Dari sekian peristiwa berdarah di masa kepemimpinan Soeharto adalah peristiwa Talangsari 1989 di Dusun Talangsari III, Desa Rajabasa Lama, Lampung Timur.
Peristiwa Talangsari Lampung menjadi kisah tragis yang dilupakan negara. Ratusan orang yang saat itu menjadi korban seakan tidak berhak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, serta mendapatkan keadilan lewat penghukuman pelaku dan pemulihan hak-haknya. Bertahun-tahun, korban yang masih menderita atas peristiwa itu juga mengalami teror dan intimidasi dari pihak-pihak yang terlibat dalam kejahatan tersebut. Upaya damai lewat islah memberi dampak negatif terhadap hubungan antar sesama korban yang kemudian terpecah. Bergantinya pemerintahan juga tidak merubah sikap negara untuk mengusut tragedi ini. Negara justru terkesan berdiam diri dan pura-pura tidak mendengar suara korban.
******
Kamis Malam, 9 Feb 1989, pukul 21.00, Acara televisi favorit saat itu, Dunia Dalam Berita TVRI. Panglima ABRI Jenderal TNI Try Soetrisno berseragam lengkap, tampil bicara.
Jenderal Try: “Saudara-saudara, sebangsa se-tanah air. Hari ini telah terjadi kerusuhan kecil di Talangsari, Lampung. Sekelompok GPK melakukan perlawanan terhadap prajurit TNI yang sedang melaksanakan tugas,” Jenderal Try menghela napas.
“Dalam kontak senjata, putera terbaik bangsa, Danramil Way Jepara, Kapten TNI Soetiman, gugur di medan tugas. Ia terkena panah beracun pihak GPK. Dua prajurit TNI lainnya terluka parah. Dari pihak GPK dilaporkan, enam tewas. Situasi di lokasi kejadian kini aman di bawah kendali prajurit TNI,” tutur Try.
Kisah berawal dari seorang tokoh bernama Warsidi yang dicurigai aparat karena ingin membuat gerakan untuk menjadikan Negara Islam di Indonesia.
Aparat mencium aktivitas Warsidi dan pada 6 Februari 1989 pemerintah setempat melalui Musyawarah Pimpinan Kecamatan (MUSPIKA) dipimpin oleh Danramil Way Jepara Kapten Soetiman mendatangi kediamannya untuk meminta keterangan kepada Warsidi beserta pengikutnya.Namun, kedatangan Kapten Soetiman disambut dengan perlawanan oleh pengikut Warsidi. Akibatnya, Kapten Soetiman tewas dan dikuburkan di Talangsari.Pemerintah langsung mengambil tindakan tegas dan mengirim tentara dari Korem Garuda Hitam tanggal 7 Februari 1989 yang saat itu dipimpin oleh Kol Hendropriyono.
Harinya Selasa, 7 Februari 1989. Umat Islam baru saja membenahi salat subuh. Tiba-tiba terdengar tembakan, gencar menyiram bangsal pengikut Warsidi di dukuh yang masuk bilangan Way Jepara, Lampung Tengah itu. Pekik tangis pecah ke angkasa, bersama desing peluru.
Danrem 043 Garuda Hitam Kol. Hendropriyono bersama lebih dari satu batalion pasukan infantri dibantu beberapa Kompi Brimob, CPM dan Polisi setempat mengepung dan menyerbu perkampungan Cihideung dengan posisi tapal kuda, marah bagai dirasuk dendam.
Dari arah Utara (Pakuan Aji), Selatan (Kelahang) & timur (Kebon Coklat, Rajabasa Lama). Sementara arah barat yang ditumbuhi pohon singkong dan jagung dibiarkan terbuka. pasukan yang dilengkapi senjata modern M-16, bom pembakar (napalm), granat dan dua buah helikopter yang membentengi arah barat. Melihat penyerbuan terencana dan besar-besaran, dan tidak ada jalan keluar bagi jama’ah untuk meyelamatkan diri, jama’ah hanya bisa membentengi diri dengan membekali senjata seadanya. Tanpa ada dialog dan peringatan, penyerangan dimulai.
Pukul 07.00 : Karena kekuatan yang tidak seimbang, pasukan yang dipimpin mantan menteri Transmigrasi berhasil menguasai perkampungan jama’ah dan memburu jama’ah. Dalam perburuan itu, aparat memaksa Ahmad (10 th) anak angkat Imam Bakri sebagai penunjuk tempat-tempat persembunyian dan orang yang disuruh masuk kedalam rumah-rumah yang dihuni oleh ratusan jema’ah yang kebanyakan terdiri dari wanita dan anak-anak. Setelah menggunakan Ahmad, aparat berhasil mengeluarkan paksa sekitar 20 orang ibu-ibu dan anak-anak dari pondok Jayus. Ibu Saudah, salah satu korban yang dikeluarkan paksa sudah melihat sekitar 80-an mayat yang bergelimpangan disana-sini hasil serangan aparat sejak pukul 05.30 tadi pagi.
Setelah dikumpulkan ke-20-an ibu-ibu dan anak-anak dipukul dan ditarik jilbanya sambil dimaki-maki aparat “Ini istri-istri PKI”. Didepan jama’ah seorang tentara mengatakan “Perempuan dan anak-anak ini juga harus dihabisi, karena akan tumbuh lagi nantinya”.
Pukul 07.30 : Tentara mulai membakar pondok-pondok yang berisi ratusan jama’ah dan anak-anak rumah panggung. dengan memaksa Ahmad menyiramkan bensin dan membakarnya. Dibawah ancaman senjata aparat, Ahmad berturut-turut diperintahkan untuk membakar rumah Jayus, Ibu Saudah, pondok pesantren dan bangunan-bangunan yang diduga berisi 80-100 orang terdiri dari bayi, anak-anak, ibu-ibu banyak diantaranya yang masih hamil, remaja dan orang tua dibakar disertai dengan tembakan-tembakan untuk meredam suara-suara teriakan lainnya.
Sambil membakar rumah-rumah tersebut, Purwoko (10 th) dipaksa aparat untuk mengenali wajah Warsidi dan Imam Bakri diantara mayat-mayat jama’ah yang bergelimpangan. Mayat Pak War dan Imam Bakri ditemukan setelah Purwoko hampir membolak-balik 80-an mayat.
Pukul 09.30 : Setelah ditemukan, kedua mayat tersebut kemudian diterlentangkan di pos jaga jama’ah dengan posisi kepala melewati tempat mayat tersebut diterlentangkan (mendenga’-leher terbuka-). Tak berapa lama, seorang tentara kemudian menggorok leher kedua mayat tersebut.
Pukul 13.00 : Kedua puluhan ibu dan anak-anak tadi kemudian berjalan kaki sekitar 2 Km untuk dibawa ke Kodim 0411 Metro .
Pukul 16.00 : Hendropriyono mengintrogasi ibu-ibu tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan: Ikut pengajian apa? Apa yang diajarkan? Gurunya siapa? Dan menerangkan bahwa jama’ah Warsidi batil karena menentang Pancasila dan mengamalkan ajaran PKI.
Pukul 17.00 : Jama’ah kemudian dimasukan kedalam penjara. Sementara di Sidorejo pada pagi harinya atas informasi, Sabrawi, supir bis Wasis, aparat bersama warga mengepung rumah Zamjuri. Bersama Zamzuri ada 8 orang jema’ah yaitu: Munjeni, Salman Suripto, Soni, Diono, Roni, Fahrudin, Isnan dan Mursalin Karena dituduh perampok oleh aparat, terjadilah bentrok dengan Polsek Sidorejo. Serma Sudargo (Polsek Sidorejo), Arifin Santoso (Kepala Desa Sidorejo) tewas. Dipihak jama’ah, Diono, Soni dan Mursalin tewas.sedangkan Roni terluka tembak.
Kamis, 9 Februari 1989 Pukul 08.40 : Jama’ah yang marah mendengar kebiadaban dan penahanan jama’ah di Kodim 0411 Metro tersebut menyerbu Kodim dan Yonif 143. Dalam penyerbuan itu, 6 orang jama’ah tewas. Sedangkan dipihak aparat pratu Supardi, Kopda Waryono, Kopda Bambang Irawan luka-luka terkena sabetan golok. 1 sepeda motor terbakar dan kaca depan mobil kijang pick up pecah.
Dua minggu kemudian : Tahanan ibu-ibu di Kodim dipindahkan ke Korem 043 Gatam. Di Korem, Hendropriyono memerintahkan anak buahnya untuk melepas paksa jilbab-jilbab ibu-ibu jama’ah sambil berkata “tarik saja, itu hanya kedok”. Penangkapan sisa-sisa anggota jama’ah oleh aparat dibantu masyarakat oleh operasi yang disebut oleh Try Sutrisno Penumpasan hingga keakar-akarnya; Penangkapan para aktivis islam di Jakarta, Bandung, solo, Boyolali, mataram, Bima & dompu melalui operasi intelejen yang sistematis yang banyak diantaranya sama sekali tidak mengetahui kejadian.
*****
Jumlah korban simpang-siur. Menurut versi tentara, korban tewas 27 orang. Tapi sejumlah lembaga swadaya masyarakat menghitung 246 korban tewas. Pemerintah memburu jaringan kelompok ini ke Jakarta dan Jawa Tengah. Beberapa pengikut tertangkap, dijebloskan ke bui.
Seperti tragedi kemanusiaan lainnya, suara korban Talangsari baru didengar setelah Soeharto jatuh, 21 Mei 1998. Korban dan aktivis kemanusiaan menuntut pemerintah segera mengadili pelaku penembakan.
Pada Juni 2001, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) membentuk tim ad hoc untuk menyelidiki kasus ini. Hasilnya tak jelas. Belakangan, Komnas membentuk tim penyelidikan. Tim ini terjun ke lapangan mewawancarai korban, keluarga korban, dan sejumlah pelaku. Penyelidikan itu selesai pada pertengahan Mei 2006.
Penyelesaian kasus ini berkelok. Hasil kerja tim masih harus memasuki tahap analisis hukum. Pada tahap ini akan ditilik apakah tragedi Talangsari masuk kategori pelanggaran berat atau ringan. Hasil analisis itu pun harus dirapatkan lagi di pleno Komnas HAM.
Jika pleno menilai tidak terdapat pelanggaran berat hak asasi manusia, kasus ini cukup diselesaikan lewat peradilan umum. Tapi, jika terdapat pelanggaran berat hak asasi, penyelesaiannya bisa lewat dua pintu: Undang-Undang No. 26/2000 tentang Peradilan Hak Asasi Manusia, atau justru cukup lewat Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR).
Jalan berliku itu diprotes sejumlah aktivis hak asasi manusia dan korban Talangsari. Ahmad Fauzi Isnan, yang divonis 20 tahun penjara, berharap Komnas HAM bisa menyelesaikan kasus ini. Tentara yang terlibat, katanya, kini sudah jadi petinggi, malah berambisi menjadi penguasa. “Dengan segala cara, mereka akan berusaha agar tidak disebut penjahat perang,” katanya.
Sejumlah korban lain berharap pemerintah segera menuntaskan kasus ini. “Kami mendesak pemerintah segera membawa kasus ini ke pengadilan. Jangan berlama-lama,” kata Azwir Kaili, ketua keluarga korban Talangsari.
Hendropriyono sendiri lebih memilih jalur damai. Pada Februari 2000, ketika menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), ia mengundang 80 korban dan keluarga korban ke rumahnya di Jakarta, membahas jalur islah. Jalur damai ini ditentang sejumlah korban. Belakangan, beberapa korban yang ikut islah malah menarik diri. Kini kasus ini masih di tahap analisis hukum di Komnas HAM.
********
Kini Mesuji ……..
“Kita telah melawan, Nak, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya..” ~ Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer~
Referensi :
“ini istri-istri PKI”
“perempuan dan anak-anak ini juga harus dihabisi, karena akan tumbuh lagi nantinya”
doktrin kepada pasukan tentara sebelum berangkat tentunya berbunyi:”Kita akan menggempur sarang PKI, Sikat habis”
Masih ampuh, padahal itu tahun 1989.
Pastinya, peristiwa berdarah tersebut menjadi beban bagi aparat yang terlibat, itupun kalau mereka ada hati-nurani (iman).
Mesuji barangkali bukan Talangsari.
salam Kang KC.
Betul sekali …. Talangsari bukan Mesuji …. Talangsari soal Imani, Mesuji soal Ekonomi tapi Penguasa memperlakukan sama tanpa NURANI.
Salam kembali dan hatur tararengkyu
Lalu dmn hati nurani mereka mngandalkan Islam sebagai tameng???? Mengatasnamakan Islam wkt membunuh sang Kapten dan utusan lainya??? Anda dan sy mnikmati kehidupan yg “aman” di Era soeharto?? Tp itu bukan point saya bila dbandingkan dng jaman skrg dmn ormas bisa membunuh atas nama Islam dan para preman bisa membunuh atas nama “kerjaan”
Kasus talangsari mungkin melanggar HAM, tp mengatasnamakan Islam utk kekerasan WAJIB DI HAPUSKAN APAPUN CARANYA!!!
parah.., mesti dibalas baik di dunia ataupun di akhirat..,
mujahid kah?
iman versus dendam… iImu versus nafsu… roda bergulir, bumi berputar. Format yang sama, tujuan yang sama… mesuji-talangsari versus adu domba dan keserakahan.
miris dah, klo setiap kasus gak pernah terselesaikan. dijamin sampai kapan pun hal serupa akan terjadi..
Umat Islam itu hanya kepada ALLAH tempat berlindungnya, karena mereka yaqin bahwa hanya kepada ALLAh segala hal akan kembali. Matipun sudah hal yang mutlaq untuk direlakan. Segala fitnah yang kejam hanya ALLAH tmpat kita berlindung, semoga semua darah kaum muslimin wal muslimat menjadi harum digenggaman sang kholiq. Karena ALLAH telah tahu begitu besar keimanan dan ketaqwaan mereka hingga mati berlumur darah. “Menurut kami sendiri merika itu mati karena darah dgingnya sudah tidak sanggup lagi menahan besarnya iman dan taqwa didalam hatinya lalu darah itu tumpah dan luluh”.
Kaum perwira itu berideologi dan berazas Pancasila, mungkin mereka itu menganggap hanya kepada Pancasila mereka berbakti dan hanya kepada Pancasila mereka akan kembali, tak ada Pancasila mereka mati.
“Innalillaahi wa’inna ‘ilaihi rooji’uun”
(luq_man_kla_x)
Dalam negeri yg beradab mestinya gak ada tempat untuk kekerasan. Damai lebih indah dari segalanya, dan jalan untuk menuju itu dapat ditempuh melalui dialog…
Selamat tahun baru mas, sukses selalu ya…
TALANGSARI-MESUJI
Talangsari-dulu di sini
jiwa-jiwa dihabisi
tanpa diadili
kata tuan, “A”
maka bala lakukan “A”
hati nurani
terbeli semboyan-semboyan nisbi
Mesuji-Pengusaha dan penguasa
hanya bisa mencari aman dan nyaman semata
tak pedulikan rakyat jelata
kala hendak berontak di jalan menuju hak
mereka pun dihabisi
Nanti-“Nak, bila masih saja para penggawa
tetap berusaha memburu nyawa
yang tidak bersalah dan teraniaya
maka, melawan adalah sebuah kehormatan
dan kebaikan!”
2012
———–
Kopral Cepot : Hatur tararengkyu kang Usup atas suguhan puisinya …
kopral cepot… tolong bawa ideologi komunismu dari menghasut orang indonesia…. kalau dulu polisi dan TNI di serang PKI, sekarangpun mereka di fitnah PKI, namun kalian masuk kdalam badan polisi dan TNI itu sendiri… Kopral Cepot… inget ada Alloh S.W.T yang Maha Tahu ke busukkan kalian…. kalau aku mati aku membawa agamaku, tapi jika kalian mati… apa yang kalian bawa??? jika tak bermaksud menjatuhkan dan memfitnah, buat apa mesuji di videokan dan yang memvideokan dengan bebas menyebarkannya, ini adalah salah satu bentuk teror bagi rakyat dan target kalian…. kopral cepot, kami sudah melupakan kakek nenek kami yang kalian bunuh dan kalian potong mayat mereka, tapi sekarang kalian memulai kembali…. selamat berjumpa nanti.
hey muslimin lo emng agamanya apaan,senaknya pke tameng nama islam, maen fitnah sembarangan, dasar fasis sok tau, kang cepot terusin blognya,maju teruzz pantang mundur ,
nih orang pake nama muslim, tapi gak ngerti sama sekali isi blog diatas
tragedi pembantain jamaah talangsari dianggepnya apa ?
ngarti sejarah gak sih ?
kasih pencerahan dikit nih maunya….
main tuduh aja gan…
kalau ketemu kopral cepot emang mau apa???
kini terasa sekali bhw media diem-diem-diem dn diem krn milih yg enk aja. kasus mesuji sebuh puncak gunung es belaka. bongkar. bongkar
Sejarah kelam bangsa Indonesia…. peristiwa diatas terjadi saat saya baru berumur 9 tahun, ternyata banyak sekali kejadian-kejadian sadis seperti itu, dulu saya menyangka Indonesia adem ayem dan sejahtera, ternyata kita ditipu…..
blog ini mengandung banyak pelajaran sejarah .sungguh sangat bermafaat gan…………kunjungan sore nee gan…….di tunggu kunjungan baliknya………thankssss
negara harus kondusif, melenyapkan 1000 nyawa lebih bagus dari pada negara pecah menelan 1 juta nyawa,………..
Negara kondusif dengan menghilangkan nyawa orang yang tidak bersalah,,apakah itu sebuah tindakan yang pantas?
Lalu dimana fungsi aparat dan pemerintah yang melindungi rakyatnya??
Kalau misalnya hukum itu dipraktekan dengan cara “Sendal jepit” — coba baca tulisan “Republik Sendal Jepit” — apa bedanya kita dengan *penghuni hutan* yang menerapkan hukum “Siapa kuat dia yang berkuasa”
Penyelesaian damai itu hanya ada di dalam film dan di dalam novel, juga hanyalah alat bualan serupa dalam kampanye untuk mengumpulkan dukungan dan rasa simpati.
Sesungguhnya ketika jalan damai sudah tidak memungkinkan lagi. Di detik-detik paling krusial dan paling menentukan sebuah keputusan harus diambil, dengan penyesalan dan dengan kepedihan. Tapi bukan dengan keraguan.
Ketika keputusan itu diambil bukan demi untuk kepentingan individual atau kelompok, tapi demi kepentingan seluruh negeri. Maka ambillah itu dengan rasa pahit dan legowo.
Sejarah mengajarkan kita bahwa semua orang di dunia melakukannya, baik itu penjajah, penjahat, aparat, pemerintah, bahkan petinggi agama. Yang membedakannya adalah niat, kepentingan dan tujuannya. Apakah untuk merampok? Menyelamatkan diri dan kelompok sendiri? Atau untuk kepentingan rakyat banyak?
“Dalam hidup ini perbuatan baik dan buruk akan mengikuti sampai ajal. Jika niatnya baik, seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan. Mungkin ada akibat kurang baik, tetapi kalau mayoritas rakyat mendapat manfaatnya maka tindakan itu tidak perlu diragukan.”
kau buang di malaka
orang orang tak berdosa
yang telah kau binasakan..
sungguh tak punya adab kalian
membunuh tanpa perasaan…
nasionalis seakan pudar dan hilang
nilai nilai pancasila hanya menjadi perisai
diatas busuknya hati kalian pada saat itu
30% dana gelap entah kemana
yang miskin makin miskin
dan si kaya makin kaya
kini aku hanya bicara dengan dusta
karena aku tak punya bukti apa-apa
semua hanya tinggal bicara
dan menyisakan kecewa
beberapa dari kita menyetejui sebuah kekerasan sebuah pertanyaan.pun di belakangnya membawa serta nama agama.kata agama(tidak ada dosa turunan).tapi di benak anda(siapaka itu)bahwa mereka akan melahirkan generasi penyakit di masa depan.sebuah ketakutan yang tidak mendasar (dari orang yang bukan penguasa ,…beda artinya jika DIA BERKUASA).karena politik kekuasaan memungkinkan orang menyetujui segala cara.kenapa GOLKAR ,…saat menjelang kehancuran tidak sertamerta di jadikan TUDUHAN.SEBAGAIMANA PADA (PKI).ini pertanyaan menarik.karena kekerasan juga terstruktur pada saat masa GOLKAR BERKUASA.melalui SOEHARTO sebagai tangannya.kenapa GOLKAR TIDAK SERTAMERTA DI SAMAKAN DENGAN (PKI).ah,…orang kadang tidak adil memandang peristiwa lain.BUkankah (orang di golkar juga),berperilaku sama dengan orang di PKI.ada kekerasan saat berkuasa.kritisisme terhadap sejarah kenapa berlaku tidak merata…..
Yang membedakannya adalah niat, kepentingan dan tujuannya. Apakah untuk merampok? Menyelamatkan diri dan kelompok sendiri? Atau untuk kepentingan rakyat banyak?
saya setuju dengan komentar anda..
Saya juga setuju
SEBENERNYA SOLUSINYA 1 : NUCLEAR POWER…!!!!
harga diri masyarakat semakin murah harganya, mudah sekali untuk terprovokasi.
zaman soekarno kita punya 1 tujuan yaitu merdeka, zaman sekarang kita juga punya 1 tujuan tapi bukan atas nama indonesia melainkan atas nama golongan,
siapakah pemimpin indonesia???? presidenkah??DPR’kah??? partai2 itukah???
semua bisa ngomong semua bisa menjadi pemimpin, demokrasi yang kebablasan, kenapa kita tidak bisa menyatukan paham kenapa kita tidak bisa mandiri, karena intervnsi luarlah yang membuat bangsa ini pecah.
kenapa sistem islam yang sudah teruji tidak digunakan saja, yang kaya menghidupi yang miskin, dan yang miskin menghamba ke yang kaya. kadang saya berfikir sistem PKI yang menganggap semua warga sama itu yang saya harapkan, bukan masalah kepercayaan tapi masalah keadilan. toh masyarakat malah akan merasakan enaknya bisa saling satu rasa.
KAMU SEENAKNYA SAJA BICARA :”kenapa sistem islam yang sudah teruji tidak digunakan saja, yang kaya menghidupi yang miskin, dan yang miskin menghamba ke yang kaya. kadang saya berfikir sistem PKI yang menganggap semua warga sama itu yang saya harapkan, bukan masalah kepercayaan tapi masalah keadilan.” KAMU MAU MAKAR YA!!!!
ENAK SAJA MAU NGGANTI PANCASILA DENGAN SISTEM2 ****** KAYAK GITU…!!!
KALAU MAU MACAM2 DENGAN PANCASILA, KAMU HADAPI KAMI DULU…!!!
jaman itu, sy baru umur 1 tahun..
http://riyantolampung.blog.com/2011/09/08/kasus-talangsari-jama%E2%80%99ah-islamiyah-dan-komnas-ham-02/
jaman itu saya belum ada sama sekali saya lhir taun awal 80
Sedih bacanya 😦 .. Generasi emas anak2 tahun 90 an akan bangkit dan mengubah wajah dunia Islam di masa depan.. Just you wait!
Rupanya Jenderal AM Hendropriyono terlibat sangat dalam bahkan berperan sentral dr aksi pembantaian Talangsari ini, pantas saja kalo di TV ngomongnya spt menyihir masyarakat dgn ilmu intelijennya, padahal ia pake buat membunuhi rakyat sendiri. Bahkan dia takut dgn Prabowo krn Prabowo tau betul keterlibatannya, dan belum diadili di pengadilan Ad Hoc Komnas HAM. Sedangkan Prabowo sudah dan dinyatakan bersalah, hukumannya dicopot dr jabatan. Bukan dipecat dr kemiliteran, ia diberhentikan dgn hormat. Itu putusan Komnas HAM. Wah,, sejarah akan melipat menggulung para antagonis.. krn denger2 byk dr korban pelanggaran HAM merapat ke kubu Prabowo…. wallahu’alam
Berita ini benar apa gag kebenarannya?? Kok gag pernah dibahas di sejarah indonesia… Mudah2an bukan hoax.
KALAU KITA MAU MAJU MEMANG HARUS ADA YG DIKORBANKEN!!! MEMANG GEROMBOLAN WARSIDI CS ITU *********!!!!!!! DAN KURANG AJAR, MAU SEENAK UDELNYA NGGANTI2 PANCASILA, WAJAR SAJA DIHAPUSKEN SAMPEK KE AKAR2NYA TUNTASKAN MATIKAN, BUNUH SAMPEK KE AKAR2NYA, LANGKAH TNI SUDAH BENAR,MEMANG UNTUK “KSEMBUHAN BANGSA” VIRUS LAKNAT HARUS KITA KORBANKEN…!!!!!!!!!!!!!!!!
GROMBOLAN WARSIDI ITU CIKAL BAKAL JI (TERORIST ASIA TENGGARA) JDI WAJAR SAJA KALOK DIBASMI BERSIH!!!
MASAK APARAT MAU DIALOG MALAH DIBUNUH PAKE PANAH BERACUN, ITULAH AKIBATNYA KALOK MACAM2 SAMA APARAT, DASAR WASIDI ******..!!!!!!!!!!!!!
HIDUP TNI…