Mempersoalkan “Agama” Sisingamangaraja XII

Posting tentang “Sisingamangaraja XII (1845-1907) Pejuang Islam Yang Gigih” cukup mendapatkan respon yang “mencerahkan” terkhusus dalam mempersoalkan masalah “Agama” Sisingamangaradja XII.

Dr. phil. Ichwan Azhari, MS dalam seminar ‘Peringatan 100 Tahun Gugurnya Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII, Deli Room Hotel Danau Toba Internasional Medan 26 Mei 2007 dalam pengantarnya menuliskan : “Sekalipun tersedia relatif banyak literatur membahas tokoh yang kita seminarkan hari ini, tapi riwayat hidupnya, perjuanganya, spritualitasnya termasuk keterbukaanya dengan dunia luar tetap menimbulkan kontroversi yang menantang sejarawan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam. Benarkah dia beragama Islam sebagaimana ada sumber Belanda dan Jerman mengatakannya yang menyebabkan Mohammad Said menguatkan indikasi itu sementara WB. Sijabat membantahnya? Mengapakah dia disatu sisi dekat dengan Aceh yang muslim dan panglima-panglima Aceh rela membantu perjuangannya sampai mati di tanah Batak sementara dipihak lain, dia tidak memusuhi bahkan bertemu dan berkorespondensi dengan Nommensen missionaris Kristen Batak yang terkenal itu? Jika kakeknya (Sisingamangaradja X) tewas dibunuh pasukan Islam dari arah Selatan yang ingin melakukan Islamisasi Tapanuli, mengapakah ayahnya (Sisingamangaradja XI) tidak memusuhi Islam (bahkan mengirim Sisingamangaradja XII ke dunia Islam yang lain di Aceh) dan elemen Islam diterima masuk dalam serangkaian ritus-ritus kepercayaan Sisingamangaradja XII ? Benarkah dia di satu era perjuangannya tidak mendapat banyak dukungan orang-orang Batak sendiri sehingga dia harus mempertanahkan diri sampai ke Dairi sebagaimana sumber kontroversial (Mangaradja Parlindungan) menyebutnya? Bagaimana cara dia mati, ditembak oleh Christoffel sebagaimana berbagai sumber menyebut ataukah ditembak oleh seorang Maluku bernama Hamisi sebagaimana yang ditemukan Sijabat?”

Dari berbagai tanggapan terutama sahabat-sahabat yang berasal dari Sumatra Utara atawa Batak menyangkal bahwa Sisingamangaradja XII beragama Islam diantaranya, Soe Medan “Sejak kapan pulak Sisingamangaraja Beragama Islam? Seharusnya anda itu malu menyebut2 agama islam itu pada raja sisingamangaraja.memang negara kita ini negara islam, tapi kita sendiri juga tau bagaimana islam itu sebenarnya”., reogjhatilan ” mengapa tiba2 sisingamangaraja itu harus dijadikan islam? nama/gelar mangaraja adalah gelar hindu“. Rudi Siahaan “Jangan gitu dong bang… jangan sembarangan nulis kalau gak ada bukti yang konkrit… boleh menebak, tapi pake bukti, jangan cuma katanya…. katanya aja..sertain juga sumbernya ya… wasalammuaalaikum… Rudy siahaan, manado, sulawesi”

Komentar yang paling “mencerahkan” datang dari Bang syariffuddin Hutabarat yang saya tanggapi langsung dalam halaman sang pembelajar karena tidak hanya menyangkut masalah Sisingamangaradja XII tapi masalah pribadi pemilik blog.

Komentar dan respon yang lain dan bernada sama diantaranya datang dari sangkakala ” blog ini 100% bohong, baca sejarah makannya tolol sejak kapan sisingamangaraja orang silomo dasar lo orang mandailing asal bacot dah kebanyakan ngerokok shisa arab sih makannya begitu”. Umumnya beliau-beliau tidak menunjukan secara argumentatif bahwa Sisingamangaradja XII bukan “Agama Islam” seperti yang disampaikan oleh Mas Tommy wong Madura “sebuah artikel bernas dan mencerahkan…..saya salut dengan usaha anda……..
apapun tanggapan dari pembaca… maka kalo memakai bahasa Bang Hutabarat…ada satu kepercayaan (terutama bagi saya pribadi) …. bahwa apapun itu pasti akan mendapat respon yang baik pro maupun kontra……. bukankah tak pernah kita temui…sesuatu itu disetujui semua atau ditolak semua…. semua mendukung dan semua menolak…gak ada ituh……. bagi saya setiap usaha untuk menelusuri “kebenaran” sejarah adalah sesuatu yang patut kit hargai…..jika ada “ketidakserasian” dengan data kita jangan asal menyalahkan juga….bang Hutabarat juga tidak memberikan referensi terkait usaha menolak argumen bang Kopral Cepot yang di bebrapa bagian tulisannya sudah menyebut data dan referensi…..Ingatlah tak ada “kebenaran tunggal” dalam sejarah……..yang ada adalah tingkat validitas yang lebih dari yang lain yang mana hal itu berdasarkan data dan bukti referensi yang lebih kuat……semoga…. Semangat bang Kopral……saya mendukung anda….

Sesuai dengan janji saya kepada Bang Charlie M. Sianipar atas kometarnya “Keturunan Raja Si Sisingamangaraja dan keluarganya masih banyak yang hidup, salah satunya Raja Tonggo Sinambela. Yang bisa bertutur banyak tentang keluarganya. Begitu juga dengan kerabat mereka yang lainnya di Laguboti. Membaca posting diatas, saya jadi tersenyum. Mau ngapain ini si Kopral. Masih Kopral saja sudah begini, bagaimana dia bila sudah jadi perwira. Cerita apa lagi yang mau disuguhkan 🙂 untuk memberikan tambahan argumentasi yang saya peroleh dari studi literatur dari buku API SEJARAH atas posting yang membuat beliau tersenyum 🙂 bahwa Sisingamangaradja XII adalah beragama Islam.

Berikut cuplikan saya dari buku API SEJARAH mengenai “Agama” Sisingamangaradja XII dan secara jujur tanpa harus merubah judul posting Sisingamangaraja XII yang disarankan oleh Ahu “Semestinya, kalau masih banyak hal yang perlu distudi mengenai keagamaan Raja Sisingamangaraja, jangan menulis dengan judul yang sudah definit seperti tulisan anda ini”. Karena “sementara” ini saya berpegang pada “mazhab Mansyuriah”, dan meyakini bahwa Sisingamangaradja XII beragama Islam.

Perang Batak dipimpin oleh Si Singamangardja XII pada, 1289-1325 H atau 1872-1907 M. Dalam Sejarah Indonesia ditulis Si Singamangaradja XII sebagai penganut agama Perpegu. Dalam realitas sejarahnya, Si Singamangaradja XII seorang Muslim yang sangat taat kepada ajaran Rasulullah saw.

Dapat dibaca pada stempelnya. Tidak hanya menyebutkan dirinya sebagai Raja di Bakara. Namun juga, menuliskan Tahun Hijrah Nabi pada 1304. Pada umumnya, dala penulisan Tahun Hijrah, cukup dengan angka tahun diikuti tahun hijrahnya dengan disingkat dengan huruf H saja. Tanpa Nabi.

Tidaklah demikian halnya dengan Si Singamangaradja XII. Dituliskan dengan lengkap penyebutan Hijrah Nabi. Benderanya Merah Putih. Di dalamnya terdapat gambar Pedang Rosulullah saw yang bercabang dua (sekarang lambang Pedang Si Singamangaraja XII dibalikan posisinya, dan dijadikan lambang lembaga pendidikan Kristen di Medan karena pada batas antara bagian pegangan dengan pedang yang terbelah, terdapat penghalang genggaman tangan yang melintang sehingga bentuknya mirip salib. Buku Perang Batak ditulis oleh seorang penulis Kristen, memuat Stempel Si Singamangaraja XII, namun tidak menjelaskan mengapa Si Singaangaraja XII menggunakan Huruf Arab Melayu dan tahun 1304 Hijrah Nabi). Di kanan kirinya terdapat pula lambang Bulan dan Matahari.

Bulannya merupakan bulan sabit seperti pada umumnya lambang Islam. Namun, disertakan pula garis lengkung di depannya sehingga membentuk bulan purnama. Mataharinya pun bukan seperti lambang Muhammadiyah dan Persatuan Islam, melainkan matahari dengan sinar delapan yang berarti melambangkan cahaya kejayaan kearah delapan penjuru angin. Dapat juga diartikan sebagai lambang empat sahabat Rasulullah saw atau Khulafaur Rasyidin dan empat Mazhab Fikih.

Dampak dari upaya deislamisasi dalam penulisan Sejarah Si Singamangaradja XII, meragukan Si Singamangaradja XII memeluk agama Islam. Namun, kalau kita ikuti karya Sukatulis yang terbit 1907, menyatakan :

Volgens berichten van de bevolking moet de tegen, woordige titlaris een 5 tak jaren geleden tot den Islam zijn bekeerd, doch hij werd geen fanatiek Islamiet en oefende geen druk op zijn ongeving uit om zich te bekeren – Menurut kabar dari penduduk, raja yang sekarang (aksud Titularis adalah Si Singamangaradja XII), sejak lima tahun yang lalu telah memeluk agama Islam yang fanatik. Namun dia (Raja Sisingamangaradja XII) tidak memaksa supaya orang-orang disekitarnya menukar agamanya, menjadi Islam.

Perang Batak, pada 1289-1235 H atau 1872-1907 M berlangsung bersamaan dengan perang Atjeh, pada 1290 – 1332 H atau 1873-1914 M. Kedua perang ini tidak dapat dilepaskan hubungan dengan provokasi Imperialis Kerajaan Protestan Belanda. Provokasi ini sangat dipengaruhi oleh perolehan keuntungan Tanam Paksa yang sangat besar. Melalui kedekatan kedua wilayah tersebut, tidak mungkin salah satu diantara keduanya, dalam tinjauan teori pelumpuhan sumber kekuasaan ;awan tanpa diserangnya.

Perang dimulai dengan serbuan Zending terutama yang dipimpin oleh Rijnsche Zending, berhasil memasuki wilayah subur Danau Toba. Wilayah ini sebagai salah satu sumber potensi dari Si Singamangaradja XII. Invasi serdadu Belanda membuat Si Singamangaradja XII mengadakan kontak dengan Aceh dan Sumatra Barat. Dalam melancarkan perlawanan bersenjata, Si Singamangaradja XII didampingi dua panglima yaitu Panglima Nali dari Sumatra Barat dan Panglima Teoekoe Mohammad dari Aceh. Mungkinkah Si Singamangaradja XII mau menerima tawaran untuk menyerah dalam perundingan, bila ayahnya, Si Sisingamangaradja XI, dibunuh oleh Belanda.

Perang terjadi selama 35 tahun, pada 1289 – 1325 H. selama itu, Si Singamangaradja XII mempertahankan negerinya dari penjajahan Keradjaan Protestan Belanda. Tiga puluh lima tahun bukanlah waktu yang pendek. Invasi serdadu Belanda, sebenarnya tidak cukup untuk menguasai wilayah Sumatra Utara seluas 3.69 % luas wilayah Nusantara.

Sisingamangaradja XII memang tidak berdaya bila ditinjau dari jumlah senjata yang dimilikinya. Apalagi tidak memiliki armada perang dan juga tidak memiliki organisasi persenjataan dalam menghadapi kerjasama serangan dari imperialisme Keradjaan Protestan Belanda yang dibantu oleh Keradjaan Protestan Anglikan Inggris. Namun perjuangannya melawan upaya imperialisme, di dunia saja dapat dipastikan memperoleh bintang kehormatan penegak perikemanusiaan dan perikeadilan dari segenap pencinta kemerdekaan dan kedamaian. Jauh lebih terhormat dan mulia dari Bintang Officier van Oranje Nassau dari penjajah. Apalagi, di Yaumil Akhir nanti Insya Allah tergolong Syuhada.

(Dicuplik dari “API SEJARAH Buku yang akan Mengubah Drastis Pendangan Anda tentang Sejarah Indonesia, Ahmad Mansur Suryanegara, Salamadani Pustaka Semesta, Bandung, Juli 2009. sub Perang Batak hal 237-241)

Catatan : Perdebatan tentang agama Sisingamangaradja XII juga saya temukan di blog tetangga dan sesuai saran Wawan “Bagi para komentator, untuk menyanggah suatu pendapat haruslah didukung data yg valid dari permasalahan yg hendak disanggah/digugat. Barulah akan lahir dialog yg mencerdaskan. Dan para pembaca dapat menilai pendapat mana yg benar. marilah kita diskusi dengan argumentasi … 🙂

104 Komentar

  1. romailprincipe berkata:

    Bagi saya Sisingamangaraja memeluk agama apapun, namun karena kesaktiannya (yang saya cenderung kan pada kekuatan gelap), maka hakikatnya adalah bohong. Dia perlu diakui sebagai pahlawan bangsa, namun dalam ranah agama, bagaimana bisa sekutunya dengan ilmu gaib dikatakan “beragama”..
    just opinion, no hard feeling…

    gimana? Salam super

  2. alamendah berkata:

    Saya sangat awam dalam soal sejarah. Tetapi saya cuma teringat dengan guru SD saya yang pernah menceritakan tentang kepahlawanan Sisingamangaraja. Beliau mengatakan sisingamangaraja sebagai muslim.
    Btw, terima kasih postingan ini sedikit membuka cakrawala keejarahan saya.

    1. حَنِيفًا berkata:

      idem saiyah juga.
      Tapi tengkiu @kang Kopral Cepot, jadi nambah wawasan nusantara. 😀

      1. dedekusn berkata:

        Idem dgn Mas Alam & Kang Haniifa,
        Saya baru tau kang Cepot, nambah wawasan. titik.

  3. Assalamu’alaikum,
    Saya tidak tahu banyak tentang sejarah, membaca tulisan ini, jadi menambah pengetahuan saya. Teruslah menulis Sahabatku.. (Dewi Yana)

  4. BaNi MusTajaB berkata:

    Sepengetahuan saya, diskusi mengenai agama Si Singamangaraja XII mencuat tatkala peresmian patung beliau oleh Maraden Panggabean di Balige. Sosok M.Panggabean yang kebetulan non muslim seolah hendak mengukuhkan bahwa Si Singamangaraja XII adalah juga non muslim.
    Sejak itulah terjadi polemik. Khususnya setelah Ahmad Mansyur Suryanegara menulis tentang Si Singamangaraja XII dan Pattimura.
    Tetapi pada intinya, penelusuran sejarah memang tidak boleh berhenti. Selalu muncul data baru yang menguatkan atau melemahkan hipotesis sebelumnya. Hal yang juga terjadi dalam penelitian arkeologi, geokronologi, dan lain-lain.

    1. kopral cepot berkata:

      Betul sekali Pak Mus.. penelusuran sejarah pada akhirnya akan mengungkap fakta dan data yang “tersembunyi dan “disembunyikan” ..

  5. SufiMuda berkata:

    Terimakasih atas informasinya. Jangan sampai sejarah menjadi kabur. Menurut informasi yang saya dapat Si Singamangaraja XII itu pada awalnya seorang Parmalim kemudian menjadi Muslim.
    Kalau memang Si Singamangaraja XII bukan Muslim, tidak mungkin orang aceh yang fanatik Islam mau membantu perjuangannya. Belanda identik dengan Kristen yang dalam sebutan orang aceh sebagai Kaphee (kafir).

    Saya juga pernah mendengar bahwa Si Singamangaraja XII berguru kepada Syekh Muhammad Hasyim Al-Khalidi yang berasal dari Padang.

    Agama apapun yang dianut, Baliau adalah Pahlawan. Kalau penelitian sejarah suatu saat membuktikan bahwa Si Singamangaraja XII adalah Muslim, hendaknya penganut agama lain bisa menerima dengan legowo. Hampir semua pejuang/pahlawan di Indonesia adalah Muslim

    salam

    1. kopral cepot berkata:

      Hatur tangkyu atas silaturahminya dan tambahan informasinya 🙂
      Selain dengan Aceh, Sisingamangaraja XII memiliki hubungan yg mesra dengan kerajaan Asahan, Bahkan Sisingamangaraja XII pernah berinisiatif untuk meminang putri Sultan Asahan. Pinangan tersebut disetujui oleh Sultan Asahan, karena mereka yakin Sisingamangaraja telah memenuhi syarat untuk melakukan ijab kabul. Namun pernikahan tersebut batal akibat masuknya Belanda.

      Mengenai sistem politik Batak juga sangat menarik untuk dikaji.. bisa dilihat di http://manik.web.id/2008/02/12/sistem-politik-batak.html

  6. nirwan berkata:

    wah wah wah …. mancing lagi ni … 🙂
    ini topik panas di sumatera, tp operatornya kebanyakan di jakarta… topik ini pun bentar lagi jadi klasik krn akan selalu dipendam-pendam agar tak diributkan.

    asik loh topik ini, bakal banyak sekali orang-orang akan kebakaran jenggot.

    salam 😀

    1. BaNi MusTajaB berkata:

      jangan sampai kebakaran jenggot Mas. sejarah itu nikmat lho. asalkan disampaikan dengan data dan bukti yang kuat, tentu semua orang akan menerimanya dengan legowo.

      1. kopral cepot berkata:

        Kita berharap begitu pak Gusmus … 🙂 bisa legowo tanpa “membakar jenggot” 😆

  7. Andi Nasution berkata:

    Kolonialisme Belanda lebih mudah menundukkan daerah yang penduduknya tidak memiliki agama (bukan keyakinan), di banding daerah atau kawasan yang penduduknya memiliki agama (bukan keyakinan).
    Tulisan Yang Menarik. Lanjutkan Bung

  8. Keterangan gambar Anda tulis:
    (1) Huruf Batak : Ahu sahap ni Tuwan S.M. Main Bakara). Satu kata di bagian terakhir mestinya “mian” Bakara, bukan “main” Bakara. Tetapi maksudnya jelas menunjukkan tempat pusat kerajaan
    di Bakkara.

    Kalau tak salah Prof Sidjabat dalam bukunya AHU SISINGAMANGARAJA ada menjelaskan bahwa huruf Batak yang dipakai untuk stempel ini tidak konsisten Batak Toba, tetapi juga terdapat Dairi, dan yang lain hingga bagi seorang yang belajar si sia-sia (aksara Batak) akan kesulitan membacanya.

    (2) Tulisan Arab di bagian luar stempel. Prof.Sidjabat memberi keterangan bahwa hal itu bukan pernyataan theologis, melainkan gambaran hubungan diplomatik Sisingamangaraja dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya (Aceh, Deli dan segenap Sumatera Timur). Sampai sekarang saya tetap amat mempertanyakan penjelasan Prof.Sidjabat, karena pencantuman tiga kata “hijrah Nabi 1304” itu tak identik dengan lakon tasbbuh (niru) gaya tertentu untuk persahataban, misalnya minum alkohol di antara sesama diplomat antar negara. Juga tidak sama dengan ketika saat sekarang kita memakai blue jeans yang produk negara lain.

    Terimakasih.

    1. kopral cepot berkata:

      Waah hatur nuhun alias hatur tangkyu 🙂 atas koreksi dan tambahan info-nya .. banyak pelajaran berharga atas silaturahmi bapak ke blog “sang pembelajar” ini .. sekali lagi hatur tangkyu 🙂

      1. Darwin Naibaho berkata:

        Hei… Kopral Cepot, jgn terlalu panatis dengan agama yang anda anut, saya heran dengan penduduk di Indonesia yang sering mempermasalahkan agama dan membuat agama menjadi urusan umum pada halnya agama adalah urusan pribadi menurut kepercayaan masing-masing, sampai-sampai seorang pahlawan sudah gugur aja dipaksa menjadi penganut agama yang anda anut, Emang umur anda lebih dari seratus tahun maka anda bisa memastikan Bahwa Sisingamangaraja XII agama Islam. Sedangkan Sejarah G30S PKI aja udah direkayasa, Kalau anda mempercayai sejarah 100% anda salah. Pesan saya terhadap Kopral Cepot, “anda peliharalah kerukunan beragama, agama itu benar ato tidak, Hanya Tuhan yang ta’u, Nanti anda sudah di akhirat baru akan tahu, Oke Kopral Cepot!!!”

  9. samuel P.Siregar berkata:

    wahh,,makin panas nee ceritanya nuee..

    bagi lae kopral cepot seperti yg dikatakan APPARA ku si Shohibul siregar,,penulisan kata “MAIN” harus nya “MIAN” yang artinya bertempat tinggal atau berdomisili.
    trus mengenai artikel di atas,,kita bisa melihat jauh kebelakang lagi.Aceh,Batak,Padang berada di daerah yang saling berdekatan.kita juga tahu kebudayaan nya berasal dari melayu kuno.Bila ke tiga daerah daerah ini bekerja sama,ini dikarenakan BELANDA menyerang wilayah kekuasaan masing-masing.Sehingga memaksa Sisingamangaraja XII bekerja sama dengan pihak aceh dan mungkin dengan pihak padang juga.
    bila kita lihat setengah setengah,,saya juga bisa menyangkal pernyataan anda yang berkata bahwa batak memiliki hubungan yang dekat dengan padang,,sebab seperti yang saya pernah ungkapkan bahwa kerajaan Imam Bondjol pernah menyerang tanah batak yang dikenal dengan “TINGKI NI PODARI”atau yang biasa di sebut “PERANG PADRI” yang di pimpin oleh Imam Bondjol dalam hal “MENG ISLAMISASIKAN”tanah batak.
    namun hal itu hanya mencakup sebagian daerah saja seperti daerah TAPANULI SELATAN atau SIPIROK,SIBOLGA,MANDAILING,NATAL,SORKAM,dan beberapa daerah lainnya.Namun bila daerah TAPANULI UTARA,SIMALUNGUN,KARO,DAIRI,ini jauh dari pengaruh Islam pada zaman itu.Mengapa??itu disebabkan karna Perang Padri yang menyengsarakan penduduk tersebut.

    Bisa saja Sisingamangaraja X tewas di bunuh gerillya Islam,karna perang “TINGKI NI PODARI”terjadi pada masa pemerintahan Sisingamangaraja X.

    itu bila kita lihat setengah setengah..

    terus dalam hal Lambang,,seperti yang saya katakan,,batak juga mendapat sedikit pengaruh dari melayu karna daerah “sumatera Utara”yang berdekatan dengan pulau seberang.

    Aceh kerjasama dengan Batak??
    mungkin saja,,bukan berarti Sisingamangaraja XII masuk Islam..musuh yang dihadapi adalah Belanda,,yang pastinya banyak para pemimpin daerah yang bekerja sama dalam mengusir penjajah atau orang batak bilang “SI BONTAR MATA”
    satu lagi..
    orang batak bukan KANNIBAL.
    mereka hanya menyerang “si BONTAR MATA”,,mengambil mayat nya,,mengirisnya seperti daging,,dan memakan sebagian(ini dilakukan hanya dalam ritual keagamaan karena orang Belanda yang berkulit putih dan bermata biru,jadi masyarakat Batak menganggap mereka adalah hantu atau “BEGU”)sebagian daging nya “di PELEHON”atau di kurbankan kepada TUAN MULA JADI NABOLON..

    kerjasama yang dilakukan adalah bertujuan untuk menyerang PENJAJAH,,bukan karna hal lain,,seandainya BELANDA atau penjajah lain tidak datang,,,mungkin saja batak masih perang dengan padang pada masa itu..mungkin sajaa…

    hehehehe..

    jadi lae kopral cepot di ralat lagi donk tentang isi artikel nya,..
    begitu juga dengan penulis yang lain..

    saya tahu kalau sejarah itu ditulis dengan fakta dan bukti yang kuat,,saya juga seorang mahasiswa sejarah..tapi kita mesti turun langsung ke TKP nya..agar lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi..

    karna orang batak masih memiliki cerita-cerita tentang masa itu..dan satu lagi,,sebagian orang batak yang sudah tua,,mengetahui cerita itu..dan cerita yang akan mereka berikan tidak ada yang dikurangi ataupun ditambahin..jadi,,coba saja kita mendengar cerita mereka,terus mencari bukti yang lebih konkrit,,baru dehh kita menulis artikelnya

    kalau di tanah batak,,kalo cuma bukti fisik doank itu mah kurang,,mesti ada sejarah lisan nya juga..itu baruu..

    hahahahaha…

    horas LAe kopral..
    Samuel P.Siregar

    1. kopral cepot berkata:

      Bang Samuel pernah baca ini .. http://kbaa.blogspot.com/2006/03/angka-tahun-sejarah-batak.html

      Saya tdk tahu apakah ini sejarah lisan atawa bukan … yg jelas ini bukan bukti fisik .. 🙂

  10. samuel siregar berkata:

    lae kopral,,satu lagi nee tambahan..

    agama yang di anut oleh “Raja SISINGAMANGARAJA XII”bukan lah agama parbegu tetapi agama parmalim atau agama leluhur..pengertian nya itu sudah sangat jauh..jangan disamain,,ntar orang yang menganut agama parmalim bisa marah dan mengguna-guna lae cepot..
    hahagsss…

    soalnya saya punya keluarga yang masih menganut agama parmalim tersebut..

    saya sempat bertanya kepada mereka dan mereka bilang “PARMALIM”tidak sama dengan “PARBEGU”..sangat jauh artinya,,mereka juga mempunyai pantangan yakni tidak boleh memakan daging yang berdarah atau “NA MARGOTA”..
    jika di hubungkan kan dengan kematian Sisingamangaraja,,ada kaitannya..
    sebab kematian Sisingamangaraja XII terkena darah yakni darah dari putrinya sendiri yaitu “Putri LOPIAN”..sebelumnya beliau (Sisingamangaraja XII”memiliki kekuatan kekebalan tubuh yang kebal dengan senjata belanda atau yang orang batak sering sebut “BODIL”..namun karena beliau terkena darah dari putrinya pada saat beliau hendak memangku putrinya tersebut yang terkena tembakan,,kekebalan beliau pun menghilang..sehingga “BODIL”si Belanda menembus tubuh nya..

    dari sebagian yang saya tuturkan ini,,jelas Sisingamangaraja XII bukanlah penganut agama Islam,,tetapi tetap pada agama leluhurnya,,yakni “PARMALIM”..

    jadi,,saya rasa,,judul postingan lae cepot yang bertuliskan “Sisingamangaraja XII,,pejuang Islam yang gigih”sudah bisa di ralat..

    soalnya kita masih membahasnya..jadi tidak boleh langsung menyimpulkannya,,masih banyak bukti-bukti lain dan fakta yang mungkin masih belum lae cepot dan saya ketahui,,begitu juga dengan teman-teman yang lain yang ikut membantu memberikan pemikirannya tentang masalah ini…

    salam hangat..di tanggapi ya lae cepot..

    hahahagsss….

    horass…

    1. kopral cepot berkata:

      Setelah buku Adniel Tobing yg berjudul : Sisingamangaraja I – XII ( tahun 1953), O.L Napitupulu, SH : Perang Batak (1972) dan Prof. W.B Sijabat : Ahu Sisingamangaraja (1982), benarlah bahwa tidak ada lagi penelitian lanjut yg kemudian dilakukan oleh para ilmuwan kampus khususnya Sumut. Seakan-akan kisah kontroversi yg pernah dilakukan oleh Muhammad Said di koran Waspada tahun 1980-an (seperti penjelasan Pak Ichwan Azhari), seakan-akan melemahkan gairah untuk melakukan kajian tentang sejarah dan Sosok Raja Sisingamangaraja XII tersebut.

      Semoga penelusuran Sosok Raja SM XII terus berlajut seperti yang pernah digagas dalam Seminar 100 th gugurnya Raja SM XII … http://tanobatak.wordpress.com/2007/08/07/reflexi-peringatan-100-tahun-gugurnya-raja-sisingamangaraja-xll/

      1. samuel berkata:

        iya benar,,tapi bila kang cepot kembali mengangkat cerita ini,,berarti sejarah itu akan terungkap kembali..kita harus menggalinya agar semua jelas..
        seandainya anda tidak menulis hal ini,,maka masalah ini mungkin tidak perlu kita tanggapi..
        benar tidak??

        ———-
        Kopral Cepot : Itulah guna sejarah … “mengingat yang lupa” 🙂

        1. samuel siregar berkata:

          nahh,,kalau kang cepot sudah berkata seperti itu,,maka gairah yang lesu dalam meneliti sejarah pasti akan hilang toh..
          jadi hanya orang bodoh yang menggali sejarah namun tidak sampai finish.

  11. dedekusn berkata:

    Kunjungan siang sajahhh…

  12. samuel siregar berkata:

    bagi bang kopral cepot,,satu hal yang mesti saya tekankan.kita tidak boleh langsung memastikan suatu sejarah itu benar atau tidak jika kita hanya berprinsip pada apa yang kita baca,baik itu buku yang menyatakan bukti-bukti peninggalan,sebab bila hanya melalui cara seperti itu,maka kebenaran tentang sejarah itu hanya akan terbatas pada isi buku tersebut.kita harus terjun langsung ke lapangan meyakinkan bahwa memang benar sejarah itu seperti yang terjadi sebelumnya.saya kurang yakin sama penulis buku yang mendukung pernyataan bahwa SISINGAMANGARAJA XII adalah pejuang ISLAM.apakah memang dia sudah ber komunikasi langsung dengan yang menyangkut apa yang ditulisnya tersebut.
    Pertama : Mengapa pada penjelasan yang bang cepot berikan tidak ada bukti yang mendukung dari pihak keluarga SISINGAMANGARAJA XII tersebut,sementara keturunan kandung dari sang RAJA masih ada yang hidup,,

    kedua : mengapa anda tidak menjelaskan mengapa atribut kerajaan sang RAJA tidak berwarna hijau seperti umumnya kerajaan Islam masa Lampau,,

    ketiga : mengapa di kuburan Sang RAJA tidak ada batu nisan melainkan hanya sebuah TUGU,,

    ke empat : Jika memang sang RAJA sudah memeluk agama Islam,,mengapa di daerah Pulau SAMOSIR (DANAU TOBA) sangat minim penduduk yang beragama Islam??semntara sang RAJA adalah beragama Islam seperti yang anda katakan,,

    kelima : nama SISINGAMANGARAJA memang adalah gelar turun temurun,,tapi itu menandakan bahwa beliau adalah keturunan sang Raja yang berkuasa di BAKKARA dan bagi bangsa batak sendiri,,beliau adalah sang RAJA,bukan hanya di daerah BAKKARA atau pulao samosir saja,,namun hampir di seluruh atau seluruh daerah tanah batak.Beliau adalah PAnglima Perang dan juga RAja yang sekarang diangkat sebagai Pahlawan Nasional..

    “TOLONG”bang kopral cepot meneliti kembali point-point di atas,,coba anda jawab..jika anda tidak dapat menjawa atau jawaban anda kurang konkrit,,maka anda tidak layak untuk membuat judul SISINGAMANGARAJA XII”Pejuang Islam yang gigih”…

    salam hangat..

    Samuel P.siregar

    1. حَنِيفًا berkata:

      @Bung Samuel Siregar
      Dari semua point sampean utarakan… mari kita lihat bagaimana perilaku dinasti sampean yang nyata baru-baru ini… analogi kasus dinasti “PARDEDE” , bigimana ?! :mrgreen:

      1. samuel siregar berkata:

        hahaha,,iyulah kalian ini..mengapa anda bertanya hal yang seperti itu kepadaku??kita membahas tentang sisingamangaraja XII dan hanya pada masa nya..ingat MASA nya..bukan di zaman sekarang.perilaku manusia zaman sekarang udah gagg bisa masuk akal,dunia udah terbalik..maka dari itu,,mari kita kembali ke topik semula..argumen tentang “MEMPERSOALKAN AGAMA SISINGAMANGARAJA XII”bukan nya saya tidak bisa melawan pertanyaan anda,,tapi mari kita bersikap respect..

        1. حَنِيفًا berkata:

          @Bung Samuel Siregar
          tapi mari kita bersikap respect..
          _____________________
          Sayah kira sikap respek itu justru dijewantahkan dalam bentuk asal-usul orang tua kita (orang-orang yang berjasa) bukan sekedar mengikuti asal usil dongeng sebelum bobok… hahaha

    2. kopral cepot berkata:

      Bang Samuel : kita tidak boleh langsung memastikan suatu sejarah itu benar atau tidak jika kita hanya berprinsip pada apa yang kita baca,baik itu buku yang menyatakan bukti-bukti peninggalan,sebab bila hanya melalui cara seperti itu,maka kebenaran tentang sejarah itu hanya akan terbatas pada isi buku tersebut

      Kopral Cepot : Sulit amat yah belajar sejarah …

      Bang Samuel : saya kurang yakin sama penulis buku yang mendukung pernyataan bahwa SISINGAMANGARAJA XII adalah pejuang ISLAM

      Kopral Cepot : jangan paksaken kalo emang belum yakin ..

      Bang Samuel : “TOLONG”bang kopral cepot meneliti kembali point-point di atas,

      Kopral Cepot : point-point diatas (5 point pertanyaan) adalah point klasik yang sering ditanyaken… sebetulnya saya lebih menghargai Prof. Sidjabat yang membantah H.Muhamad Said dengan ilmiah .. meskipun sy tetep meyakini apa yang ditulis sama H.Muhamad Said bahwa Sisingamangaraja XII adalah Islam. Jadi tidak ada yg perlu dikoreksi dari judul posting serbasejarah

      Bang Samuel : maka anda tidak layak untuk membuat judul SISINGAMANGARAJA XII”Pejuang Islam yang gigih”…

      Kopral Cepot : Judul “Sisingamangaraja XII Pejuang Islam Yang Gigih” adalah wujud apresiasi dan do’a saya pada beliau … boleh kan kita berdo’a menurut keyakinan masing2 🙂 .. do’a saya pada beliau adalah beliau mati sebagai syuhada dan masuk syurga .. amien.

      Salam hangat, maaf’s n sukses buat Bang Samuel 🙂

      1. samuel siregar berkata:

        ohh,,,gitu ya kang..yaudah..tapi anda juga jangan marah kalau seandainya suatu saat saya juga punya wujud apresiasi yang ingin saya ungkapkan yang mungkin berlawanan dengan apa yang anda rasa..

        —————-
        Kopral Cepot : Sejarah itu interpretasi dan rekonstruksi masa lalu. Sebuah apresiasi lahir dari interpretasi dan rekonstruksi atas dasar fakta dan data yang tentunya valid atawa sahih. Sejarawan slalu menemukan fakta dan data yang baru dari sejarah, sehingga bisa saja terjadi rekonstruksi yang baru atau menguatkan apa yang sudah ada. Bang Samuel sekarang sedang menekuni Ilmu Sejarah meski baru tingkat pertama, semoga apresiasi yang “suatu saat” disampaikan ditemukan dari proses ilmiah sehingga menemukan hal-hal yang baru bukan mengulang-ngulang yg sebelumnya seperti saya ini…. Sebagai insan ilmiah tiada guna kita menggunakan kata “MARAH” krn bagaimanapun juga sebuah peristiwa yang sudah terjadi tiada yang bisa mengubahnya, yang ada bagaimana kita bisa belajar dan belajar atas jejak masa lalu

        1. حَنِيفًا berkata:

          @Bung Samuel Siregar
          saya juga punya wujud apresiasi yang ingin saya ungkapkan yang mungkin berlawanan dengan apa yang anda rasa..
          __________________________
          Beri tahu sayah oceh !!… asik juga kayaknya hahaha 😀

          Salam & Horas bah!!

  13. Sibarani berkata:

    Dari tulisan Lae Samuel Siregar:

    ke empat : Jika memang sang RAJA sudah memeluk agama Islam,,mengapa di daerah Pulau SAMOSIR (DANAU TOBA) sangat minim penduduk yang beragama Islam??semntara sang RAJA adalah beragama Islam seperti yang anda katakan,,

    saya ingin tambahkan:

    Sisingamangaraja XII memiliki adik perempuan bernama Tor Na Gugun br. Sinambela, yang menikah dengan Gr. Samuel Siregar gelar Tuan Siregar. Tuan Siregar ini adalah salah seorang pemuda Batak pertama yang bersekolah di Eropa (1871-1873) dengan sponsorship dari badan zending/misi Kristen. Surat-surat Gr. Samuel Siregar masih tersimpan di Perpustakaan RMG di Wuppertal, Jerman.

    Setelah kembali ke Tano Batak, beliau bekerja untuk misi dan di kemudian hari menikahi puteri dari Sisingamangaraja XI, yang namanya tersebut di atas. Kenapa saya tahu sejarah di atas? Karena Ibu saya adalah cucu kandung dari Tuan Siregar, dari putera beliau yang bernama Adrianus “Sutan Parluhutan” Siregar.

    Menurut pemahaman saya, Sisingamangaraja XII adalah penganut Parmalim. Bahwa capnya tertulis dengan tulisan Arab Gundul boleh jadi sebagai cara diplomatis untuk menggalang simpati dari negeri-negeri tetangga, terutama Aceh, dalam melawan tentara kolonial Belanda.

    1. imbalo berkata:

      hehehehe.entar lagi juga akan di ketahui……….. lha baru 3 generasi koq………………

      —————-
      Kopral Cepot : hehehehe … hatur tararengkyu bang … dah bekunjung kemari 😉

  14. sindar pasaribu berkata:

    Ikut komentar ah.

    Kalau mau mengetahui agama sisingamangaraja XII gampang tidak perlu berdebat,tidak perlu artikel,tidak perlu penelitian, Tanya aja langsung pada putrinya. Sisingamangaraja masih punya putrid yang masih hidup saya terakhir melihatnya tahun 2001 pada saat HUT RI di istana. Kenapa pada bingung? Kalau tidak bias dengan putrinya Tanya aja pada cucunya/ anak dari putrinya. Setahu saya keyakinan nya adalah parmalin. Dan parmalin ini sampai sekarang banyak di anut orang batak . tidak ada ceritanya dia islam atau Kristen. Tapi parmalin makanya ada istilah parmali = agama sisingamangaraja. Oke……oke….kalau masih tidak percaya juga dengan putrinya atau cucunya tanya dengan saudara saudaranya. Ga percaya juga Tanya sendiri ke sisingamangaraja di pemakaman di balige

  15. simanungkalit berkata:

    sok namalo do hamu na sude hape umobi na oto sian na oto do

  16. simanungkalit berkata:

    nga di dok Raja Batak aha do muse ikon sibahason …batak do sude hamu kan ….? boasa ikon ributon on hamu agamani sisingamangaraja nananaeng pabadabadaon halak batak do hamu (ngk ada api yg cepat besar nyala kalo ngk yg banntu tiupin itupun bisa saja di tiup angin benaran makin besar) ngk ngerti kan loe……

    1. kopral cepot berkata:

      iyah … kagak ngarti hi hi hi hi 😆

  17. Batak Tulen berkata:

    Halo, Kopral Cepot!!! Anda berbakat jadi provokator, perusuh, dan perusak… perusak dan penyesat sejarah. Di masa Orba, orang seperti Anda beresiko untuk dihilangkan. Mudah-mudahan Anda selalu dalam lindungan-Nya. Selagi Tuhan memberi hak hidup untuk Anda, gunakanlah hidup Anda (yang adalah milik Tuhan) untuk berbuat yang baik saja. Bertobatlah! Mentang-mentang Anda mahir di dunia maya jangan gunakan untuk menyesatkan sejarah. Anda hanya membaca buku Prof. W.B. Sidjabat yang banyak dikutip oleh orang lain lalu kutipan-kutipan itu Anda baca lagi sehingga meyakinkan Anda tentang agama Raja Si Singamangaradja XII. Menyebarluaskan kebohongan tentang agama Raja Si Singamangaradja XII, Islam, adalah penyesatan sejarah. Kemudian Anda sebut lagi kebohongan yang sangat vatal bahwa lambang Raja Si Singamngaradja XII, yaitu pedang adalah pedangnya Rosulullah saw. MasyaAllah… Saya kira, Nabi Muhammad pun akan mengutukmu mendengar penyesatanmu itu. Daripada GO TO HELL! lebih baik: Bertobatlah!!!

    —————
    Kopral Cepot : Silaken Bang Batak Tulen kasih pencerahan menurut abang gimana? biar saya Tobatnyah bener 😉

  18. Saudaraku sekalian,,,
    Jujur aja, membaca tulisan tentang “agama” Sisingamangaraja ke XII sangatsedih sebah isinya sangat tendensius dan telalu dipaksakan. bahkan kalau boleh dikatakan bahwa tulisan tersebut mempunyai muatan-muatan yang negatif tentang kehidupan dan kerukunan yang selama ini sudah terjalin di tanah Batak (Taput). bahwa Sisinga mangaraja XII mendapat bantuan dari Aceh dan Padang itu bukan karena persamaan agama, namun karena kedekatan budaya,kultur dan persamaan nasib yang terjajah oleh Kulit putih (Belanda )dan dalam waktu yang bersamaan juga masuknya misionaris Kristen di tanah batak. kalau penulis mengatakan “Kalau bukan Sisinga mangaraja XI tidak Menganut muslim” Kerajaan Aceh tidak akan membantu.jelas menunjukkan fanatisme yang berlebihan dan itu seolah-olah menggambarkan sifat sipenulis.mengenai stempel Dan tahun Hijriah Itu tidak menjadi alasan Yang kuat sebab letak geografis kerjaan sisinga mangaraja diapit oleh kerajaan Islam Baik Aceh .Bonjol Mauupun pengaruh dari Kota Barus (sibolga) yang menjadi pusat perdagangan saat itu.dan perlu saya tambahkan bahwa Sampai sekarang belum pernah ada Itilah “Tahun Batak” Yang dapat menjadi acuan.dan banyak lagi kelemahan dari tulisan tersebut yang tidak diungkapkan secara jujur oleh penulis.termasuk penelitian terhadap keluarga besar sisinga mangaraja yang sampai sekarabng masih hidup. sebab dari tahun meninggalnya Sisinga Mangaraja Thn 1907 Masih termasuk gampang untuk ditelusuri.
    pada kesempatan ini saya mengingatkan:
    -Bahwa Sangatlah tidak bijak kalau masih ada upaya “islamisasi”terhadap pahlawan bangsa yang sudah meninggal. hanya untuk tujuan tertentu.
    – Yang pasti Agama Pribumi /agama asli orang batak Bukanlah agama yang dianut manyoritas masyarakat batak sekarang yakni Kristen maupun Islam.
    untuk itu mari kita hormati Pahlawan yang sudah mengorbankan jiwa dan raga tanpa harus melihat agamanya atau kepercayaannya.
    Demikian Tq

    1. kaban berkata:

      Julianto Wibowo P
      mejuah juah
      Bener itu bang , jangan membuat permasalahan yang baru kepercayaan yang dianut sisingamagraja adalah parmalin karena kepercayaan tersebut lebih dulu ada dibandingkan agama yang kita anut sekarang , ngapain sih membuat pernyataan tanpa ada pertanggung jawaban dan bukti yang jelas .

  19. danyael berkata:

    Ini sebuah upaya misi yang menarik. Biasanya penyebaran satu-satu agama ditujukan kepada orang yang masih hidup, namun kali ini terlihat seseorang yang sudah meninggal di’paksa’ menjadi penganut agama tertentu. Penafsiran itu harap dibedakan dari sejarah. Penafsiran hanyalah sebuah kemungkinan bukan kebenaran. Hati-hati bung, nanti bisa kualat!

  20. morex berkata:

    eh orang2 yang bilang sisingamangaraja beragama islam itu sebuah kekeliruan besar……..

    sisingamangaraja agamanya malim/parmalim….!!!!

    bukan silom…..!!!!

  21. Darwin Naibaho berkata:

    Hei… Kopral Cepot, jgn terlalu panatis dengan agama yang anda anut, saya heran dengan penduduk di Indonesia yang sering mempermasalahkan agama dan membuat agama menjadi urusan umum pada halnya agama adalah urusan pribadi menurut kepercayaan masing-masing, sampai-sampai seorang pahlawan sudah gugur aja dipaksa menjadi penganut agama yang anda anut, Emang umur anda lebih dari seratus tahun maka anda bisa memastikan Bahwa Sisingamangaraja XII agama Islam. Sedangkan Sejarah G30S PKI aja udah direkayasa, Kalau anda mempercayai sejarah 100% anda salah. Pesan saya terhadap Kopral Cepot, “anda peliharalah kerukunan beragama, agama itu benar ato tidak, Hanya Tuhan yang ta’u, Nanti anda sudah di akhirat baru akan tahu, Oke Kopral Cepot!!!”

  22. Mantak Manalu berkata:

    Ada-ada saja, coba yang dibahas adalah bagaimana agar kerukunan beragama di Indonesia dapat tercipta. Kok malah Agama orang yang sudah meninggal. Emangnya kalo Sisingamangaraja itu Islam sudah apa yang terjadi. Saya menghargai sdr kopral Cepot yang memberi perhatian atas seorang pahlawan. Tapi alangkah baiknya kala perhatian itu lebih ditujukan dalam menggalang persatuan bangsa ini sebagaimana perjuangan mereka untuk mempersatukan. Bukan seperti yang terjadi di negeri mimpi yang selalu membuat perbedaan karena agama.
    Saya juga menghargai analisa-analisa anda dalam menyimpulkan sesuatu. Apa yang anda sampaikan adalah betul dan benar 100% tidak bisa digugat. Karena daya anda baru sampai disana. Nggak mungkin dipaksakan pada tingkat yang lain. Contohnya anak SD yang boleh dipaksakan untuk berpikir secara SMP khan?
    Terkait dengan materi tulisan anda, barangkali perlu diperdalam dulu berbagai aspek, antara lain aspek Sosiologis, antropologis, Budaya dan lain-lain.
    I. Dalam mengkaitkan antara Batak dengan Minangkabau dan Acek, perlu ditelusuri dulu apakah sebelum Sisingamangaraja XII, apakah sudah atau belum ada hubungan emosional diantara mereka? Untuk itu perlu dipelajari Apa dan Siapa sebernarnya Batak itu dulunya. Apakah Batak yang kita kenal sekarang ini, dulunya datang sendirian dari tempat yang jauh dan langsung menuju Sianjur mula-mula? Apakah tidak ada saudaranya seperjalanan. Berdasarkan buku yang pernah saya baca, Batak itu mempunyai sadara : si Jau di Minangkabau dan Si Ujung di Aceh.
    Pengungsian si Raja Batak ke Pusuk buhit menurut yang saya baca walaupun katanya bahwa hal ini masih perlu ditelusuri lebih mendalam, adalah karena dorongan politik pada waktu itu.

    Pola berpikir orang batak orang batak yang bisa membedakan dan tidak mencampur adukkan antara A dengan B. (Ingat Tuanku Rao yang menyerang dan akan mengislamkan tanah batak adalah keponakan Sisingamangara XI)

    Mengenai lambang-lambang, memang ada kaitannya dengan budaya atau kepercayaan setempat. Mengenai gambar pedang dalam bendera, itu bukan sekedar gambar tapi itu adalah Podang Gaja Dompak yang merupakan salah satu Pusaha Sisingamangaraja. Mengenai Bulan dan Bintang, coba tanyakan kepada penganut Agama Parmalim (Jangan samakan dengan Sipelebegu, kalau sipele begu adalah yang menyembah berhala). Dalam Agama Batak dikenal 3 Allah, yaitu Allah (Debata) yang di atas (Banua Ginjang) Tengah (Banua Tonga) dan Bawah ( Banua Toru) Allah Banua Ginjang adalah yang menghuni langit, termasuk bulan dan bintang. Banyak hal dalam kehidupan Batak yang didasarkan oleh pergeseran kedudukan bintang.

    Sejarah juga menceritakan bahwa siapapun dia yang sudah masuk dalam agama islam akan terlihat dari namanya yang pastinya ada unsur arabnya.

    Kampung kami, Bakkara yang merupakan tempat kelahiran dan istana Sisingamangaraja XII, memang agak terisolir selama ini apalagi pada zamannya Sisingamangaraja XII. Sejak dulu kami tidak pernah melihat bahwa sekitar perkampungan tersebut telah terindikasi adanya pengaruh islam. Hal yang mustahil kalu Rajanya beragama islam, masa tidak ada satu tulisan maupun ornamenpun yang tertinggal.

    Terkait dengan pernyataan orang-orang Belanda mengenai Agama Sisingamangaraja, dapat dimaklumi. Karena mereka tidak mengenal Agama Parmalim. Dari cara berpakaian memang ada sedikit kemiripan, yaitu pakai Sorban. Juga dari Segi makanan, Agama Pamalim tidak Makan Daging Babi. Jadi berdasarkan hal tersebut mungkin disimpulkan bahwa Sisingamangaraja XII beragama Islam.

  23. Mantak Manalu berkata:

    Ada-ada saja, coba yang dibahas adalah bagaimana agar kerukunan beragama di Indonesia dapat tercipta. Kok malah Agama orang yang sudah meninggal. Emangnya kalo Sisingamangaraja itu Islam sudah apa yang terjadi. Saya menghargai sdr kopral Cepot yang memberi perhatian atas seorang pahlawan. Tapi alangkah baiknya kala perhatian itu lebih ditujukan dalam menggalang persatuan bangsa ini sebagaimana perjuangan mereka untuk mempersatukan. Bukan seperti yang terjadi di negeri mimpi yang selalu membuat perbedaan karena agama.
    Saya juga menghargai analisa-analisa anda dalam menyimpulkan sesuatu. Apa yang anda sampaikan adalah betul dan benar 100% tidak bisa digugat. Karena daya anda baru sampai disana. Nggak mungkin dipaksakan pada tingkat yang lain. Contohnya anak SD yang boleh dipaksakan untuk berpikir secara SMP khan?
    Terkait dengan materi tulisan anda, barangkali perlu diperdalam dulu berbagai aspek, antara lain aspek Sosiologis, antropologis, Budaya dan lain-lain.
    I. Dalam mengkaitkan antara Batak dengan Minangkabau dan Acek, perlu ditelusuri dulu apakah sebelum Sisingamangaraja XII, apakah sudah atau belum ada hubungan emosional diantara mereka? Untuk itu perlu dipelajari Apa dan Siapa sebernarnya Batak itu dulunya. Apakah Batak yang kita kenal sekarang ini, dulunya datang sendirian dari tempat yang jauh dan langsung menuju Sianjur mula-mula? Apakah tidak ada saudaranya seperjalanan. Berdasarkan buku yang pernah saya baca, Batak itu mempunyai sadara : si Jau di Minangkabau dan Si Ujung di Aceh.
    Pengungsian si Raja Batak ke Pusuk buhit menurut yang saya baca walaupun katanya bahwa hal ini masih perlu ditelusuri lebih mendalam, adalah karena dorongan politik pada waktu itu.

    Pola berpikir orang batak orang batak yang bisa membedakan dan tidak mencampur adukkan antara A dengan B. (Ingat Tuanku Rao yang menyerang dan akan mengislamkan tanah batak adalah keponakan Sisingamangara XI)

    Mengenai lambang-lambang, memang ada kaitannya dengan budaya atau kepercayaan setempat. Mengenai gambar pedang dalam bendera, itu bukan sekedar gambar tapi itu adalah Podang Gaja Dompak yang merupakan salah satu Pusaha Sisingamangaraja. Mengenai Bulan dan Bintang, coba tanyakan kepada penganut Agama Parmalim (Jangan samakan dengan Sipelebegu, kalau sipele begu adalah yang menyembah berhala). Dalam Agama Batak dikenal 3 Allah, yaitu Allah (Debata) yang di atas (Banua Ginjang) Tengah (Banua Tonga) dan Bawah ( Banua Toru) Allah Banua Ginjang adalah yang menghuni langit, termasuk bulan dan bintang. Banyak hal dalam kehidupan Batak yang didasarkan oleh pergeseran kedudukan bintang.

    Sejarah juga menceritakan bahwa siapapun dia yang sudah masuk dalam agama islam akan terlihat dari namanya yang pastinya ada unsur arabnya.

    Kampung kami, Bakkara yang merupakan tempat kelahiran dan istana Sisingamangaraja XII, memang agak terisolir selama ini apalagi pada zamannya Sisingamangaraja XII. Sejak dulu kami tidak pernah melihat bahwa sekitar perkampungan tersebut telah terindikasi adanya pengaruh islam. Hal yang mustahil kalu Rajanya beragama islam, masa tidak ada satu tulisan maupun ornamenpun yang tertinggal.

    Terkait dengan pernyataan orang-orang Belanda mengenai Agama Sisingamangaraja, dapat dimaklumi. Karena mereka tidak mengenal Agama Parmalim. Dari cara berpakaian memang ada sedikit kemiripan, yaitu pakai Sorban. Juga dari Segi makanan, Agama Pamalim tidak Makan Daging Babi. Jadi berdasarkan hal tersebut mungkin disimpulkan bahwa Sisingamangaraja XII beragama Islam.

    Terkait dengan perjuangan Sisingamangaraja XII, saya sangat mengehargai namun bagi saya sejarah itu adalah perjalanan Hidup yang Seluruhnya harus kita Syukuri. Termasuk kedatangan Belanda ke Tano Batak. Seandainya mereka tidak pernah datang ke Tano Batak yang masih sangat terisolir, saya tidak tahu seperti apa yang terjadi. Mungkin sampai saat ini belum banyak orang Batak yang menjadi Pejabat. Ataupun pintar seperti anda. Ingat Kontribusi Belanda untuk membangun SDM orang Batak, mungkin ada Kakek Moyang anda juga yang telah diajar oleh para missionaris tersebut. Wah perlu dibongkar lagi kuburnya agar otaknya dibersihkan.

  24. Mantak Manalu berkata:

    Ada-ada saja, coba yang dibahas adalah bagaimana agar kerukunan beragama di Indonesia dapat tercipta. Kok malah Agama orang yang sudah meninggal. Emangnya kalo Sisingamangaraja itu Islam sudah apa yang terjadi. Saya menghargai sdr kopral Cepot yang memberi perhatian atas seorang pahlawan. Tapi alangkah baiknya kalau perhatian itu lebih ditujukan dalam menggalang persatuan bangsa ini sebagaimana perjuangan mereka untuk mempersatukan. Bukan seperti yang terjadi di negeri mimpi yang selalu membuat perbedaan karena agama.
    Saya juga menghargai analisa-analisa anda dalam menyimpulkan sesuatu. Apa yang anda sampaikan adalah betul dan benar 100% tidak bisa digugat. Karena daya anda baru sampai disana. Nggak mungkin dipaksakan pada tingkat yang lain. Contohnya anak SD yang boleh dipaksakan untuk berpikir secara SMP khan?
    Terkait dengan materi tulisan anda, barangkali perlu diperdalam dulu berbagai aspek, antara lain aspek Sosiologis, antropologis, Budaya dan lain-lain.
    I. Dalam mengkaitkan antara Batak dengan Minangkabau dan Acek, perlu ditelusuri dulu apakah sebelum Sisingamangaraja XII, apakah sudah atau belum ada hubungan emosional diantara mereka? Untuk itu perlu dipelajari Apa dan Siapa sebernarnya Batak itu dulunya. Apakah Batak yang kita kenal sekarang ini, dulunya datang sendirian dari tempat yang jauh dan langsung menuju Sianjur mula-mula? Apakah tidak ada saudaranya seperjalanan. Berdasarkan buku yang pernah saya baca, Batak itu mempunyai sadara : si Jau di Minangkabau dan Si Ujung di Aceh.
    Pengungsian si Raja Batak ke Pusuk buhit menurut yang saya baca walaupun katanya bahwa hal ini masih perlu ditelusuri lebih mendalam, adalah karena dorongan politik pada waktu itu.

    Pola berpikir orang batak orang batak yang bisa membedakan dan tidak mencampur adukkan antara A dengan B. (Ingat Tuanku Rao yang menyerang dan akan mengislamkan tanah batak adalah keponakan Sisingamangara XI), jadi mereka tidak memusuhi secara membabi buta. Dan juga perlu diingat bahwa orang Batak itu tidak ada sifat balas dendam.

    Mengenai lambang-lambang, memang ada kaitannya dengan budaya atau kepercayaan setempat. Mengenai gambar pedang dalam bendera, itu bukan sekedar gambar tapi itu adalah Podang Gaja Dompak yang merupakan salah satu Pusaha Sisingamangaraja. Mengenai Bulan dan Bintang, coba tanyakan kepada penganut Agama Parmalim (Jangan samakan dengan Sipelebegu, kalau sipele begu adalah yang menyembah berhala). Dalam Agama Batak dikenal 3 Allah, yaitu Allah (Debata) yang di atas (Banua Ginjang) Tengah (Banua Tonga) dan Bawah ( Banua Toru) Allah Banua Ginjang adalah yang menghuni langit, termasuk bulan dan bintang. Banyak hal dalam kehidupan Batak yang didasarkan oleh pergeseran kedudukan bintang.

    Sejarah juga menceritakan bahwa siapapun dia yang sudah masuk dalam agama islam akan terlihat dari namanya yang pastinya ada unsur arabnya.

    Kampung kami, Bakkara yang merupakan tempat kelahiran dan istana Sisingamangaraja XII, memang agak terisolir selama ini apalagi pada zamannya Sisingamangaraja XII. Sejak dulu kami tidak pernah melihat bahwa sekitar perkampungan tersebut telah terindikasi adanya pengaruh islam. Hal yang mustahil kalu Rajanya beragama islam, masa tidak ada satu tulisan maupun ornamenpun yang tertinggal.

    Terkait dengan pernyataan orang-orang Belanda mengenai Agama Sisingamangaraja, dapat dimaklumi. Karena mereka tidak mengenal Agama Parmalim. Dari cara berpakaian memang ada sedikit kemiripan, yaitu pakai Sorban. Juga dari Segi makanan, Agama Pamalim tidak Makan Daging Babi. Jadi berdasarkan hal tersebut mungkin disimpulkan bahwa Sisingamangaraja XII beragama Islam.

    Terkait dengan perjuangan Sisingamangaraja XII, saya sangat mengehargai namun bagi saya sejarah itu adalah perjalanan Hidup yang Seluruhnya harus kita Syukuri. Termasuk kedatangan Belanda ke Tano Batak. Seandainya mereka tidak pernah datang ke Tano Batak yang masih sangat terisolir, saya tidak tahu seperti apa yang terjadi. Mungkin sampai saat ini belum banyak orang Batak yang menjadi Pejabat. Ataupun pintar seperti anda. Ingat Kontribusi Belanda untuk membangun SDM orang Batak, mungkin ada Kakek Moyang anda juga yang telah diajar oleh para missionaris tersebut. Wah perlu dibongkar lagi kuburnya agar otaknya dibersihkan.

  25. imbalo berkata:

    mantab …..terus di gali agar di dapat kebenaran sejati…………….

Tinggalkan Balasan ke samuel siregar Batalkan balasan