
UMAT ISLAM: UMAT YANG TERKEPUNG
PENDAHULUAN
Sejak awal kehadiran manusia, tuhan menuntun manusia untuk tetap pada jalan lurus (al-shirath al-mustaqim) yaitu jalan yang diridhai, mengingat sejak awal telah tercipta permusuhan antara insan dan setan. Setan telah bersumpah akan menyelewengkan manusia dari jalan tuhan karena merasa “tersaingi” oleh manusia yang notabene adalah makhluk terakhir muncul. Padahal penciptaan segala makhluk adalah kuasa tuhan, bukan kehendak makhluk.
Adapun bentuk tuntunan tersebut adalah mengutus para nabi dengan berbekal wahyu, bahkan manusia pertama adalah nabi yaitu Adam. Adam adalah juga manusia pertama yang telah mengalami sendiri permusuhan setan yang notabene adalah “salah alamat”, kalau jengkel silakan kepada tuhan jangan kepada insan. Beliau – mengingat belum berpengalaman hidup – sempat terjebak manuver setan, makhluk yang jauh lebih “senior” dalam umur dan pengalaman.
Pengalaman pahit tersebut merupakan pelajaran mahal baginya, beliau bertekad tidak akan terjebak lagi – demikian pula keturunananya. Setelah “dilantik” menjadi nabi, beliau bagai tak kenal lelah selama hidupnya menjaga keturunannya dari jebakan setan.
Namun manusia berikutnya yang terjebak justru anaknya sendiri – agaknya ada hikmah dibalik itu – yang dikenal dalam sumber Islam bernama Qabil.
Dalam beberapa sumber disebut bahwa sebelum Adam dijebak, tuhan telah memberi tahu kepadanya bahwa dari keturunannya kelak menjadi manusia termulia karena dia adalah nabi terakhir. Hal tersebut ditegaskan lagi setelah beliau terjebak, bahwa keturunannya tersebut kelak akan mengalahkan kuasa setan terhadap manusia. Bahkan disebut pula namanya, yaitu Muhammad.
Sejak itu, Adam – yang sempat merasa terpukul akibat manuver setan – kembali menjadi optimis bahwa kelak akhirnya setan dikalahkan, dikalahkan oleh keturunannya pula. Dia menunggu kehadiran sosok tersebut dengan sabar yang ternyata menjadi penantian yang sangat panjang – lebih panjang dari umurnya. Adam wafat dalam usia sekitar 1000 tahun tanpa sempat bertemu dengan “sang juru selamat”.
Sejak Adam, setiap nabi yang tampil selalu diberi tahu oleh tuhan dan harus disampaikan kepada umatnya bahwa kelak akan muncul nabi terakhir pembawa agama terakhir. Jika sempat bertemu dia hendaklah ikuti dia. Begitulah berlangsung dari waktu ke waktu.
Walaupun para nabi yang tersebut dalam al-Qur-an hanya 25 nama, sesungguhnya jumlah nabi lebih banyak dari itu. Dalam al-Qur-an disebut bahwa setiap kaum diutus nabi dan tidak semua nama nabi tersebut diberitahu kepada umat manusia, hadits menyebut ada 124.000 nabi. Manusia dipersilakan menyelidiki sendiri siapakah nama nabi selain 25 orang tersebut.
Sikap umat yang didatangi nabi tersebut beragam: ada yang percaya dan ada yang menyangkal. Ini juga tidak terlepas dari manuver setan mengingat setan tahu pula sejak awal bahwa tuhan akan menciptakan manusia yang paling mulia dari segala makhluk. Mungkin ini pula yang turut menjadi faktor kebenciannya terhadap manusia.
Golongan yang percaya kepada ramalan tersebut menunggu dengan penuh harap tetapi jumlah mereka sedikit. Yang menolak sebagian atau seluruh ajaran yang dibawa para nabi tersebut mencoba menghapus atau mengubah pesan tersebut. Para elit umat – terutama elit keagamaan – berperan besar mengkhianati amanat nabinya. Pesan “jika bertemu dia ikutilah dia” diubah menjadi “jika bertemu dia habisi dia”. Habisi riwayatnya, habisi agamanya dan tentu saja habisi umatnya.
Ketika sosok yang dimaksud tersebut datang, golongan yang percaya segera mengikutinya dan yang menyangkal mencoba menghabisinya. Hal tersebut terbukti sejak awal, nabi terakhir yaitu Muhammad dengan agama terakhir yaitu Islam nyaris tiada henti menghadapi berbagai usaha menumpasnya. Dan terjadilah hal tersebut berlangsung hingga akhir dunia.
KEHADIRAN ISLAM
Dari penjelasan di atas, nyatalah bahwa kehadiran Muhammad dengan Islam bukanlah “paket” tuhan yang begitu saja jatuh dari langit, tetapi adalah lanjutan dari karya para nabi sebelumnya. Dengan demikian antara para nabi sesungguhnya tidak ada perselisihan, yang berselisih justru umatnya – selisih dengan seumat maupun selisih dengan lain umat. Ini dijelaskan dalam al-Qur-an bahwa kelak manusia akan berselisih setelah mendapat penjelasan, bukan hanya selisih pakai mulut tetapi juga dengan senjata.
Islam lahir di Arabia pada abad-7 tetapi bukan hanya untuk bangsa Arab dan abad-7, agama terakhir tersebut “dirancang” untuk segala zaman dan tempat. Dengan demikian, Islam terjaga keasliannya walaupun berbagai usaha dilaksanakan untuk mencemarinya. Walaupun kelak terbukti bahwa pemahaman dan pengamalan Islam ada yang tercemar oleh faham-faham lain, tetapi sumber utamanya yaitu kitab suci al-Qur-an tetap terjaga keasliannya – ini dijamin tuhan sendiri. Adapun hadits Nabi Muhammad, walaupun tidak ada jaminan keasliannya tetapi nyaris seluruhnya diketahui mana yang asli mana yang palsu. Berbeda dengan semua agama sebelum Islam, sumber utamanya yaitu wahyu / kitab suci telah tercampur dengan tulisan atau perkataan lain. Karena agama-agama tersebut tidak dirancang tahan lama.
Dengan demikian, Islam lahir ketika di kolong langit ini telah ada agama-agama lain dengan umat dan kitabnya. Sebagai contoh, di wilayah Romawi mayoritas beragama Nashrani, di wilayah Persia mayoritas beragama Zaratushtra atau dalam Islam dikenal istilah “Majusi”, di India mayoritas beragama Hindu dan Budha, di Cina mayoritas beragama Konghucu. Selain itu terdapat umat Yahudi, umat ini terserak sebagai minoritas dari pantai Atlantik hingga pantai Pasifik – mirip dengan agama Manu atau Manichaen, agama yang lahir di Persia.
Khusus di Arabia, sejak sekitar tahun 2000 BC hadir agama yang dikenal dengan “Hanif”, agama Nabi Ibrahim. Agama tersebut adalah “leluhur” agama Yahudi, Nashrani dan Islam. Dan Ibrahim sendiri adalah leluhur para pembawa agama tersebut di atas yaitu Musa, al-Masih dan Muhammad. Perlu diketahui bahwa Yahudi dan Nashrani juga sempat hadir di Arabia. Sebagaimana tersebut di atas, berbagai agama tersebut telah telah berkurang atau bahkan mungkin hilang keasliannya. Hal ini tentu saja sulit diakui oleh mayoritas umatnya.
Kesulitan untuk mengakui terbukti dari kesigapan mereka menolak Islam. Penolakan pertama justru berasal dari keluarga nabi sendiri, sosok Abu Lahab adalah contoh yang paling dekat hubungannya dengan nabi karena dia adalah sang paman. Dia termasuk yang terdepan menentang Islam.
Selain itu, penolakan terhadap Islam juga berdasar keterbiasaan dengan agamanya. Terutama kelompok keagamaan, mereka sudah merasa nyaman menjadi tokoh agama tersebut: dipandang atau dihormati masyarakat. Pindah agama membuat mereka berubah dari ahli agama menjadi awam agama: harus belajar lagi dari awal. Dan masih ada sebab-sebab lainnya.
Riwayat nabi memperkenalkan Islam penuh dengan berbagai detail yang mengerikan: dari perlakuan kejam terhadap kaum Muslim hingga peperangan berulang kali, yang jelas minta korban harta dan nyawa. Barulah pada tahun 632 – tahun wafat Muhammad – Islam mendapat level terhormat di Arabia.
Secara menyeluruh selama berabad-abad, kaum Muslim membagi umat beragama menjadi 2 kelompok yaitu umat samawi atau ahlul kitab atau kitabi – mencakup Yahudi, Nashrani dan Islam – serta umat non samawi atau non kitabi – mencakup antara lain Hindu dan Budha. Kini ada pendapat – walau masih terdapat kontroversi – yang memasukkan agama Hindu dan Budha termasuk kitabi karena juga memiliki kitab suci, dengan demikian penilaian bahwa Hindu dan Budha termasuk non kitabi terkesan kurang adil atau kurang berdasar. Penilaian tersebut sedikit banyak mempengaruhi cara memperlakukan berbagai umat non Muslim. Dalam banyak kasus, agaknya kaum Yahudi dan Nashrani mendapat perlakuan relatif sedikit lebih istimewa. Mungkin pembagian yang lebih tepat untuk kaum Muslim untuk kini dan seterusnya adalah agama serumpun dan agama non serumpun di mana Yahudi dan Nashrani adalah termasuk serumpun karena berasal dari “moyang” yang sama yaitu Ibrahim.
Seiring dengan perluasan “langkah” Islam, meluas pula tantangan terhadap agama ini. Di kota Makkah, kaum Muslim dilawan oleh penyembah berhala yang merasa masih menganut agama Hanif. Di Madinah, lawan bertambah dengan tantangan kaum Yahudi. Dari tetangga Arabia bertambah lagi dengan Bizantium (Romawi Timur) yang Nashrani dan Persia Sassanida yang Majusi, yaitu tantangan yang berdasar rasa cemas jika Islam melangkah keluar batas Arabia. Untuk itu mereka secara rahasia membantu gerakan anti Islam di dalam Arabia sekaligus meredakan permusuhan antara mereka yang telah berlangsung ratusan tahun – minimal sampai kaum Muslim tertumpas.
Sikap penguasa kedua super power tersebut tidaklah didukung oleh mayoritas rakyatnya. Mereka berabad-abad ditindas oleh penguasa yang nota bene seagama, rakyat begitu lama mendambakan kebebasan. Dan memihak kaum Muslim sampai batas tertentu agaknya merupakan pilihan menarik.
Demikianlah, ketika bentrokan terbuka antara kaum Muslim dengan koalisi goyah Bizantium-Persia sungguh terjadi, rakyat di wilayah kerajaan tersebut membantu. Ternyata pilihan mereka tepat – dalam banyak kasus, kaum Muslim memperlakukan rakyat dengan begitu manusiawi, khususnya rakyat dibiarkan menganut agamanya. Tanpa dipaksa, mayoritas rakyat kelak memilih Islam.
Gerak maju perluasan wilayah kaum Muslim mencapai batas maksimal sekitar tahun 732, kaum Muslim menguasai wilayah yang membentang dari pantai Atlantik hingga batas Cina. Selain itu Islam berkembang keluar wilayah taklukan dan juga dalam wilayah taklukan ada yang dihuni mayoritas non Muslim.
Di tapal batas India dan Cina, kaum Muslim bertemu dengan umat Hindu, Budha dan Konghucu. Walaupun hubungan antara bangsa Arab dengan India dan Cina telah berlangsung sejak pra Islam, agaknya Muhammad belum mengenal persis agama yang dianut kedua bangsa tersebut. Dia hanya tahu bahwa mereka masih non Muslim – bahkan non kitabi – mengingat di Arabia sendiri belum semua menjadi Muslim. Sejak itu selama berabad-abad kaum Muslim mengelompokkan ketiga agama tersebut sama dengan Majusi sebagai agama non kitabi.
Selain kenal dengan umat lain, perluasan wilayah tersebut juga memperkenalkan peradaban lain, yang dalam beberapa hal lebih canggih dari pada kaum Muslim. Ini merupakan tantangan yang menarik: bagaimana Islam dapat diterima oleh kaum tersebut?
Kaum Muslim segera mewarisi peradaban pra Islam dengan cara menerima yang sesuai dengan Islam dan menolak yang tak sesuai. Sedapat mungkin peradaban tersebut “diislamkan” kemudian dikembangkan dengan memperkayanya. Bukan jarang usaha tersebut dengan mengajak non Muslim. Sementara itu peradaban yang tidak sesuai dengan Islam tidaklah dilarang untuk dipertahankan oleh non Muslim sejauh tidak mempengaruhi identitas Muslim. Maka tampillah peradaban yang memberi sumbangsih besar bagi martabat kemanusiaan. Warisan Muslim tersebut masih berpengaruh hingga kini walau sangat sedikit yang sadar.
Walaupun terdapat hubungan harmonis semacam itu, ancaman terhadap keberadaan Islam tetap ada. Hanya menunggu peluang untuk tampil, umumnya saat kaum Muslim sedang lengah atau lemah. Kelak dari semua kelompok anti Islam, ada kelompok yang tampil dominan melawan atau mengganggu kaum Muslim disegala aspek hingga kini. Kelompok yang penulis maksud adalah imperialis Barat. Adapun kelompok lain praktis hanya menjadi antek. Mereka hanya berselisih atau berpecah belah sejauh tidak terkait dengan Islam. Tetapi begitu terkait dengan apa yang disebut “ancaman”, “radikalisme”, “fundamentalisme”, “ekstrimisme” atau “fanatisme” Islam maka mereka satu kata, satu suara, satu gaya dan satu kerja. Karena mereka adalah umat-umat yang telah dipesan oleh nabi mereka untuk menerima Islam, tetapi memperlakukan Islam sebagai “si bungsu yang dinanti bukan untuk dikasihi tetapi dinanti untuk dihabisi” akibat pengaruh para elitnya. Hal inilah yang membuat kaum Muslim sejak awal menjadi umat yang pas dengan judul tulisan ini: terkepung!
SEKILAS TENTANG IMPERIALISME BARAT
Imperialisme Barat sesungguhnya telah ada jauh sebelum Islam, bahkan sebelum Masehi. Asal muasalnya adalah negeri yang kita kenal dengan Yunani, yang dinilai sebagai asal muasal peradaban Barat. Bangsa Yunani menilai diri sendiri sebagai bangsa unggul atau mulia – entah atas dasar apa. Memang mereka sempat meraih peradaban canggih, tetapi hal tersebut karena pengaruh peradaban sebelumnya dari Timur semisal Mesir, Mesopotamia, Asiria dan Funisia. Mereka membagi manusia kepada 2 macam yaitu bangsa Yunani dan bangsa barbar (biadab). Bahkan bangsa-bangsa yang telah berjasa memperadabkan Yunani tersebut di atas dinilai pula barbar.
Faham rasialis tersebut melahirkan faham imperialis: Yunani dianggap sebagai bangsa unggul, karena itu berhak memimpin bangsa lain termasuk dalam bentuk penjajahan. Atas dasar tersebut, Alexander Yang Agung bergerak menaklukan dunia Timur sejauh perbatasan India dan Cina.
Penaklukan tersebut membuka kesadaran akan keunggulan bangsa-bangsa lain, dia mencoba merukunkan Barat dengan Timur dengan tetap dia di puncak kekuasaan. Hasilnya adalah suatu peradaban campuran yang disebut Hellenisme.
Pewarisnya yaitu Romawi juga demikian, selain mewarisi peradaban Yunani mereka juga mewarisi peradaban Timur yang sama. Tetapi rasa unggul diri tetap tidak hilang: Romawi menaklukan dunia Timur dari Asia Barat hingga ujung Afrika Utara.
Sekitar abad-4 agama Nashrani mendapat level terhormat di dunia Romawi, agama tersebut memang lahir di wilayah taklukan Romawi yaitu Palestina. Maka leburlah kenasharanian dengan kebaratan, hal tersebut sadar tidak sadar menimbulkan anggapan bahwa Nashrani terkait dengan imperialisme Barat. Artinya mungkin begini: penyebaran agama Nashrani dilaksanakan dengan cara antara lain imperialisme, karena itu imperialisme dianggap bagian dari Nashrani walaupun jelas bahwa Nashrani adalah agama yang lahir dari Timur, yang tidak ada kaitan apapun dengan imperialisme. Anggapan inilah yang kelak makin memperparah hubungan Barat dengan non Barat dan dampak yang ditimbulkannya masih terasa hingga kini, antara lain juga menampilkan anggapan bahwa “imperialis adalah Barat dan Barat adalah imperialis”. Jika Timur terdapat imperialisme, sering dinilai sebagai meniru atau dimulai oleh Barat: imperialisme Timur adalah reaksi terhadap imperialisme Barat. Contoh kasus ini dalah Jepang, menyaksikan bangsa-bangsa Barat beramai-ramai berebut wilayah jajahan jauh dari negara mereka maka Jepang juga tergoda berbuat serupa. Jepang menilai bahwa dunia Timur adalah hak Jepang dan bukan hak Barat.
Waktu bergerak terus, imperialisme Barat memiliki “ahli waris” semisal Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Portugis dan Belanda. Perang salib pada abad-11 dan perang kolonial pada abad-16 adalah proyek penaklukan dunia lain oleh imperialisme Barat. Umumnya “diperbagus” dengan semboyan muluk semisal “perdamaian”, “peradaban”, “kemakmuran” dan aduhai masih banyak lagi. Ini masih berlangsung hingga kini. Kasus penyerbuan Iraq oleh koalisi AS-Inggris bulan Maret 2003 juga tidak jauh dari perang kolonial dengan pemakaian semboyan tersebut di atas. Siapa yang berani menentang segera mendapat cap “teroris”, “ekstremis”, “bandit”, “pemberontak” dan berbagai sebutan seram lainnya. Persis kasus konflik Belanda-Indonesia sebelum dan sesudah 1945.
Umumnya imperialis Barat jarang sukses mengalahkan Timur tanpa keroyokan. Jarang kasus Barat mengalahkan Timur dengan satu lawan satu. Sejarah banyak menyajikan hal tersebut: Cina, Turki, dan terakhir adalah Afghanistan dan Iraq kalah karena dikeroyok. Dan kekalahan AS di Vietnam dan Rusia di Afghanistan adalah contoh perang satu lawan satu.
Setelah selama berabad-abad menghadapi berbagai macam lawan, imperialis Barat agaknya mendapat kesimpulan: lawan yang paling berat adalah Islam, atau kaum Muslim.
MENGHIMPUN UNTUK KUAT, KEMUDIAN MENGEPUNG UMAT
Seakan tidak cukup menghimpun kekuatan sesama Barat, imperialis Barat mencoba pula merangkul non Barat untuk melawan gerakan anti imperialis. Kehancuran Baghdad tahun 1258 oleh serbuan pasukan Mongol pimpinan Hulagu Khan menyerbu Asia Barat tak terlepas dari kesuksesan Barat untuk merangkul non Barat melawan Muslim. Tersebutlah kisah bahwa aset non Muslim banyak yang selamat dari penghancuran karena istri Hulagu Khan adalah agen Barat. Dia yang menetapkan hanya aset Muslim yang dihancurkan semisal masjid, pustaka, istana dan sekolah. Memang, kehancuran Baghdad adalah lembaran sejarah yang sejauh ini paling hitam bagi Muslim.
Usaha lain Barat untuk melawan Muslim adalah mengirim beberapa utusan ke dunia Timur untuk membentuk front bersama, antara lain musafir asal Italia bernama Marco Polo. Dia pernah menetap di istana Kubilai Khan di Khanbaligh (kini Beijing). Mongol pernah pula mengirim utusan hingga sejauh Inggris. Dengan demikian dunia Muslim dikepung dari barat dan timur, persis pengepungan yang dilaksanakan oleh Persia dan Bizantium pada masa Muhammad.
Di Indonesia pernah diterapkan cara tersebut. Demak adalah negara Muslim pertama di Jawa, sejak awal Demak harus berhadapan dengan 2 front: Portugis di luar negeri dan negara dari pra Islam di dalam negeri yaitu Majapahit dan Pajajaran. Pernah utusan Majapahit berkunjung ke Malaka – bekas negara Muslim – yang telah ditaklukan Portugis dan juga tercapai perjanjian Portugis-Pajajaran yang mengizinkan Portugis membangun pangkalan di Sunda Kelapa (kini Jakarta).
Demak berusaha mencegah akibat lebih jauh dengan menaklukan pesisir utara Jawa Barat sejauh Selat Sunda dan pesisir utara Jawa Timur sejauh Pasuruan. Portugis memang gagal bercokol di Jawa tetapi sultan terbunuh dalam konflik intern ketika memimpin gerakan ke timur.
Di Asia Barat, ketika Perang Dunia-1 (1914-8) berlangsung, Inggris terlibat perang dengan Turki. Turki menguasai Asia Barat sejak abad-16 termasuk Palestina – tanah suci Yahudi, Nashrani dan Islam. Inggris melihat peluang untuk menebus kekalahan Barat dalam perang salib namun merasa ragu akan mampu mengerjakan sendiri. Persekutuannya dengan Perancis dan Rusia dinilai pula tidak cukup untuk mengalahkan Turki. Harus cari sekutu lain tetapi dari Timur atau Muslim.
Kolonel Thomas Edward Lawrence di tunjuk untuk membentuk persekutuan dengan bangsa Arab. Waktunya tepat, bangsa Arab sedang memendam rasa tidak puas terhadap Turki. Ini tidak mengherankan, sejak abad-18 Turki berangsur-angsur mengalami proses pembusukan dengan kebobrokan di segala bidang. Bangsa Arab dijanjikan akan mendapat kemerdekaan.
Pembusukan dari dalam ditambah penyerbuan dari luar oleh Inggris, Perancis dan Rusia ditambah bangsa Arab, India dan Gurkha menyebabkan Turki kalah. Melengkapi kekalahan tersebut, Barat sukses menyusupkan anteknya yaitu Mushthafa Kamal Basya alias Attaturk untuk mengobarkan kudeta terhadap sistem khilafah dan mengganti dengan republik. Begitu berkuasa, Attaturk melaksanakan gerakan deislamisasi semisal mengusir khalifah terakhir, larangan jilbab dan surban, menghapus huruf Arab, menutup madrasah dan zawiyah serta menghapus syariat dalam konstitusi.
Adapun bangsa Arab mendapat “buah” dari persekongkolannya dengan Barat yaitu Palestina, Yordania dan Iraq menjadi mandat Inggris. Suriah dan Libanon menjadi mandat Perancis. Istilah “mandat” hanya penghalus istilah “jajah”. Sementara itu Inggris makin mencengkeram India.
Kaum Muslim agaknya belum insyaf dari kekeliruannya. Kemajuan Barat sejak awal abad-19 menyebabkan kaum Muslim cenderung kagum atau takut kepada Barat. Bukannya bersatu padu melawan imperialis, tetapi berpecah belah memihak imperialis. Kekeliruan serupa diulangi di awal abad-21, serangan berani mati dengan pesawat ke gedung kembar WTC di New York dan gedung Pentagon pada 11 September 2001 adalah momentum yang tepat dan dimanfaatkan dengan ampuh oleh imperialis Barat untuk melawan Muslim – walaupun secara resmi tidak dimaksud demikian. Karena keunggulan propaganda imperialis, segera tampil “paduan suara” internasional – termasuk kaum Muslim – yang menuduh dan mengutuk gerakan al-Qa-idah dan Thaliban sebagai fihak yang bertanggungjawab. Segera mata dan telinga internasional mengarah ke Afghanistan, negeri terbelakang akibat perang panjang dan kejam dengan imperialis Barat berideologi komunis bernama Uni Soviet. Negeri tersebut dipaksa untuk berperang lagi melawan imperialis Barat berideologi salibis-zionis bernama AS dan Inggris dengan dukungan komunis di Cina dan sisa-sisanya di bekas Uni Soviet.
Penumpasan terhadap aktivis Muslim di Afghanistan dilanjutkan ke seantero dunia, tidak terkecuali di Asia Tenggara. Di Indonesia, para antek Barat – Muslim maupun non Muslim – mendukung gerakan imperialis dalam kampanye yang disebut “melawan terorisme”. Beberapa aktivis Muslim diintai, dikejar, diculik atau ditangkap. Demi memuaskan selera imperialis, pemerintah Indonesia menzhalimi warganya sendiri. Ini tak mengherankan, sejak merdeka kelompok Islamofobia mendominasi politik, ekonomi dan hankam. Kelompok tersebut telah berperan besar menumpas aktivis Muslim semisal Darul Islam atau membantai kaum Muslim di Tanjung Priok, Lampung dan Aceh. Revolusi 1998 sempat menggoyahkan posisi mereka tetapi tidak lama, mereka tersebar dan menyusup ke berbagai kekuatan kelompok masyarakat yang ada – bahkan masih ada yang tetap bercokol di pemerintahan. Mereka melanjutkan “karya” mereka: melawan kebangkitan Muslim, jika perlu dengan bantuan imperialis melawan bangsanya atau umatnya sendiri.
PENUTUP
Pada akhir 1979 bertepatan dengan 1 Muharram 1400 Hijrah atau masuk abad-15 Hijrah dicanangkan sebagai awal kebangkitan Muslim. Mungkin pencanangan ini diilhami oleh awal kebangkitan Barat abad-15 yang dikenal dengan Renaissance, yang mengantar Barat pada kemajuan segala bidang. Jika benar diilhami dari Barat, sepertinya kaum Muslim tidak memasalahkannya karena kebangkitan Barat tersebut juga diilhami oleh kemajuan Muslim pada perioda 700-1400. Prestasi kemanusiaan Muslim banyak mempengaruhi Barat. Tetapi awal kebangkitan Muslim – agaknya mirip pula dengan awal kebangkitan Barat – perlu proses panjang dan kejam untuk meraih posisi puncak. Perang Afghan-Rusia (1979-89), Perang Iran-Iraq atau Perang Teluk I (1980-8), Perang Arab-Israel 1982, Perang Teluk II antara Iraq dengan koalisi pimpinan AS (1990-1), Perang antara Afghan dengan koalisi pimpinan AS (2001), Perang Teluk III yang menumbangkan rezim Shaddam Hussayn (Maret-Mei 2003) serta berbagai konflik yang mengorbankan kaum Muslim di berbagai tempat termasuk Indonesia agaknya membuat sebagian orang pesimis atau skeptis: benarkah kaum abad-15 Hijrah adalah kebangkitan Muslim?
Jawaban tersebut tentu terpulang kepada kaum Muslim sendiri, apakah syarat-syarat kebangkitan telah terpenuhi? Adapun penulis menilai “belum” mengingat beberapa hal yaitu:
1. Perpecahan: kaum Muslim terpecah belah nyaris pada segala segi. Dalam hal agama masih terbagi ke dalam berbagai mazhab dan sekta yang memberi peluang konflik intern yang berdarah-darah. Ketika non Muslim sudah menginjak-injak bulan, kaum Muslim masih bertengkar soal penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan. Dalam politik masih terbagi ke dalam berbagai faham yang non Islam bahkan bertentangan dengan Islam semisal sekularisme, kapitalisme, komunisme dan chauvinisme. Di dunia Arab misalnya, ada kecenderungan untuk menonjolkan kearaban dibandingkan keislaman, bahkan lebih menonjolkan kenegaraan dibandingkan kebangsaan. Orang menyebut dahulu asal Iraq, Mesir, Suriah, Saudi, Maroko dan sebagainya kemudian menyebut Arab.
2. Keterbelakangan: terhitung sejak abad-16 yaitu bertepatan dengan imperialisme Barat, kaum Muslim terlibat perang panjang dan kejam dengan mereka. Perang tersebut meminta korban harta dan nyawa kaum Muslim. Banyak aset umat semisal masjid, madrasah atau pesantren rusak atau hancur. Banyak ulama dan santri yang tewas, hilang atau ditangkap. Peluang untuk membangun praktis tidak ada. Keterbelakangan tersebut terlestarikan setelah merdeka oleh para elit yang tidak amanah terhadap kekayaan dan kekuasaan.
3. Kelengahan: kaum Muslim terkesan tidak sadar bahwa jika umat manusia dibagi menjadi Muslim dan non Muslim maka sesungguhnya lebih banyak non Muslim ketimbang Muslim. Memang, kaum Muslim (2000) berjumlah sekitar 1.000.000.000 tetapi pada saat bersamaan jumlah umat manusia sekitar 6.000.000.000. Berarti kaum Muslim hanya 1/6 dari jumlah penduduk kolong langit ini. Berarti pula selebihnya adalah non Muslim, yang nota bene jumlah tersebut dapat memiliki potensi sebagai lawan – dan memang ada yang menjadi lawan. Belum lagi yang berpotensi sebagai “musuh dalam selimut” atau “musang berbulu ayam”.
4. Cinta dunia takut mati: inilah peringatan jitu Muhammad menjelang wafat. Jitu karena sungguh kena untuk kaum Muslim kini. Nikmat dunia yang disodorkan Barat semisal materialisme dan hedonisme memegang peranan penting menciptakan “penyakit” ini. Sadar tidak sadar penyakit ini telah menjangkiti kita.
Jika ini berkelanjutan, bukan mustahil kebangkitan Muslim hanya mimpi di siang bolong dan tetaplah kaum Muslim menjadi umat terkepung. Wallahua’lam bish shawwab.
Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
Sepertinya gan, hari inipun kita tetap wajib berjihad melaksanakan hukum Allah, setuju ga ?
Panjang banget setuju gan
panjang sekali, nanti saya resapi
Salam kenal nasi tumpeng 17 agustusan
panjang2 ya…